Berkat keingingan Hinata, diputuskan untuk melakukan acara pembagian sembako dan memasak di daerah kumuh bersama dengan orang-orang gereja.
Setelah menjemputnya di Istana, sejak pagi Cain dan Hinata menaiki kereta menuju ke gereja. Bahkan di ibukota kerajaan Esfort ternyata juga ada wilayah kumuh. Anak-anak yang kehilangan orang tua mereka dan tidak masuk panti asuhan, serta orang-orang yang tak memiliki pekerjaan yang hanya berduduk-duduk di sudut jalan seharian.
Dan kereta berjalan melewati mereka. Setibanya di lokasi, beberapa relawan termasuk para suster sudah mempersiapkan acara.
Untuk membantu mereka, Hinata menarik lengan jubahnya, dan bergabung bersama mereka. Karena Cain ikut sebagai pengawal, dia hanya bersiaga mengawasi dari dekat.
Mereka merebus sayuran dan daging, setelah itu menyiapkan piring dan sendok.
Ketika mereka mulai memasak, para penduduk di wilayah kumuh itu berkumpul dalam jumlah yang tak terduga. Para prajurit mengatur barisan dan membimbing para penduduk daerah kumuh ini, namun mereka terkejut dengan jumlah yang sebanyak ini.
Meskipun sedikit, di kota Drintle juga memiliki daerah kumuh. Namun berkat pembongkaran dark guild, memberilkan pekerjaan kepada orang-orang disana, sert membangun panti asuhan dan sekolah bagi anak-anak, membuat kehidupan mereka tak begitu sulit.
Namun tak seperti di Drintle yang hanya memeiliki populasi beberapa ribu orang, Ibukota dikatakan memiliki penduduk lebih dari 300.000 orang. Tentu itu akan membutuhkan usaha serta anggaran yang lebih besar untuk mengatasi masalah ini, dan tentunya ini tidak mudah.
Hinata berdiri di hadapan barisan panci besar, memindahkan makanan ke piring, lalu meberikannya kepada penduduk. Diantara mereka ada yang sampai menangis bersyukur telah melihat dirinya.
Dan ini berlanjut sampai puluhan orang terlalui. Ketika Cain sedang memperhatikan pemandangan iini, dua orang prajurit berlari mendekati Cain.
Penjaga itu terlihat terengah-engah, dan Cain mengatakan mereka untuk menarik nafas terlebih dahulu, lalu setelahnya mereka mulai berbicara kepada Cain.
“Apa benar anda Viscount Silford? Kami dapat panggilan langsung dari Istana kerajaan…”
“Itu benar…. tapi saat ini aku dalam misi pengawalan Saint-sama… “
Dia berada di sini dalam rangka mengawal sang Saint. Ia tak mengerti alasan mengapa ia dipanggil ke istana.
“Itu benar… tapi Marquis Cordino memerintahkan kami untuk memanggil Viscount Silford…”
Mendengar nama Cordino disebutkan, Cain mengerutkan wajahnya.
Bisasanya, bagi Cain yang hanya seorang Viscount yang merupakan bangsawan kelas bawah, harus mematuhi panggilan dari Marquis yang merupakan bangsawan kelas atas. Namun saat ini ia sedang berada dalam misi langsung dari kerajaan untuk mengawal Saint, karena itu dia berniat menolaknya.
“Maaf, tapi aku tidak bisa sekarang, bagaimana nanti saat aku mengntarkan Saint-sama saja.. “
Begitu Cain menjawab, namun pnjaga itu mengatakan sambil meminta maaf bahwa dia dibertahu, “Pastikan untuk membawanya kemari….”
Saat mereka sedang melakukan pembicaraan, terdengar suara dari belakang.
“Karena Cain-dono dipanggil ke istana, biar kami saja yang mengawal Saint… anda boleh pergi…”
Adalah sang kapten pengawal itu yang berbicaea. Dia berbicara sambil memasang wajah seakan akan senang bahwa pengganggu telah pergi.
“Meskipun begitu saat ini aku sdang dalam misi pengawalan…”
“Jadi menurut anda kami sebagai pengawal tidak bisa dipercaya?? Pasukan pengawalan kebanggaan kerajaan Marineford tidak bisa mengawal Saint?? “
“Baiklah… aku akan pergi sebentar… Aku serahkan pada kalian untuk sementara…”
Cain dengan enggan menyetujuinya dan memutuskan untuk pergi ke istana.
