─Jika
Mea-san adalah ninja, maka aku adalah putra dari seorang agen rahasia.
“Kamu tahu perusahaan besar
yang muncul dalam pemberitaan beberapa hari lalu, perusahaan yang ditemukan melakukan
penggelapan dana?”
“… Ya.”
“Ayahku lah yang mengungkapnya.
Ia sudah melakukan hal semacam ini selama bertahun-tahun.”
“…”
“Dan aku adalah putranya…”
Iya. Itulah sebabnya Ia selalu
memberiku ujian, dan itulah mengapa aku selalu menerimanya.
Aku selalu mengagumi ayahku …
yang disebut sebagai mata-mata.
Sebagai seorang anak, aku
cenderung menampilkan citra yang baik dan berpose dengan cara yang keren.
Mata-mata adalah orang dewasa
yang keren (meskipun ayahku adalah tipe
yang agak berbeda). Itulah cita-citaku, dan itulah sebabnya aku mengatakan
serta melakukan banyak hal seperti ini.
Sebelum memasuki ruangan ini, aku
mengecek lingkungan sekitar.
Hal pertama yang aku pikirkan
saat melihat Mea-san menggunakan shuriken ialah, “Apak dia seorang ninja?”.
Karena itu tidak normal, ada
kemungkinan pihak lain, Mea-san, mungkin juga tidak normal…
“…”
“Jadi, aku takkan mundur. Dan
aku tahu itu mungkin rahasia. ”
“Kuya-san…”
“Lagipula… bukan hanya tugas
seorang agen untuk mengungkap rahasia… itu juga tugas seorang agen untuk
melindungi mereka.”
“Itu… Kuuya-san.”
Mea-san bergumam dan
menangkupkan kedua tangan di depan dadanya.
Ah, gerakan itu… Dia melakukan
itu saat dia antusias.
“Me-Mea adalah putri dari ……
klan ninja!”
Benar saja, dia menjawab dengan
nada melengking.
Pada akhirnya, dia bahkan menyebut
dirinya “Mea”, bukan “Aku” lagi.
“Keluarga Mea telah menjadi
keluarga ninja sejak zaman Edo… dan karena Mea adalah putri tunggal mereka, Mea
sudah berlatih ninjutsu sejak Mea masih kecil, ..”
“Begitu rupanya, itu sebabnya
kamu membawa shuriken, dan kamu bisa melemparnya seperti itu.”
“Ya… Mea sebenarnya mencoba
untuk merahasiakannya, tapi…”
“Jadi maksudmu, benda di kamar
mandi tadi?”
“Y-ya. Itu yang disebut Teknik
Utsusemi … yang gagal karena tidak ada jalan untuk melarikan diri dan aku harus
pergi ke belakang… ”
“… Begitu ya.”
Aku mengangguk dan tersenyum
padanya.
“Terima kasih sudah memberitahuku.”
“Ka-Kamu mempercaya perkataanku?”
“Mea-san, apa kamu percaya
kalau aku adalah putra seorang agen rahasia?”
“Aku… Aku percaya. Ah, jadi
kurasa itulah alasannya… ”
“Alasannya?”
“Ayahku dan ayahmu adalah
kenalan lama … Mereka sudah berjanji satu sama lain bahwa mereka akan
menikahi anak satu sama lain …”
“Ah… Aku juga baru menyadarinya
sekarang.”
Jika kami adalah pasangan
normal, lamaran aneh semacam ini tidak mungkin.
Agen rahasia memang beda. Dan
jika itu adalah ketua dari klan ninja, itu berarti…
Karena mereka berdua melakukan
sesuatu yang tidak biasa untuk mencari nafkah, dan ketika saatnya tiba bagi
anakmu untuk mengambil alih, cara paling mudah untuk menyebarkannya adalah
dengan membuat dua orang yang sudah terlibat saling mengenal satu sama lain.
Alangkah baiknya jika Ayah
menjelaskan situasinya duluan kepadaku …
Untuk sesaat aku berpikir,
mungkin cara terbaik untuk mengembangkan pengungkapan alami ialah dengan cara
mulai hidup bersama.
Yah, menurutku Ia tidak
menyangka hal itu akan terungkap pada hari pertama…
Pokoknya…
“… Aku lega.”
Lalu, tiba-tiba Mea-san
tersenyum.
“Eh?”
“Aku senang karena pasanganku
adalah… Kuuya-san.”
“…”
Entah kenapa, aku bisa
merasakan jantungku berdebar kencang.
Mau tidak mau aku menahan
dadaku, dan Mea-san pasti sudah mengerti maksud dari perkataannya.
“Ma-Ma-Maaf, aku sudah
mengatakan sesuatu yang sangat memalukan …!”
Usai mengucapkan itu,
telinganya tiba-tiba memerah, dan dia menutupi wajahnya dengan tangannya.
Selain itu, dia juga
menggelengkan kepalanya, rambut panjangnya berkibar-kibar untuk menghilangkan
rasa malunya.
