Mikio Papa yang seharusnya jalan-jalan dengan Istrinya tiba-tiba pulang.
Aku sangat bingung dan hampir menjadi gila.
Mikio Papa membawaku ke ruang tamu dan kami berbicara berdua.
Sebaliknya Rinka, Mikio Papa menyuruhnya menunggu di kamarnya.
Mikio Papa sangat bersikeras bahwa dia ingin berbicara empat mata denganku.
Ngomong-ngomong, alasan Mikio Papa pulang adalah karena dia melupakan sesuatu.
“Hanya itu yang terjadi……”
“………”
Aku memberitahu Mikio Papa, yang duduk di seberang meja, tentang apa yang terjadi kemarin.
Tentang Kasumi-san menyarankanku untuk menginap.
Tentang Rinka menjadi pelayan. Tentu saja, aku tidak memberitahunya tentang Rinka yang mengenakan baju maid dan nekomimi.
Juga.. tentang mandi bersama.
Dan yang terakhir, bermain gim online bersama, setelah itu..
Aku tidak mengungkapkan beberapa informasi sensitif, tetapi aku menjelaskan alur umum acara tersebut.
Aku tidak bisa menahan tekanan dari Mikio Papa, yang memasang ekspresi dingin di wajahnya seperti topeng besi.
Selain itu, mungkin…… tidak sopan untuk tidak mengatakan apa-apa.
“”……””
Keheningan pun terjadi di antara kami.
Satu-satunya suara di ruangan itu adalah detak jarum jam yang tergantung di dinding.
“Aku tidak percaya.”
Mikio Papa menyatukan kedua alisnya dengan kesal.
……Kurasa dia marah.
Itu tidak mengherankan.
Kalau kau memikirkannya dari sudut pandang orang tua, kau berhak untuk marah.
Duduk tegak, aku menundukkan wajahku dan mengepalkan tinjuku di pangkuanku.
“Aku tidak percaya, aku benar-benar tidak mengerti lagi.”
“Maaf……”
“Setelah kalian berdua pergi sejauh itu, mengapa kalian berakhir bermain gim online bersama?”
“… Eh?”
“Bukankah itu tidak normal?”
Eh? Ah, maksudmu ke arah itu!?
Dia bingung tentang yang itu, bukan tentang diriku yang menginap tanpa memberitahu orang tuanya?
“Aku tahu Rinka sangat suka bermain gim online, tetapi aku tidak menyangka dia akan sejauh itu.”
“……”
“Apa kau tidak memikirkan apapun saat kau bermain game online?”
“Emm, itu menyenangkan.”
“……”
Aku mengungkapkan perasaanku dengan jujur.
Sepertinya, aku sudah mengatakan hal yang salah.
Apa yang harus aku katakan? Aku juga tidak tahu…
Situasi berbicara empat mata dengan Ayahnya menghilangkan ketenanganku.
Tanganku berkeringat deras.
“Aku tidak mengerti anak muda akhir-akhir ini. Apa bermain gim online itu sangat menyenangkan?”
“Y-Ya, benar. Siapa pun yang memiliki akses ke internet dan komputer dapat bermain dan karena informasi kehidupan nyata dapat disembunyikan, kau dapat bermain dengan siapa pun tanpa ragu-ragu.”
“……Begitu. Begitulah caramu dan Rinka saling mengenal, bukan?”
“Ya ……”
“”……””
Sekali lagi, waktu hening berlanjut.
Haruskah aku membuka mulut dan mengangkat topik baru?
Tapi tidak mungkin bagiku untuk mengangkat topik yang lebih menarik, ditambah lagi aku bahkan tidak tahu apakah aku harus membuka mulut untuk memulai.
Hal yang paling menyakitkan adalah periode keheningan yang terus menerus ini.
Kecemasan tentang apa yang akan ditanyakan selanjutnya …… mengalir deras ke dadaku.
Tidak, apakah ini memang tujuan dari Mikio Papa?
“Haa, padahal aku sudah siap.. jika hal ‘itu’ terjadi cepat atau lambat..”
“Ya?”
“Aku tahu bahwa cepat atau lambat Putriku akan membawa seorang pria pulang ke rumah. Tapi, Kasumi hanya menikmati hidupnya dengan bersenang-senang bersama teman-temannya. Aku sudah siap untuk itu. Tapi, dia tidak pernah membawa seorang pria ke rumah. Aku juga tidak pernah mendengar soal cinta darinya. Sebaliknya Rinka, dia hanya menghela nafas berat hanya dengan melihat seorang pria.”
“……?”
….Apa yang ingin dia katakan?
Aku akan meminjamkan telinga dengan penuh perhatian.
“Aku khawatir Putri-putriku akan menjadi lajang selama sisa hidup mereka……. Lalu, kau muncul.”
“……”
“Sebagai seorang Ayah, perasaanku campur aduk. Aku berpikir jika Rinka berpacaran dengan seorang pria dapat membuatnya bahagia, maka aku akan mengizinkannya.. tapi..”
“Ya.”
Huuuuff, dia kemudian mengambil napas pelan, berhenti sejenak dan berbicara.
“Apa kau mengerti? Kejutan menemukan boneka dan poster di kamar Putriku yang meniru pacarnya……!”
