“Itu tidak baik, Kazu-kun.”
“Itu tidak baik, Kazuto-senpai.”
Pada hari libur tertentu. Aku berada di kamarku dan dua Idol populer sedang melihatku pergi. Keduanya, tak perlu dikatakan lagi, Kurumizaka-san dan Kiyokawa. Mereka mengenakan pakaian kasual yang feminim.
Bagaimana situasi ini bisa terjadi?
Alasannya karena mereka mendengar rincian kencan menginap dari Rinka dan datang kepadaku untuk berbicara. Namun, Rinka tidak ada di sini.
“Maaf jika omonganku terdengar kasar. Tapi, Kazuto-senpai. Kamu itu pengecut yak.”
“Ugh…… Aku tidak bisa menyangkalnya.”
“Kazu-kun adalah orang yang seperti itu, huh. Perbedaan antara yang berani dan yang tidak terlalu berani cukup drastis, kau tahu.”
“Seperti yang dikatakan Nana-senpai. Padahal Rinka-senpai sudah siap untuk melakukannya, tapi sebaliknya kamu malah menjadi pengecut. Senpai, apa kamu berkepribadian ganda?”
“Ugh.. b-bukankah kau terlalu berlebihan?”
“Tidak, tidak.. Itu adalah fakta, kamu tahu? Kamu masih tetap menjadi pengecut padahal Rinka-senpai sudah memberikan ‘OK’ …”
“Tapi Rin-chan juga memiliki masalahnya sendiri. Aku tidak habis pikir mengapa kalian berakhir bermain gim online..”
Mereka berdua menghembuskan “Haah” dengan sedih. ……Kurasa kau tidak bisa menyalahkanku untuk itu.
Aku hanya gamer nerd, kau tahu? Sejak kecil, yang aku tahu hanyalah bermain gim online dan aku tidak tahu apa-apa soal percintaan. Buknkah hal yang wajar jika aku menjadi pengecut?
Mempertimbangkan hal itu, aku kagum pada bagaimana aku bisa menghadapi para Idol ini sejauh ini…….
Pria herbivora lainnya akan terlalu gugup untuk berbicara. Atau mereka akan kebingungan dan menjadi sangat bersemangat. Dalam kasusku, mungkin itu adalah ketidakpekaanku sebagai seorang gamer nerd.
“Aku terkejut saat mendengarnya dari Rin-chan. Kencan menginap itu awalnya berjalan dengan lancar. Tapi di menit-menit akhir, Rin-chan membuat kesalahan. Terlebih lagi, Ayahnya memergoki kalian yang ingin berciuman…”
“Di satu sisi, Ayahnya adalah korban terbesar di sini.”
“Tidak, akulah korban di sini.”
“Hah?”
“Apa?”
“……Maaf.”
Kenapa kalian begitu kejam sih? Aku akan menangis, kau tahu……
“Kazuto-senpai, menurutku sangat baik bahwa kamu perhatian dengan Rinka-senpai. Tapi, terkadang hal itu bisa menyakiti orang lain, kamu tahu?”
“…. Ya, aku mengerti.”
“Kazu-kun, kupikir kamu harus sedikit lebih agresif!”
“Meski kau mengatakan itu, cukup sulit bagiku, kau tahu.”
“Haaa, kamu bahkan belum menciumnya. Molase, kamu seperti molase!”
“……..”
“Dengar nggak, Kazu-kun!”
“Y-Ya, aku mendengarkannya dengan sangat baik.”
“Lalu kenapa kau diam?”
“Ini hanya…… Aku malu untuk melakukan percakapan semacam ini dengan gadis-gadis!”
“”EEHH?””
Ketika aku dengan berani mengatakan perasaanku yang sebenarnya, mereka berdua memutar mata mereka dan memiringkan kepala mereka.
“Eh, ada apa dengan reaksi itu? Apa kalian tidak keberatan membicarakan soal percintaan dengan anak laki-laki?”
“Tidak, aku sih gak masalah. Aku tidak peduli soal gender. Jadi, mau laki-laki atau perempuan, tidak masalah..”
“Mn, aku juga tidak keberatan. Asal anak laki-laki itu dekat denganku..”
“Tidak, kalian harus sedikit peduli tentang itu…”
“Fufu, kamu mungkin tidak tahu ini, Kazuto-senpai, yang tidak memiliki kontak dengan gadis-gadis, tapi yang mengejutkan, bahkan di antara para gadis, kami terlibat dalam percakapan seperti itu.”
“Ya. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kamu bicarakan di depan anak laki-laki.”
“Tidak. Aku juga laki-laki, kau tahu? Eh, apa kalian pikir aku ini seorang gadis? Atau apa kalian bahkan memperlakukanku seperti manusia?”
Aku telah merasakan untuk beberapa waktu bahwa keduanya anehnya sangat dekat satu sama lain terhadapku. Ini bukan dengan cara yang ramah, tetapi lebih seperti mereka tidak berhati-hati terhadapku.
“Yah, bukankah kamu hanya seorang gamer nerd, Kazuto-kun. Benar ‘kan, Nana-senpai.”
“Oi, apa maksudmu dengan itu? Kau pasti berpikir bahwa seorang gamer nerd tidak memiliki hak asasi manusia? Sialan, aku akan menangis.”
“Yah, setidaknya bagiku.. Kazu-kun tetaplah Kazu-kun dariapda anggota lawan jenis.”
“Aku tidak mengerti.”
Aku bahkan tidak mengerti apa artinya itu, tapi setidaknya aku tahu dia tidak menganggapku sebagai anak laki-laki.
…….itu membuatku sedikit sedih.