“Mou ~, mou ~, Mea benar-benar
idiot. Mea sudah seperti ini sejak hari pertama, ugh. Mea jadi sangat malu, ughh
ini shangat memalyukhan…! ”
Mungkin karena dia merasa sangat
malu, tapi tanpa dia sadari, nama depannya, yang telah diubah kembali menjadi
“Aku”, diubah kembali menjadi “Mea,” dan menjelang akhir, dia bahkan
tidak mampu mengucapkan kata “memalukan”
dengan benar.
“…”
Satu kalimat. Aku bisa
meringkasnya dalam satu kalimat.
─
Bukankah dia terlalu imut?
Bagaimana seorang gadis bisa seimut
ini saat dia merasa malu?
Apalagi Mea-san dianggap
sebagai gadis yang dewasa dan cantik dengan suasana yang tenang. Tapi
perilakunya seperti anak kecil, menggelengkan kepalanya dan berkata,
“Tidak, tidak, tidak” ketika dia tidak menyukainya…
Hal itu membuat jantungku
berdebar lebih kencang dari sebelumnya. Untuk beberapa alasan… ada sesuatu
tentang dia yang membuatku *terangsang*.
Jadi, aku langsung saja
memberitahunya.
“Me-Mea-san. Kamu menyebut dirimu
sebagai Mea saat kamu merasa malu.”
“─Kuh !? Ah mou ~, Mea kamu benar-benar
idiot. Padahal Mea memutuskan untuk memperbaikinya karena membuat Mea terdengar
seperti anak kecil ~. ”
“Kamu mengatakannya. Kamu
mengatakannya lagi. ”
“!?!?!?!? Me, Mea no baka,
baka, baka, baka….! ”
─Ah,
gawat. Ini sangat berbahaya.
(Aku
ingin melihat lebih banyak, sisi Mea-san yang ini…!)
Pikirku saat aku
merenungkannya.
Dan aku ingin memastikan bahwa
itu akan menjadi kenyataan.
Bagaimanapun juga, kita akan
hidup bersama mulai hari ini…
Untuk pertama kalinya,
pikiranku tertuju pada fakta itu.
Jadi… Aku akan menjalani
hidupku dengan gadis ini mulai sekarang.
Terlebih lagi suaminya! Sungguh
fakta yang mendebarkan!
… Dan terlebih lagi, pernikahan
ini disetujui oleh orang tua kami. Lagi pula, orang tua kami sendiri yang
meminta kami melakukan ini.
(Hoki… ini adalah situasi yang terbaik, kan…)
“Aaahhhh !!! Memalukan,
mealyukhan. Ini sangat memalukan. Tolong bunuh aku sekarang…! ”
Sambil terus terpesona oleh
wajah tersipu Mea-san, aku tidak bisa menahan senyum di hatiku.
Yah. Sementara semua ini
terjadi, malam sudah semakin larut.
Shuriken yang membunuh makhluk hitam itu dibuang, dan rambutku
sekarang sudah kering (mengering alami), dan Mea-san baru saja selesai
menggunakan pengering rambut.
“Ka-Kalau begitu, a-ayo tidur,
Mea-san.”
“Ya… ayo.”
Jadi, kami dan pergi ke atas
ranjang.
“Tidur, yah, itulah yang… yang
harus kita lakukan.”
“Y-ya… tidak ada hal lain yang
harus dilakukan, kan ……?”
Tidak heran jika kami berdua
sedikit enggan untuk pergi tidur.
Bagaimanapun juga, kamar ini
hanya memiliki sat u… tempat tidur.
Ranjang yang berukuran double-bed. Bahkan ada dua bantal di
atasnya.
『Karena
kalian sudah menikah, kamu seharusnya tidur bersama sekarang!』 Aku bisa membayangkan
raut wajah ayahku yang mengatakan itu …
Aku tahu maksudnya. Tetapi
untuk melakukannya secepat ini, bukankah ini terlalu sulit?
“… Kuh!”
Lihat, bahkan Mea-san yang
tadinya sudah tenang mulai menjadi gelisah lagi!
Tentu saja, mengungkap rahasia
satu sama lain telah membuat kami semakin dekat (menurut pendapat pribadiku).
Tapi bukannya itu berarti bahwa
anak laki-laki dan perempuan yang pertama kali bertemu hari ini harus tidur
bersama di kasur yang sama ….
“Aku… aku tidak kheberatyan
denyan itu. (Aku tidak keberatan dengan itu). ”
Sambil meremas kedua tangannya,
Mea-san mengatakan begitu, tapi… jelas-jelas dia tidak baik-baik saja. Dia
berbicara sembari tergagap lagi.
Namun, aku hanya bersyukur dia
tidak mengatakan hal-hal seperti, 「Tolong
bunuh aku sekarang!」.
Seperti yang duah kujelaskan
sebelumnya, tidak ada tempat tidur lain di kamar ini. Jika kami tidur terpisah,
salah satu dari kami (dan itu pasti aku)
takkan punya pilihan selain tidur di lantai.
Itu sebabnya aku tidak bisa
membiarkan kebaikan kata-kata Mea-san diabaikan.