“Aku akan segera menuju ke Istana… Maaf tapi bisakah beberapa prajurit gantikan aku mengawal Saint? Akan jadi masalah jika terjadi sesuatu padanya…”
Prajurit itu menyetujui dan salah satunya pergi memanggil beberapa orang lagi. Cain menjelaskan kepada Hinata bahwa dia akan pergi sebentar karena dipanggil ke Istana, lalu ia menaiki kereta dan menuju ke Istana.
Setelah sekitar 30 menit, ia tiba di Istana lalu ia menuju ke ruangan kerja Marquis Cordino dengan diantr oleh pelayan. Ketika ia mengetuk pintu dan menjelaskan, setelah diberikan izin, pelayan itu membuka pintu lalu berdiri di samping pintu.
“Silahkan…”
Dengan iu, Cain langsung masuk kedalam ruangan.
Ruangan itu terlihat mewah, dengan berbagai macam ornamen berkelas terletak dimana-mana. Meskipun seleranya tidak terlalu bagus, itu tetap saja terlihat memakan banyak uang.
“Aku Cain von Silford Drintle… Tuan Marquis Cordino, apa anda butuh sesuatu dari ku?? “
Marquis Cordino itu sedang berbaring di ruangannya, lalu ia tersenyum sambil memberikan isyarat dengan tangannya.
Cain dipandu untuk duduk disofa, ia duduk ditengah, dan di hadapannya, Marquis Cordino duduk dengan tubuhnya yang terlihat berat itu.
“Tuan Cain.. Hari ini aku ada sedkit permintaan padamu… Gelas yang dijual oleh perusahaan Sarakhan dengan bekerja sama dengan tuan Cain… aku mengingginkannya… Sepertinya istriku telah melihatnya sewaktu kunjungan, dan menjadi sangat menginginkannya… Apakah kamu tidak bisa melakukan sesuatu…”
Setelah meninggalkan misi pengawalan Saint, dan segera menuju ke Istana. Dia pikir ini adalah kepentingan darurat, namun ternyata adalah hal yang sama sekali tidak penting, Cain terkejut.
Mengetahui dia telah ipanggil dari misi pentingnya hanya untuk masalah sepele ini, suasana hati Cain memburuk.
“Mohon maaf.. jumlah penjulannya terbatas… jika anda memesannya, anda akan diberitahu jika sudah jadi…”
Meskipun ia berada dalam suasana hati yang buruk, lawannya adalh bangsawan kelas atas. Ia tak bisa mengeluh dan membalasnya dengan sopan.
“Itu sebabnya, bahkan dengan menggunakan nama sebagai Marquis, aku harus menunggu beberapa bulan… untuk sesuatu yang berharga 1 koin emas!! Memang gelas itu terlihat sangat menakjubkan… karena itu layak sebagai koleksi para bangsawan kelas atas… iya kan?? “
“Terkait penjualan sudah kuserahkan semuannya kkepada perusahaan…”
Namun tetap saja Marquis Cordino tak berusaha menarik diri dari Cain.
“Tuan Cain… kamu pasti masih ada beberapa barang yang tak kamu jual di perusahaan kan?? aku hanya ingin kamu sedikit membaginya denganku… Dan aku akan membirkan mu beberapa masukan untuk membangun wilayahmu itu…”
Melihat wajah Marquis Cordino yang mengatakan itu dengan kesombongan, Cain terlihat sedikit bingung. Memang benar ia masih memiliki beberapa di dalam [Item box] miliknya, ini adalah sesuatu yang sekali-kali ia persembahkan kepada sang raja, ia tak bisa mengeluarkannya begitu saja. Meskipun bisa, ini bukannlah untuk Marquis Cordino yang bersikap buruk itu.
Namun karena saat ini Cain sedang berada dalam misi penting mengawal Saint, seakan baru teringat, ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam [Item box] miliknya dan menaruhnya di atas meja.
“Ini sepasang gelas… kalau ini saja mungkin aku bisa memberikannya…”
Marquis Cordino membuka matanya lebar lebar, lalu membuka tutup kotak yang sangat ia inginkan itu.Ada dua buah gelas didalamnya, yang satunya memiliki pola berwarna biru, dan satunya berwarna merah. Marquis Cordino memandangi keindahan pada gelas itu.
“Oh! Ini dia! Terima kasih, tuan Cain… Aku akan segera menyiapkan dua koin emas.”
