“Kalau begitu, aku akan pergi berbelanja, aku serahkan urusan rumah padamu.”
“Ya. Aku akan menunggumu sambil membersihkan rumah atau merapikan kamar.”
Hari Jumat setelah kami mengunjungi panti asuhan—
Sepulang sekolah, Aoi-san mengantarku pergi dan aku menuju supermarket terdekat.
Jika pada rutinitas yang biasanya, aku biasanya pergi berbelanja pada hari Senin dan Kamis.
Alasan kenapa aku pergi ke supermarket sekarang adalah karena Eiji dan Izumi akan datang untuk menginap bersama kami selama tiga hari dua malam mulai hari ini.
Aku punya cukup persediaan untuk dua orang, tapi seperti yang kuduga, kalau untuk kami berempat sampai hari Senin tidak mungkin itu cukup.
Aku menyerahkan bersih-bersih dan merapikan rumah pada Aoi-san, dan memutuskan untuk pergi berbelanja.
“Hati-hati dijalan, ya.”
“Ya. Aku akan menghubungimu saat aku keluar dari supermarket.”
“Ya. Selamat jalan.”
“Aku berangkat.”
Aku meninggalkan rumah dengan Aoi-san mengantarku di pintu depan.
Dalam perjalanan, aku melihat ke belakang beberapa kali dan Aoi-san terus melambai padaku di depan rumah sampai aku berbelok di tikungan. Aku juga membalas melambai padanya setiap aku berbalik.
“…… entah kenapa, yang seperti ini seperti kehidupan pengantin baru, ya.”
Itu mengingatkanku pada kehidupan manis seorang istri yang mengantar suaminya pergi bekerja.
—Tidak tidak, apa yang tiba-tiba kau pikirkan, diriku!
Pikirku saat aku men-tsukkomi diriku sendiri.
“Tapi senang memiliki seseorang yang dengannya kau bisa mengatakan ‘aku berangkat’…”
Aku memikirkan hal seperti itu saat aku berjalan ke supermarket.
Ketika aku pertama kali mulai hidup sendiri, kegembiraan karena bebas dari keluargaku dan kegembiraan memulai hidupku sendiri sangat besar, tapi aku telah belajar bahwa perasaan ini hanya sementara.
Sejujurnya, bohong jika aku mengatakan aku tidak merasa kesepian.
Namun, perasaan itu menghilang saat aku mulai tinggal dengan Aoi-san.
Di tengah kesibukan kehidupan sehari-hari, momen damai dan tenang datang secara tak terduga.
Menonton TV bersama setelah makan malam atau memeriksa rencana satu sama lain untuk hari berikutnya sebelum tidur, bahkan ketika kami melakukan sesuatu yang berbeda, kami merasa bahwa kami tidak sendirian hanya dengan mengetahui kami berada di tempat yang sama.
Aku tidak pernah menyadari betapa menentramkannya memiliki seseorang di sisiku.
“Tanpa diduga, kupikir mungkin orang yang diselamatkan dari hidup bersama adalah aku……”
Rasanya, ceritanya jadi agak melenceng.
Kenapa diputuskan kalau mereka berdua menginap bersama kami, ceritanya kembali ke waktu makan siang hari ini.
*
“Mulai hari ini, kita akan mengadakan kamp belajar tiga hari dua malam untuk mempersiapkan ujian!”
Izumi mengumumkan dengan keras setelah dia memanggil kami ke atap saat istirahat makan siang.
Aku sepenuhnya lupa kalau ujian akhir semester berada di minggu terakhir bulan Juni.
Tln : satu tahun ajaran di jepang ada 3 semester, april-juli, september-desember, januari-maret
Saat aku sadar, hanya tinggal sepuluh hari lagi.
“Sudah waktunya ya… Aku sangat sibuk meluruskan kesalahpahaman tentang Aoi-san sampai aku melupakannya.”
