Akhir pekan pun tiba, karena hari ini sekolah libur, jadi aku memutuskan untuk mengunjungi kota Drintle.
Menggunakan [Fly] dalam sekejap aku langsung sampai di dekat kota Drintle. Meskipun ini adalah jarak dua hari jika menggunakan kereta, dengan sihir [Fly] aku bisa menjangkaunya hanya dalam waktu sekitar satu jam. Aku terbang dengan ketinggian sekitar 100 meter diatas permukaan, kuperhatikan banyak kereta kuda yang datang dan pergi dari dan menuju ke ibukota. Sesuai dugaan dengan adanya hutan monster di dekatnya, mereka bisa mendapatkan barang barang yang cukup untuk hidup.
Tentu saja aku tidak bisa begitu saja terbang langsung masuk kedalam kota, jadi aku memutuskan untuk mendarat di dekat pintu masuk, dan berjalan kaki menuju gerbang.
Dinding luar kota ini terbuat dari tumpukan batu setinggi sekitar tiga meter. Ada tiga lokasi gerbang, di timur, barat dan selatan kota. Gerbang timur menghubungkan ke ibukota, gerbang barat menuju ke hutan monster, sedangkan gerbang selatan menghubungkan kota ini dengan kota-kota lain.Aku pernah membaca disuatu buku bahwa mosnter-monster yang berkumpul di sebuah hutan akan dapat membanjiri kota seriab beberapa puluh tahun sekali.
Alasan itu juga yang membuat bahkan di wilayah Gracia memiliki dinding setinggi 5 meter.
Di depan gerbang ada beberapa prajurit yang memeriksa para pedagang yang ingin memasuki kota.
“Hei, selanjutnya! Apa isi karung ini?”
“Hanya beberapa gandum dan garam…”
Setelah penjaga itu selesai memastikan barang bawaan pedagang, ia pun menandatangani dokumen perijinan.
“Oke, kau boleh masuk…”
Barang baran yang msuk ke kota ini kebanyakan adalah barang pangan, senjata dan armor. Sedangkan barang yang keluar adalh sesuatu seperti bahan drop dari monster. Dan memang di kota ini banyak menerima berbagai macam bahan dari monster yang kalahkan oleh para petualang.
Dan tibalah giliran Cain.
“Yos, selanjutnya! Hmm bocah petualang ya?? Kamu gak bawa apa-apa?? Ini tidak cocok untuk anak-anak loh…”
Cain memberikan kartu guildnya pada penjaga yang memeriksanya.
“Ah.. petualang rank A ya… maafkan aku… Silahkan masuk…”
Cain merasa kebingungan karena ia diperbolehkan masuk tanpa pemeriksaan apapun.
“Jika aku rank A apa aku boleh masuk tanpa pengawasan?? “
“Karena kota ini bisa dikatakan sebagai kotanya petualang… jadi kami tidak melakukan pemeriksaan pada petulang rank A keatas…”
JAwab penjaga itu.
“Jadi itu bahkan tidak masalah jika aku membawa barang terlarang?? “
“…kurang lebih begitu”
Penjaga itu menjawab sambil tersenyum.
“Yasudah kalau begitu… aku masuk ya… Ah iya apa anda tahu dimana guild petualang?? “
“Kalau guild jika kamu terus menyusuri jalan ini nanti juga akan tahu… itu terletak dekat dengan persimpangan jalan utama… ah.. berhati-hatilah dengan guild di sini…”
“Terima kasih! Aku akan baik-baik saja.”
Setelah mengucapkan terimakasih pada penjaga yang menjawab pertanyaannya dengan penuh perhatian, aku pun melewati gerbang.
Didalamnya terdapat sebuah jalan lurus yang besar. Permukaan nya hanya tanah tidak seperti di ibukota yang merupakan susunan batu, namun luas jalanan ini cukup besar meskipun dua kereta kuda saling berpapasan.
Di kedua sisi jalan terlihat banyak toko-toko berbaris dan banyak pula penginapan yang tersedia disana sini. Seertinya ememang banyak sekali pelancong yang datang dan membuat bisnis kota ini terlihat makmur.
“Sepertinya ini lebih normal dari apa yang aku bayangkan….”
Cain menelusuri kota, sambil memperhatikan apa yang ada di kiri dan kanannya. Sesampainya di persimpangan jalan, terlihat sebuah bangunan yang besarnya sangat berbeda dengan bangunan disekitarnya, nampaknya itulah guild petualang.
“Wuah Guid disini besar sekali.. paahal ppulasi disini cuma satu persen nya populasi ibuta, tapi besarnya tidak kalah dengan guild ibukota… bahkan letaknya ditengah kota begini… pasti akan repot membawa moster hasil tangkapan…”
Cain langsung masuk kedalam guild. Aula guild sama seperti yang ada di ibukota, ada papan quest disebelah kanan, meja resepsionis dibagian depan serta bar dibagian kiri. Tentu saja hanya ada para petualang di dalam guild ini, ada beberapa dari mereka sedang bercengkrama sambil melihat papan quest.