Bukannya aku ingin dia sadar akan diriku, tapi itu adalah perasaan yang rumit.
“Sebagai orang yang memegang komando operasi cinta Kazu-kun x Rin-chan, aku tidak bisa membiarkan ini terjadi!”
“Aku belum pernah mendengar tentang operasi ini.”
Kupikir itu adalah sesuatu operasi pertemanan sebelumnya. Bagaimanapun, itu masih memalukan untuk didengar.
“Aku, Kiyokawa Ayane, adalah kepala staf.”
“Hee~. Jadi, semuanya berkembang ketika aku tidak ada.”
“Btw, Kazuto-senpai adalah bawahan, seorang pemarah.”
“Kenapa sih. Aku bukan pemain kunci dalam operasi ini?”
“Orang yang memegang peran kunci adalah Rinka-senpai. Dan peran Kazuto-senpai adalah untuk membuat Rinka-senpai bahagia. Kazuto-senpai, apa kamu punya ide bagus?”
Kiyokawa bertanya padaku dan aku memikirkannya untuk sementara waktu. Hanya ada satu ide.
“Sebuah pertunjukan kembang api, kurasa.”
“Pertunjukan kembang api?”
“Ya, benar. Rinka pernah mengatakan padaku bahwa dia ingin pergi ke pertunjukan kembang api denganku.”
“Kenapa kalian berdua tidak pergi saja? Ini akan mudah dengan keterampilan menyamar Rinka-senpai.”
“Itu…… Dia ingin memakai yukata.”
“….. Ah, kalau itu.. pasti agak sulit.”
Mendengar kata-kataku, Kiyokawa mengerang dengan “Hmmm”.
Dalam yukata, akan sulit untuk menyamarkan dirinya sendiri. Ini akan mengungkapkan identitas aslinya.
“Dia juga ingin pergi ke beberapa kios makanan yang ada di sana. Sejujurnya, kupikir itu tidak mungkin.”
“Aku tidak terlalu suka kata ‘tidak mungkin’. Tapi… yah, kamu pasti memikirkannya..”
“Meski begitu, kamu ingin mewujudkan keinginan Rin-chan, bukan?”
Kami bertiga melipat tangan kami, memiringkan kepala kami dan merenung.
Tidak mungkin, tidak peduli bagaimana caranya, bukan?
Jika seorang Idol populer pergi ke pertunjukan kembang api dengan seorang pria, pasti akan ada skandal.
“Bagaimana kalau kita mengadakan pertunjukan kembang api sendiri? Kita bisa mengumpulkan semua tamu sendiri dan meminta kerja sama mereka!”
“Itu sembrono. Kita tidak punya semua uang. Aku tidak tahu rinciannya, tetapi biaya pertunjukan kembang api sekitar +10 juta yen. Jika kita harus membayar ekstra dan menyewa lokasi di atas itu, biayanya akan lebih dari 100 juta yen.”
“Kalau begitu, bagaimana dengan kembang api biasa?”
Itu hanya akan membuat Rinka sedih.
“Kazu-kun. Apa kamu punya rencana?”
“Kazuto-senpai, kamu satu-satunya harapan kami.”
“Bahkan jika kalian berkata begitu. Aku sudah memberitahu kalian sejak awal, bukan, bahwa itu akan mustahil.”
Alih-alih memikirkan strategi, mereka telah meninggalkan pikiran mereka.
Kemudian Kiyokawa berseru, “Ah, aku punya ide!” dan matanya bersinar dengan kilauan.
“……Apa itu?”
“Masalahnya, Idol populer dan seorang pria pergi ke pertunjukan kembang api bersama, kan?”
“Benar.”
“Lalu bagaimana dengan ini? Jika itu Idol populer dan seorang gadis, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Hah?”
Jika itu masalahnya, maka, aku tidak akan bisa memenuhi keinginan Rinka untuk pergi ke pertunjukan kembang api bersamaku.
“Oh, itu ya! Aku mengerti apa yang kamu katakan, Ayane-chan!”
“Seperti yang diharapkan dari Nana-senpai. Apa hanya Kazuto-senpai satu-satunya yang belum menyadarinya?”
“A-Apa maksudmu……?”
“Sederhana saja. Yang harus kamu lakukan adalah—-menjadi seorang gadis, Kazuto-senpai.”
“H-HHUUUUUUUUUUUHHHHHHHHH!?”
Dia mengatakannya dengan wajah serius dan tanpa senyuman, membuatku berteriak.
Aku….. menjadi seorang gadis, katamu?
“Tapi tunggu, Ayane-chan! Kalau Kazu-kun menjadi seorang gadis, mereka tidak akan bisa memiliki anak, bukan? Kupikir itu akan sedikit menyedihkan. Aku ingin menggendong anak Rin-chan dalam pelukanku.”
“Hmm, begitu ‘ya. Jadi, kamu ingin dipanggil Nenek ‘ya, Nana-senpai?”
“Bukan! Onee-san! Aku belum siap dipanggil Nenek!”
……. Ini tidak ada harapan. Aku tidak bisa mengikuti percakapannya. Aku bahkan tidak ingin mengikuti.
Topik tentang memiliki anak yang diangkat oleh gadis-gadis ini, membuat pecundang herbivora sepertiku tersipu malu.
“Aku ingin mengakhiri hidupku sebagai seorang pria jika memungkinkan.”
“Tidak ada yang mengatakan apapun tentang pengebirian.”
“Lalu apa?”
Aku bertanya dengan bibir kaku dan kemudian Kiyokawa menyeringai.
“Tentu saja, crossdressing.”
Crossdressing—- katamu?