Membangkitkan tubuhnya yang berat itu,, ia mengeluarkan tas kecil dari dalam laci mejanya, lalu mengeluarkan dua koin emas dari sana.
“Sekarang istriku tidak akan mengeluh… Terima kasih.”
“Tidak tidak… maaf karena Cuma ini yang bisa aku lakukan…”
Cain menerima koin emas itu dan menyimpannya kedalam sakunya.
“Kalau begitu aku permisi karena aku sedang melakukan pengawalan terhadap Saint…”
Cain bangkit dan segera kembali untuk melanjutkan pengawalan. Ia meninggalkan ruangan Marquis Cordino yang sedang bahagia itu, dan menghela nafas lega.
Gelas yang ia berikan kepada Marquis Cordino adalah benda yang ia pernah bagikan kepada para pengunjung sewaktu pesta dirumahnya. Marquis Cordino tidak mendapatkannya karena ia pulang lebih dulu setelah ia dan anaknya membuat raja marah.
Karena ia harus segera kembali melakukan pengawalan, ia hanya menyerahkan apa yang lupa ia serahkan, itu saja. Terlebih ia mendapatkan dua koin emas untuk itu.
Cain segera meninggalkan Istana untuk kembali mengawal Hinata. Dan lagi-lagi kereta membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke lokasi pembagian makanan. Ketika sudah hampir sampai, Cain memperhatikan ada sesuatu yang aneh.
Telihat orang yang lari sambil tetap membawa piringnya. Cain turun dari kereta dan menembus kerumunan orang-orang untuk mencapai ke lokasi.
Dan terlihat Hinata terbaring disana.
Cain langsung berlari menghampirinya.
“Apa yang terjadi?”
Cain berteriak kepada para prajurit yang berjaga.
“Kami tidak mengerti… ada seorag anak yang berlari mendekati dan menyentuh Saint-sama, dan tak lama setelah itu beliau pingsan begitu saja. “
Cain meopang Hinata dan mencoba menggunakan [High Heal] padanya. Namun kesadaran Hinata tidak kembali.
“Kita bawa ke gereja!!! Bawa kemari keretaku!! “
Cain berteriak pada para prajurit, dan mereka berlari menuju kereta milik Cain.lalu ketika Cain berusaha menaikan Hinata ke kereta miliknya, jalannya dihalangi.
“Ini adalah kesalahan kerajaan ini… bagaimana kalian akan bertanggung jawab!!”
Mengabaikan sang kapten yang terlihat sedang marah, Cain memerintahkan keretanya untuk jalan. Sekitar 5 menit kemudian mereka sampai di gereja, dan ia membopong Hinata ke dalam gereja. Lalu ia mletakannya di sebuah tempat tidur di kamar yang telah di siapkan.
Wajah sang Bishop pucat melihat sosok Hiata yang tergeletak dengan wajah pucat dan tak kunjung sadar meski telah diberikan sihir pemulihan.
“Tidak mungkin Saint-sama… bisa menjadi seperti ini…”
“Bishop-sama.. bahkan dengan sihir pemulihan itu tidak membuatnya membaik…”
elihat Cain yang panik, sang Bishop menggelengkan kepalanya.
“Mungkin ini adalah racun… Aku akan coba menggunakan [Cure]”
Sang Bishop merapalkan sihir detoksifikasi pada Hinata, namun ia tak terlihat tanda-tanda akan membaik.
“Bahkan racun ini tidak hilang dengan [Cure]… “
Melihat wajah putus asa Bishop itu, Cain mencoba menggunakan [Appraisal] yang jarang ia coba kepada manusia.
“[Appraisal]”
[Name] Hinata Lila Marineford[Race] Human [Gender] Female [Age] 10[Title] Saint[Level] 3[Physical Strenght] 30/190[Magical Power] 920/980[Ability] D[Magic]Holy Magic Lv.5Daily magic[Skill]Etiquette Lv.5Saint Lv.5[Protection]God of Creation Protection Lv.3God of Life Protection Lv.5[Condition]Delpone’s Poison
Setelah mengkonfirmasi bahwa ini benar racun, ia bertanya pada sang Bishop tentang racun Delpone.
“Bishop-sama. Apa anda tahu apa itu racun Delpone? “
Mendengar itu, seketika wajah sang Bishop menjadi pucat dan pasrah.