Sungguh menyedihkan, Gosip itu menyebar dengan sangat cepat setelah istirahat makan siang.
Jadi ini yang mereka sebut-sebut dengan “ Jaringan sekolah” itu ?
Sayangnya, gosip yang yang banyak beredar dari mulut ke mulut itu kebanyakan tentang “ Eh kalian tau tidak kalau Tokiwagi itu..bergantung secara finansial kepada Wakamiya Rin”. Ya…Mereka memang tidak sepenuhnya salah.
“ Jangan-jangan mereka berdua ini berpacaran? “
Soal gosip yang itu aku hampir tidak mendengarnya, mungkin karena aku dan Wakamiya sudah membantahnya sehingga gosip semacam itu tidak lagi muncul ke permukaan.Parahnya, mereka malah membuat gosip-gosip tentang kepribadianku yang buruk ini. Reputasiku terus jatuh layaknya seperti kejatuhan perusahaan dipasar saham. Kurasa sekarang aku bukan lagi berada di kelompok D tapi kelompok E.
Tapi ada sesuatu yang lebih mengkhawatirkan daripada gosip itu.
Sepulang sekolah, aku dengan buru-buru pergi meninggalkan sekolah secepat mungkin agar aku bisa langsung pergi Kerja sambilan. Kemudian, aku bertemu dengan Wakamiya ketika ingin melewati gerbang sekolah. Dia memanggilku, tapi…aku mengabaikannya
Aku merasa tidak enak bersikap seperti itu. Dia selalu membantuku, tapi aku malah melakukan hal yang tidak pantas terhadapnya.
Aku sengaja melakukannya karena kulihat sudah banyak sekali siswa-siswa lain yang hendak pulang, apalagi gosip-gosip itu sudah mulai beredar hari ini..
Maka…aku tidak punya pilihan lain selain memperlakukannya dengan sikap dingin seperti itu.
***
“ Terima kasih atas kerja kerasnya” Aku masuk melalui pintu belakang sembari menyapa manajer.
“ Eh..Tokiwagi-kun! Aku juga bergantung kepadamu hari ini”
“ Ya Aku akan melakukan yang terbaik demi uang gajiku”
“ Hahaha kau jujur sekali”
Tawa manager sembari mengoperasikan komputer. Kelihatannya dia sedang memeriksa Jadwal Shift kerja.
“Kau hari ini akan kerja full shift bukan? Bisakah kau selesai pada jam sembilan nanti?
“ Oh iya, manajer, aku ingin membicarakan tentang itu…”
“ Tentang apa? “
“ Bisakah aku pulang satu jam lebih awal dari yang biasanya?”
Manajer itu sedikit melebarkan matanya. Dia terlihat terheran-heran.
“ Hah? Tumben sekali. Ku kira kau ingin tetap disini sampai sampai tokonya tutup…memangnya nya ada apa ?
“ Anu…, sebentar lagi aku ada ujian, jadi aku mau belajar dirumah”
“ Ohh begitu”
Manajer memeriksa jadwal lagi dilayar komputernya. Sembari merenung dia mengerutkan keningnya. “ Hmmm, Ya itu tergantung ramai atau tidaknya pelanggan sih, tapi biasanya hari senin tidak terlalu ramai. Dan….Karena kau selalu rajin dan bekerja keras, jadi aku tidak keberatan.”
“ Terima Kasih banyak. Kalau begitu aku akan menganti pakaianku”
“ Oh iya. Sepertinya temanmu yang kemarin datang lagi…kau boleh mengobrol dulu dengannya sebelum kau mulai bekerja, oke?
“ Baik… Terima kasih banyak. A-Aku.. aku hari ini sedang tidak ingin mengobrol dengannya”
Aku pergi dan menuju ke ruang ganti. Sekilas secara samar-samar aku mendengar manajer mengatakan “ Hmm? Pertengkaran sepasang kekasih ya? , Enak sekali ya jadi anak muda, aku jadi ingin merasakannya lagi” tapi aku mengabaikannya.
Satu jam setelah aku mulai bekerja, Wakamiya yang sudah duduk di kursinya yang biasa lalu berdiri dan mengantri di kasir. Hanya ada satu mesin kasir yang buka saat ini. Jadi mau tidak mau dia harus mengantri di kasirku.
Wakamiya menatapku. Aku menanggapinya dengan senyum palsuku seperti biasa.
“ Mau pesan apa? “
“ Aku mau pesan dua buah donat”
“ Baik terima kasih banyak!”
Kelihatannya Wakamiya ingin mengatakan sesuatu. Namun Dia sepertinya mengerti kalau dia seharusnya tidak menganggku berkerja.
Aku yakin pasti ada sesuatu yang ingin dia katakan.
“ Silahkan tunggu di sisi sebelah sini”
Tanggapan semacam itu adalah tanggapan biasa yang dilontarkan oleh pekerja paruh waktu sepertiku kepada para pelanggan. Aku mungkin tampak dingin terhadapnya walapun aku mengenalnya.
Wakamiya sedikit menghela nafas mendengar tanggapan ku. Setelah itu, Wakamiya kembali ke tempat duduknya dan tidak ada lagi mengantri di depan kasir.
2 Jam kemudian
“ Ah..Sulit sekali mengembalikan kotak bekal ini” Aku bergumam sembari mengganti pakaianku setelah selesai bekerja.
Sulit sekali bagiku untuk mendekatinya. Lagipula, akulah yang mencoba menjaga jarak darinya. Aku ingin menunggu sampai gosip tentang aku dan Wakamiya itu mereda, tapi..itu kelihatanya terlalu berlebihan.
Aku memeriksa keadaan sekitar untuk memastikan bahwa si Dewi itu tidak sedang menungguku dipintu belakang.
…Dan ternyata, dia sama sekali tidak menyadari adanya perubahan pada jam kerja ku.
dengan sigap Aku langsung buru-buru mengambil sepeda dan mengendarainya dengan kecepatan penuh melewati rute jalan lain yang pernah kulalui.
Kurasa ini pertama kalinya dalam minggu ini semenjak terakhir kali aku berjalan melewati jalan ini pada minggu lalu.
Meski baru seminggu, rasanya begitu nostalgia.
“Ya ampun. Apa yang sudah ku perbuat ?” Gumamku..
Aku berhasil kaburnya darinya,dan yang kurasakan hanyalah sebuah rasa kepuasan terhadap diri sendiri.
Ya, aku memanglah egois.
Aku menghela nafas sembari menatap ke arah langit malam yang gelap tanpa ditemani bintang-bintang.
Langitnya seolah-olah mewakili isi hati.
“ ..Hm?”
Kulihat ada seseorang yang berdiri di pintu masuk apartemenku, spontan membuatku begitu gelisah.
Seseorang yang tengah berdiri itu bukanlah pemilik sewa apartemenku. Dia adalah…
“…Aku sudah menunggumu Tokiwagi-san…”
Sebuah mobil datang melintasi kami.
Diterangi oleh cahaya mobil itu, kulihat sang Dewi itu menatapku dengan matanya yang berkilau.