“Aku juga senang melihat Aoi-san bergaul dengan semua orang sampai merasa kalau aku terlalu banyak membantunya, tapi kupikir sudah waktunya baginya untuk mulai belajar dengan sungguh-sungguh, ‘kan—”
Menimbang bahwa dia hampir mendapat nilai merah semua terakhir kali, kukira kami sudah terlambat.
Sudah kuduga, sulit untuk mencoba melakukan semuanya secara bersamaan.
“Karena itu, bisakah kita berkumpul di rumah Akira-kun sepulang sekolah?”
“Ya. Aku mengandalkanmu.”
“Oke♪. Aku akan pulang dan bersiap-siap untuk menginap, jadi kupikir aku akan sampai di sana jam 7:00 malam.”
“Aku juga akan mencoba untuk sampai di sana sekitar waktu itu.”
“Terima kasih semuanya.”
Aoi-san menundukkan kepalanya dengan sopan dan berterima kasih pada kami.
Dengan demikian, diputuskan dengan tiba-tiba untuk mengadakan kamp belajar di rumah kami.
Aku tiba di supermarket lokal dan melanjutkan ke dalam dengan keranjang belanja di tangan.
Persediaan makanan untuk tiga hari dua malam. Terlebih untuk empat orang, aku perlu mengamankan sejumlah besar bahan makanan.
Mereka berdua sudah repot-repot mengatur kamp belajar untuk Aoi-san, tidak mungkin aku menyediakan hanya mie cup atau bento toserba.
Ketika aku sendirian, aku tidak mempermasalahkan hanya dengan itu.
“Sekarang, apa yang harus kulakukan?”
Sementara memikirkan lauk makan malam, sambil melihat-lihat sekeliling toko, tiba-tiba sebuah pemikiran muncul.
Ini mengingatkanku, sudah hampir sebulan aku tinggal bersama Aoi-san, tapi aku tidak tahu apa makanan kesukaan Aoi-san. Aku tidak pernah memperhatikannya karena dia memakan semua yang aku buat dengan senang hati dan nikmat.
Kurasa aku masih belum mengenal Aoi-san……
Saat itulah aku memutuskan untuk menanyakan apa makanan kesukaannya lain kali.
“Ah! Akira-kun!”
“Uh-oh!”
Suara keras memanggil namaku dari belakangku. Mungkin lebih tepat menyebutkan meneriakkan namaku daripada memanggil namaku.
Aku berbalik, dengan bahuku bergetar, dan melihat Izumi dengan pakaian santai dengan keranjang belanja di tangannya.
“Izumi kah…… jangan mengejutkanku.”
“Maaf, maaf. Aku tidak bermaksud mengejutkanmu.”
“Sungguh, kapanpun dan dimanapun kau selalu ceria ya.”
“Pujian seperti itu tidak akan memberimu apa -apa, lho♪”
Setengahnya bukan pujian.
“Izumi, kau juga berbelanja?”
“Ya. Aku tidak bisa begitu saja pergi dengan tangan kosong, bukan?”
“Hmm? Apa kau berencana membawanya ke rumah kami?”
“Ya, begitulah. Aku berniat akan memasak makan malam untuk semua orang.”
“Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Setidaknya aku akan menyiapkan makanan untuk kalian.”
“Kalau begitu lebih baik membuatnya bersama, ‘kan. Itu akan lebih cepat dan lebih menyenangkan!”
Izumi sepertinya menikmati hanya dengan membayangkannya.
Dia dalam suasana hati yang baik seperti anjing tepat setelah diberitahu akan jalan-jalan.
“Maaf merepotkanmu.”
“Tidak apa-apa. Aku melakukannya karena aku menyukainya.”
Sambil mengobrol, aku melihat sekeliling toko dengan Izumi.
Setelah itu, kami membayar belanjaan dan pulang dengan kantong belanja di tangan.
“Ngomong-ngomong, Akira-kun.”
“Hmm?”