Diantara sepuluh meja resepsionis yang ada, ia menuju ke meja yang tak ada seorangpun mengantri di sana. Resepsionis itu seperti berusia 20tahunan dan terlihat tidak ramah. Bahkan saat melihat Cain yang masih berusia 10 tahun, wajahnya masih masam.
“Hmm? Ada apa?? Mau daftar? Bocah, meskipun kamu bisa daftar di guild sejak umur 10 tahun, petualang disini levelnya agak tinggi, kenapa gak daftar di tempat yang lebih pelosok aja”
“Bukan… Aku sudah terdaftar, mulai hari ini aku akan sering ke kota ini, jadi cuma mau menyapa…”
“Gitu ya.. gitu ya… di tempat ini banyak petualang silver keatas, jadi untuk bocah peringkat iron ati-ati ya… Akau Betty, bocah siapa namamu ? “
“Aku Cain. Salam kenal”
“Cain ya.. Okelah… Oii!! Siapa aja, sambut dia…!!”
Wanita resepsionis bernama Betty berteriak ke arah aula.
“Ooh orang baru di baptis ya… lama gak liat beginian…”
“Kasihan sekali dia…”
Beberapa petualang menatap kasihan melihat Cain dari jauh.
“Kita yang jadi lawanmu.. Oii bocah ayo ikut.. “
Suara itu beraasal dari parti lima orang dengan wajah yang terlihat jahat.
“Eh?! Mau ngapain??”
Cain terkejut degan tidakan yang tiba-tiba ini.
“Tentu saja latihan tanding selamat datang… Ini pesta penyambutan kita disini…”
Resepsionis bernama Betty itu keluar dari mejanya sambil menyalakan rokok.
Parti lima orang itu mengelilingi Cain, dan memegangi kedua tangan nya.
“Kalo gitu… langsung ketempaa latihan aja yuk..”
Para petualang mengikuti resepsionis bernma Betty itu menuju ke tempat pelatihan.
“Wuahh.. Lama gak liat beginian… kita juga nonton yuk…”
Para petualang yang ada di bar juga satu persatu mulai mengikuti menuju ke tempat latuhan. Ketika masuk kedalam dari aula guild, ada sebuah arena berlatih berbentuk lingkaran seluas beberapa meter. Dan entah mengapa ada tempat bagi penonton untuk duduk mengitarinya. Sepertinya ini diperlakukan seperti arena bertanding karena dikota ini terdapat banyak petualang
Para petualang yang yang penasaran pindah ke tempat penonton sambil membawa sake mereka.
“Osh.. Kita taruhan yuk bocah it bisa sampai mana!!”
“Aku taruhan stu koin perak dia bakal pingsan dalam dua menit!!”
“Kalo aku satu menit!!”
“kalau aku lima menit dan akan ada lubang besar!!!”
Tampaknya perjudian sudah dimulai diantara penonton. Cain di lepaskan di tengah arena pelatihan. Lima petualang itu berdiri di hadapannya dengan memegang pedang latihan yang bagian tajamnya sduah rusak.
Cain pun juga diberikaan sebuah pedang latihan.
“Osh udah siap? Aku yang akan jadi jurinya… Pertandingan akan selesai jika aku menghentikannya, sampai saat itu apapun yanng terjadi pertandingan akan terus berlanjut. “
Betty memberi kan tanda sambil memegang rokoknya.
“Mulai!!!”
Para petualang bergerak perlahan dengan senyum menyeringai.
“Biasanya kalian melakukan hal semacam ini ya… Sepertinya ini harus diperbaiki…”
Cain menghela nafas.
“Ah, Betty-san, jika ada kerusakan ditempat latihan ini, siapa yang akan memperbaikinya?”
Cain bertanya kepada Betty tanpa mempedulikan para petualang memegang pedang di hadapannya.
“Tentu saja, karena ini adalah milik Guild, maka guild petualang lah yang akan memperbaikinya…”
“Kamu janji ya…”
Cain merasa lega dengan jawaban Betty. Dia agak khawatir ketika dia menghancurkan tempat pelatihan disekolah, Yang Mulia mengeluh bahwa beliau yang membayar untuk itu.
“Oy bocah.. apa lu bisa sesantai itu?? “
Cain membalas senyuman mengerikan kelima petualang itu dengan senyuman lembut dan mengucapkan sepatah kata.
“Ah semuanya… usahakan agar kalian jangan sampai mati ya… tentu saja para penonton juga…”
“[Fire Bullet] “
Diatas telunjuk Cain yang di acungkan, muncul lima buah bola api biru melayang.