“Yosh.”
Tepat setelah kami pulang ke rumah dari festival musim panas, Yuuka segera mengisi air di ember dan kemudian meletakkannya di halaman rumah.
Rambut hitam panjangnya kini dia ikat kepang, memberikan kesan yang berbeda dari penampilannya yang biasanya.
“Baiklah, Yuu-kun, sesaat lagi…, pertunjukkan kembang api yang kedua akan dimulai! Ehehehe.”
Dengan ekspersi yang terlihat bahagia, Yuuka meletakkan tangannya di pinggulnya.
Melihat tingkahnya itu, aku hanya tertawa sambil kemudian meletakkan kembang api yang kubeli di samping ember.
“Sekalipun kau bilang ini adalah pertunjukkan yang kedua…, tapi pada dasarnya, sebelumnya saat di festival kita hampir tidak bisa melihat pertunjukkan kembang api. Jadi bukankah harusnya ini adalah pertunjukkan yang pertunjukkan yang pertama?”
“Issh, kau ini terlalu musingin detail-detail seperti itu! Tapi yah, bagaiman kalau menyebutnya pertunjukkan kembang api di tengah malam? Atau pertunjukkan kembang api yang orang-orang lain tidak tahu?”
“Bukannya itu malah kedengaran aneh?”
Sambil mengobrol-ngobrol seperti itu, aku dan Yuuka masing-masing mengambil kembang api dan kemudian menyalakannya menggunakan korek.
Ssrrrrr…, sambil memubat suara yang memekik, percikan api yang cemerlang meletus dari kembang api yang kupegang.
Setelah itu, kami menyalakan kembang api tikus.
“Kyaaa, kembang apinya meluncur ke sini!”
Yuuka berlari ke belakangku, mencoba melarikan diri dari kembang api yang bergerak sambil membuat suara melengking.
Momen memainkan kembang api ini, hanya kami berdua saja yang menikmatinya. Sekalipun tidak sesepetakuler pertunjukkan kembang api di festival…, tapi anehnya ini terasa sangat menyenangkan.
“Baiklah, sekarang kembang api yang terakhir…, kembang api dupa!”
Mengatakan itu, Yuuka memberikanku satu batang kembang api, dan kemudian, kami berdua berjongkok dan menyalakan kembang api tersebut.
Saat aku melihat penampilan Yuuka dalam mengenakan yukata serta rambutnya yang dikepang, aku merasa dia terlihat sangat mempesona…, dan tau-tau saja jantungku berdebar kencang.
“…Hei, Yuu-kun?” Sambil menatap percikan kembang api, Yuuka bergumam pelan kepadaku. “Makasih ya untuk hari ini… Dan juga, maaf, karena aku sudah memberitahu rahasia kita pada Nihara-san.”
“Tidak, harusnya akulah yang meminta maaf. Soalnya, selama ini aku telah membuatmu bertingkah seolah-olah kau adalah adikku.”
Setelah mengatakan itu, kami terdiam lagi, terus menatap kembang api yang menyala.
Sepertinya, kembang api milikku lebih cepat terbakar?
Hm, kayaknya tidak juga, soalnya kembang apinya Yuuka juga terbakar dengan cepat.
“Menurutmu batang kembang apinya siapa yang akan padam terlebih dahulu?”
Seolah-olah dia bisa membaca pikiranku, Yuuka tersenyum kepadaku.
“Apa kau ingin bersaing? Akankah kembang apimu duluan yang padam atau kembang apiku?”
“Oke.”
“Ngomong-ngomong, yang kalah akan nanti akan dihukum.”
“Eh, kok malah ada hukumannya? Bukankah itu curang kalau baru mengatakan itu sekara——”
Entah apakah karena aku mencoba untuk memprotesnya, tapi saat itu, ujung kembang apiku tiba-tiba jatuh ke tanah.
“Nah, kau kalah!”
“Bukankah itu curang?”
“Itu tidak curang!”
Memegang kembang api yang masih menyala di satu tangannya, dengan tangannya yang lain Yuuka melambai memanggilku ke arahnya.
Haah, dia mau hukum aku kayak gimana?
Dengan pemikiran itu, aku mendekat ke arah Yuuka.
——Cup!
“——?!”
Terkejut dengan sentuhan lembut di bibirku, dengan panik aku langsung berdiri.
Yuuka, yang masih berjongkok dan terus melihat kembang api, melirikku dengan pipi yang memerah.
“Hukumannya adalah orang yang kalah harus dicium oleh yang menang!”
Sambil cekikikan, Yuuka mengatakan itu.
Ekspresinya itu membuatnya terlihat seperti Yuuna-chan, tapi…, aku merasa itu sedikit berbeda.
Entah apapun yang kurasakan berbeda itu, satu hal yang pasti adalah senyuman menawan yang dia tunjukkan membuatku jantungku berdetak dengan cepat.
“Kuharap mulai sekarang dan kedepapannya kita berdua bisa menghabiskan waktu kita dengan penuh kesenangan dan senyuman.”
Mendengarkan Yuuka menggumamkan itu, aku jadi ingin mengatakan kepadanya bagaimana perasaaanku dengan jujur.
“Tidak ada hari yang tidak menyenangkan sejak kau datang ke dalam hidupku, Yuuka.”
“…Sungguh?”
“Aku bahkan tidak ingat bagaimana dulu aku menghabiskan hari-hariku ketika kau tidak ada… Dan kalau kau tidak ada, mungkin hari-hariku akan membosankan.”
“Ehehehe, jangan khawatir soal itu! Aku bersumpah…, aku tidak akan pernah pergi dari sisimu, Yuu-kun!”
Saat itu, kembang api Yuuka jatuh ke tanah.
Kemudian, setelah menempatkan kembang api yang sudah hangus itu ke dalam ember, Yuuka berdiri dengan perlahan, dan—menghadap ke arahku.
“Aku, Yuuka, akan selalu ada di sisimu! Karenanya…, ayo kita tertawa bersama-sama!”
Dengan senyum lebar, Yuuka menyerukan itu.