“Seberapa jauh kamu dengan Aoi-san?”
“Haa!?”
Sambil bertanya-tanya apa yang dia katakan tiba-tiba, wajah Izumi sangat serius.
Dia tidak terlihat seperti dia sedang menggodaku, tapi seolah dia ingin mengatakan, “Aku benar-benar ingin mendengarnya.”
“Seberapa jauh itu…… bukannya aku dan Aoi-san memiliki hubungan seperti itu.”
“Eh……?”
Izumi menyipitkan matanya seolah keberatan.
“Maksudmu kamu bahkan belum menciumnya?”
“Tidak mungkin aku melakukannya sedangkan kami tidak berpacaran, ‘kan.”
“Seriusan!? Bagaimana mungkin seorang laki-laki dan gadis muda berada di bawah satu atap dan tidak terjadi apa-apa!?”
Kumohon, hentikan itu.
Hatiku sakit karena aku sadar aku adalah pengecut yang meskipun aku mengharapkan hal-hal seperti itu tapi tidak bisa meletakkan tanganku padanya.
“Jangan bilang kalau Akira-kun itu……eh? Jadi begitu? Kupikir kamu dan Eiji-kun memang dekat, anehnya, tapi…… maaf ya. Eiji-kun itu milikku, jadi seperti yang diharapkan, aku tidak bisa memberikannya bahkan pada Akira-kun.”
“Tidak ada hal yang seperti yang kau bayangkan di kepalamu sama sekali.”
Meskipun aku tidak berani bertanya, aku menebak dan membayangkannya sedikit, sial.
“Tapi bukan berarti kamu tidak punya motif tersembunyi, ‘kan? Katanya, seorang pria yang tidak memakan makanan yang tersaji didepannya adalah hal yang memalukan, dan aku bertanya-tanya apa kamu mengharapkan sesuatu seperti ‘kamu tahu maksudku, kan?’ saat kamu membantu seorang gadis yang dalam kesulitan— bercanda.”
“Laki-laki macam apa aku di pikiranmu……”
Aku dalam masalah jika kau mengharapkan perkembangan yang seperti di komik erotis.
Aku juga tidak tahu apa yang kubicarakan ketika aku mengatakan mengharapkan perkembangan yang seperti di komik erotis.
“Yang barusan itu hanya bercanda, tapi aku sudah lama bertanya-tanya. Kenapa Akira-kun membantu Aoi-san?”
“Yah, setiap orang memiliki alasan mereka sendiri untuk membantu, ‘kan.”
“Lalu, apa alasan Akira-kun membantu Aoi-san?”
Jangan keras kepala seperti biasanya.
Sifat merepotkan Izumi tidak tertahankan ketika keadaan menjadi seperti ini.
Izumi seperti tidak memikirkannya, tapi dia secara mengejutkan tajam, dan bahkan jika aku mengatakan hal yang tepat, dia akan melihatnya sebagai kebohongan, dan aku akan terus ditanyai.
Sudah berapa kali aku mengatakan sesuatu yang tepat tapi dia melihat menembusku ya.
Aku tidak berniat memberitahu siapa pun, tapi bukannya itu sesuatu yang harus kusembunyikan.
“…… Dia seperti gadis cinta pertamaku.”
“Gadis cinta pertamamu?”
“Saat aku masih di taman kanak-kanak, ada seorang anak yang selalu terlihat kesepian dan sendirian. Ketika aku melihat Aoi-san di taman, aku mengingat anak itu lagi setelah beberapa tahun…… dan aku tidak bisa meninggalkannya sendirian.”
“Hee. Ada juga saat ketika Akira-kun polos ya.”
“Jangan bicara seolah-olah semuanya berbeda sekarang.”
“Maaf, maaf. Lalu, bagaimana dengan cinta pertamamu?”