“I-itu……”
“Ini sangat identik dengan Istriku, kau tahu…..!”
“Eh!?”
“Rinka mewarisi darahnya dengan kuat. Sikap dan tindakannya juga sama persis. Dan, akhirnya … tidak, lupakan saja.”
“Tolong katakan padaku! Kau membuatku cemas!”
“Tidak, aku tidak ingin mengobarkan kecemasan yang tidak perlu.”
“Mengatakan itu, tetapi kau membuat segalanya memanas, bukan? Kau meradang dengan wajah lurus, kan? Aku akan menderita insomnia jika ini terus berlanjut!”
“Ayanokouji-kun……. Tidak, Kazuto-kun. Kau sudah diputuskan untuk hidup dengan Rinka terlepas dari keinginanmu sendiri. Skenario terburuk, bahkan dengan Nonoa dan Kasumi…… tidak, mari kita berhenti di situ..”
“Hei, tolong selesaikan kalimatmu! Eh, kau ingin aku mengambi Mizuki bersaudara!? Apakah itu ide yang tepat sebagai seorang Ayah!”
“Tidak ada yang mengatakan itu. Aku hanya menyadari kenyataan dan mengasumsikan masa depan yang tampaknya mungkin.”
“Ahaha, kau pasti bercanda.”
“Tidak. Aku serius, kau tahu…”
“…..”
Perasaan ini, dia sama seperti Rinka!
Aku juga bisa merasakan getaran Rinka dari ekspresinya yang dingin atau tegas. Mereka memang ayah dan anak…….
“Aku hanya akan mengawasi untuk saat ini. Aku tidak ingin melihat Putriku memperebutkan satu pria. Skenario terburuk, kau …… tidak, mari kita berhenti di situ.”
“Sudah kubilang, tolong selesaikan kata-katamu itu! Ah, tidak.. maaf.”
Aku melihat mata dingin seorang Ayah figur dan menebaknya.
Itu tidak ada harapan. Aku akan dilenyapkan.
“Selain itu, Kasumi sering pulang akhir-akhir ini dan dia selalu membicarakanmu dengan Rinka……. Jangan bilang kau juga pacaran dengan Kasumi?”
“Aku tidak–! Tidak mungkin aku pacaran dengannya, kan!? Kasumi-san itu… Dia hanya mendukung hubunganku dengan Rinka.”
“Begitu…… aku lega mendengarnya.”
Mikio Papa berkata dengan ekspresi yang tidak terlihat lega sama sekali.
Sebaliknya, emosinya benar-benar kosong.
Aku seperti berhadapan dengan robot berdarah dingin.
“Umm….. Aku benar-benar minta maaf karena tidur di kamar Putrimu, terlebih lagi dengan Rinka.”
Aku membungkuk dalam-dalam.
Aku tidak punya pilihan selain meminta maaf saat memikirkan perasaan Mikio Papa.
“Sudahlah, apa yang sudah terjadi biarlah berlalu. Tidak ada gunannya membicarakan itu.”
“Ah, ya …..”
“Tapi, itu bukan sesuatu yang bisa dipuji. Daripada itu, bagaimana bisa sepasang remaja yang sedang dimabuk cinta mengakhiri malam mereka dengan bermain gim online….”
“……”
Itu yang kau khawatirkan?….
“Ayah. Berhenti mengganggu Kazuto-kun lebih jauh.”
“Rinka, ini masalah yang harus aku dan Kazuto-kun diskusikan berdua.”
“Tidak, aku Istri Kazuto-kun. Jadi, wajar saja jika seorang Istri ikut ambil dalam diskusi ini.”
“Kamu benar. Bagaimanapun juga Rinka adalah Istri Kazuto-kun…..Eh, istri?”
Mikio Papa yang sepertinya merasa kebingungan dengan kata-kata Putrinya, memiringkan kepalanya.
Itu tidak bisa……
Apa dia tidak menyadari bahwa Putrinya sendiri bertindak seolah-olah dia adalah seorang istri?
Mikio Papa meletakkan tangannya di dagu dan berpura-pura berpikir sejenak.
Kemudian dia perlahan mendongak dan mengalihkan pandangannya ke arah kami.
“Kazuto-kun.”
“……Ya.”
“Apa anak remaja zaman sekarang menyebut pacar mereka sebagai istri mereka?”
“Tidak, ah, yah.. itu, kurasa..”
“……”
“Dengar, Ayah. Sebenarnya, Kazuto-kun dan aku sudah menikah sejak SMP. Aku benar-benar minta maaf karena tidak memberitahumu.”
“Rinka, aku ingin kamu mendengarkanku sebentar. Kalian berdua pacaran, bukan menikah ‘kan?”
“Tidak, kita sudah menikah.”
“――――”
Hari ini, untuk pertama kalinya, Mikio Papa sangat terkejut.
Dia melepas topeng besinya dan menunjukkan reaksi seperti manusia.
“Ayah? Apa kamu baik-baik saja?”
Tanpa menjawab pertanyaan Rinka, Mikio Papa melihat ke langit-langit.
“AAAAAAA……. Sepertinya Rinka sudah melampaui istriku.”