“Ketika kami masuk sekolah dasar, aku pindah karena orang tuaku dipindahtugaskan dan begitulah. Pada akhirnya, aku tidak bisa melakukan apa pun untuk gadis kecil yang tampak begitu kesepian itu. Aku ingin membuatnya tersenyum, tapi aku tidak bisa melakukannya sekali pun……. Kurasa aku menyesalinya meskipun saat itu aku masih kecil.”
“Begitu ya……”
Ini adalah ingatan yang samar pada saat itu, namun aku jelas mengingat penyesalannya.
“Siapa namanya? Jika kamu tahu namanya, mungkin kamu bisa menemukannya. Ketika masih TK itu, saat Akira-kun berada di kota ini sebelumnya, kan? Itu berarti dia mungkin masih tinggal di suatu tempat di kota ini.”
“Namanya……”
Aku mencoba mengingat-ingat kembali mengarungi kenangan lamaku.
Aku tidak ingat nama lengkapnya, tapi kupikir nama keluarganya adalah …… Shinoda.
Nah, itu juga, seperti biasa, ingatanku kacau dan aku tidak bisa menyangkal kemungkinan bahwa aku keliru mengira dia dengan orang lain.
“Aku benar-benar lupa tentang hal itu sampai baru-baru ini, dan aku bahkan tidak ingat nama gadis itu karena aku masih sangat kecil.”
Kupukir tidak ada gunanya kalau aku mengatakan hal yang samar, jadi aku mengelak dengan mengatakan itu.
“Kalau begitu, tidak ada cara untuk mencarinya.”
Namun, kuharap dia baik-baik saja di suatu tempat.
Bukannya aku masih menyukainya, tapi aku tidak bisa tidak membayangkan jika kami bisa bertemu lagi karena suatu alasan …… meskipun aku tahu kejadian seperti dalam drama seperti itu tidak akan terjadi.
Aku pernah mendengar— bahwa cinta pertama meruntuhkan seorang pria dan membuat seorang wanita tumbuh dewasa.
Bahkan sekarang, saat aku mengingat gadis cinta pertamaku, mungkin hal itu benar dalam arti tertentu.
“Meskipun begitu, aku mengerti……… tidak ada yang terjadi dengan Aoi-san ya.”
“Jangan mengatakan seperti kecewa begitu.”
Sebenarnya aku juga sedikit kecewa.
“Kupikir Aoi-san juga tidak terlalu senang tentang hal itu.”
“Bahkan jika itu yang terjadi, aku tidak akan bisa melakukan apa-apa mengingat situasi Aoi-san saat ini. Jika aku mendekatinya sekarang, itu akan menjadi seperti aku mengambil keuntungan dari kelemahan Aoi-san. Aku tidak suka hal semacam itu.”
“Akira-kun, kamu tak terduga adalah seorang pria sejati, ya.”
“Tak terduganya tidak perlu.”
Izumi menunjukkan senyum terhibur, seolah-olah dia memang sedang menunggu tsukkomi dariku.
“Kali ini, pastikan kamu membuatnya tersenyum.”
“Eh……?”
“Bukan berarti untuk menggantikan anak itu, tapi aku tidak ingin Akira-kun memiliki penyesalan yang sama.”
“Izumi, kau……”
“Ah, Eiji-kun.”
Saat aku menyadarinya, ternyata kami sudah berada di dekat rumahku.
Aku melihat Eiji melambaikan tangan pada kami di persimpangan terdekat.
“Kalian berdua datang bersama, ya.”
“Ya. Kami kebetulan bertemu di supermarket.”
“Izumi, sebentar lagi sudah sampai, tapi aku akan membawakan barang bawaanmu.”
Ketika Eiji berkata demikian dan menerima kantong belanjaan Izumi.
“Terima kasih. Aku mencintaimu!”
“Aku juga mencintaimu.”
Mungkin karena mereka berbicara tentang cinta……. aku biasanya tidak memikirkan apa pun tentang hal itu, tapi aku sedikit iri.
Diam-diam aku menyelami dunia imajinasi sambil melirik mereka berdua di belakangku.
Aoi-san, “Akira-kun, Aku mencintaimu.”
Aku, “Aku juga mencintaimu.”
Aaaaa! Tidak, tidak, hanya dengan membayangkannya saja sudah membuatku geli!
Mereka berdua ini melakukan hal ini dalam kehidupan nyata?
Bahkan jika aku punya pacar, rasanya aku tidak akan pernah bisa mengatakannya secara langsung.
Ngomong-ngomong, tolong abaikan saja bahwa pihak lain itu adalah Aoi-san.
“Akira, wajahmu memerah, ada apa?”
“Diam! Tinggalkan aku sendiri, dasar pasangan bodoh!”
“Apapun itu, tapi rumahmu sudah kelewatan, lho.”
Sambil merenungkan bahwa itu adalah ledakan marah yang kejam, meskipun aku sendiri yang mengatakannya, tanpa sadar kami sudah sampai di rumahku.
Ketika aku berbalik dengan semangat rendah dan masuk kerumah bersama mereka berdua, Aoi-san menyambut kami.
“Selamat datang.”
“Aku pulang. Kebetulan aku bersama mereka berdua.”
“Maaf mengganggu!”
Izumi langsung memeluk Aoi-san begitu masuk rumah, dan sambil cekikikan mereka pergi ke ruang keluarga.
“Mereka berdua kelihatannya cukup akrab, ya.”
“Kau benar. Mereka bukan tipe yang sama tapi sepertinya mereka bergaul dengan baik.”
“Sukurlah kalau begitu.”
Sejujurnya, aku tidak mengira mereka berdua akan bergaul sebaik ini.
Keduanya sangat berlawanan dalam banyak hal, tapi pasti ada sesuatu yang membuat mereka saling tertarik.
“Ketika melihat mereka berdua, itu mengingatkanku pada matahari dan bulan.”
“Matahari dan bulan?”
“Jika Izumi yang ceria adalah matahari, maka Aoi-san yang tenang dan pendiam adalah bulan. Sama seperti bulan yang bersinar di bawah cahaya matahari, berkat kecerahan Izumi, Aoi-san menjadi jauh lebih terang.”
“Jadi begitu ya. Tapi aku tidak berpikir Izumi adalah matahari Aoi-san.”
“Kenapa?”
Aku menanyakan hal itu padanya, tapi Eiji pergi ke ruang keluarga tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Sama seperti biasanya, mengatakan sesuatu dengan makna tersembunyi……”
Lagipula, meskipun aku bertanya lebih jauh, ia tidak akan menjawabnya.
Aku mengikuti semua orang ke ruang keluarga dan membawa bahan makanan yang telah kubeli ke dapur.
“Mari kita siapkan makan malam untuk saat ini. Tidak apa-apa mulai belajar setelah kita makan dan mandi, kan.”
“Ya. Kalau begitu, mari kita masak makan malam bersama!”
Izumi mengeluarkan celemeknya sendiri dari tasnya dan memulai persiapannya dengan semangat tinggi.
Di sampingnya, Aoi-san memiliki ekspresi cemas di wajahnya.
“Izumi-san. Aku tidak sering memasak, jadi……”
“Benarkah? Jangan khawatir, Ayo memasak bersamaku.”
“Bersama-sama tidak masalah, tapi dapur kami tidak cukup besar untuk kita berempat bekerja di dalamnya.”
“Kami membuat makanan yang tidak memerlukan api, jadi kami akan melakukannya di meja. Bahkan jika tidak bisa menggunakan kompor, ada banyak cara untuk melakukannya. Aku akan meminta Akira-kun untuk memasak yang ribet seperti merebus dan memanggang.”
“Baiklah. Kalau begitu, tolonglah aku, Eiji.”
“Oke.”
Dengan demikian, kami dibagi mejadi dua kelompok dan mulai memasak.
*