Atau sebaiknya. Karena Mea-san
mengatakan dia tidak keberatan dengan itu, aku tidak bisa mengatakan “tapi
ini memalukan…”.
Tentu saja, aku belum pernah
tidur di ranjang yang sama dengan seorang gadis. Ini sangat memalukan. Tapi
tetap saja!
Sebagai seseorang yang
bercita-cita menjadi pria dewasa, aku harus membuat Mea-san merasa nyaman!
Itulah sebabnya aku akan…
“Ahh, …… Me-Mea-san, apakah
kamu ingin sisi ini atau yang lebih jauh?”
Aku bertanya padanya dengan
santai, seolah itu pertanyaan yang wajar.
Kemudian Mea-san tersentak
kembali, dan dengan wajah merah cerah, dia malu-malu melihat posisi bantal di
tempat tidur.
Ngomong-ngomong, jika seseorang
memilih sisi kanan ranjang, mereka akan berada di sisi ini, sedangkan sisi kiri
menghadap dekat dinding. Apa kamu lebih suka berada di dekat tembok atau tidak,
itu murni masalah preferensi. Sekarang, Mea-san menjawab…
“Ah… yang jauh di belakang…”
Aku menjawab dengan senyum
masam.
Tapi bukan hanya itu yang dia
katakan.
“Aku pikir … sudah
sepantasnya seorang wanita untuk berada di sisi kiri seorang pria …”
“Kuh ..!”
Perkataan imbuhannya membuat
wajahku jadi panas.
Tak disangka dia memilih bagian
belakang karena dia peduli tentang itu!
Maksudku, dia seorang wanita,
bukan? Namun, Mea-san adalah seorang putri (meskipun
dari klan ninja), jadi apa dia telah dilatih dengan tingkah sopan ……? Dan
apa yang dia maksud dengan itu? Mea-san pasti memperlakukanku seperti pria.
Aku sangat senang, tetapi di
saat yang sama… Aku merasa sangat malu dan geli!
“Kalau begitu aku… aku akan
berbaring di sebelah kananmu. Persis seperti yang harus dilakukan seorang pria…
”
“O-Ake… tolong…”
“Kalau begitu… Mea-san, kamu
bisa naik duluan.”
“Hawawa. Kalau begitu, permisi…
”
Mea-san pergi ke atas kasur, wajahnya
semerah tomat.
Piyamanya berkerut dan lekuk
tubuhnya ditekankan saat dia meluncur ke tempat tidur.
Aku merasa senang dengan ini,
dan merasa agak menyesal, jadi aku segera mengalihkan pandanganku.
“Hnn… * Fuu~ *…”
Kemudian, satu-satunya hal yang
aku dengar adalah suara bisikan dan nafas Mea-san.
Hal itu membuat jantungku
berdebar … atau lebih tepatnya, membuatku tidak nyaman …
“Kalau begitu, silakan kemari.”
Kemudian, Mea-san memintaku
untuk masuk ke tempat tidur. Hal tersebut membuatku sedikit gugup, tapi aku
kembali menatapnya.
“…”
Mea-san sedang berbaring
meringkuk, dengan punggungnya ke arahku.
“Lalu… aku akan naik…”
Aku mengatakannya agak di luar
karakterku, dan demi kenyamananku…
Pastinya, jika aku berada di
posisi berlawanan, aku akan tidur dengan tubuhku menghadap jauh darinya seperti
ini.
Tapi bahkan tidur bertolak
punggung begini masih menjadi rintangan yang sulit bagiku.
“U-umm, kalau begitu… aku
juga.”
“Bisakah kamu tolong matikan
lampunya…?”
“A-ahh, yeah, benar…” *Klik*
Aku menggunakan remote control
untuk mematikan lampu di kamar ke lampu malam dan pergi tidur lagi.
─Mau
dilihat dari sudut pandang mana pun, kami berdua sedang “tidur bersama”.
Aku perlahan merangkak di bawah
seprai, merasa sedikit gugup.
“*Kresek*… *Kresek **Kresek*…”
Setiap aku bergerak, tubuh Mea-san tersentak dengan dengungan, yang
mana hal itu membuatku semakin gugup…
Kemudian, setelah seluruh
tubuhku berada di bawah selimut, aku mengambil posisi yang sama dengannya,
meringkuk dengan punggung menghadap ke pihak lain.
Mana mungkin aku tidur dengan
wajah menghadap ke arahnya, dan menurutku dia pasti tidak merasa nyaman kalau
aku berbaring telentang…
Kemudian punggung kami
bersentuhan satu sama lain.
「「 *Hikuk*…
」」
Kami berdua terkesiap.
Tapi tetap, hanya itu saja yang
ami lakukan. Dan ada juga masalah dengan lebar tempat tidur. Meskipun ini
adalah tempat tidur ukuran doubke, kami tidak bisa berpisah lebih jauh dari itu
saat kami berdua berbaring miring.
Itulah sebabnya aku bisa merasakan
panas tubuhnya melalui punggungku.
Sebuah pemikiran di mana panas tubuhku sendiri yang disalurkan
kepadanya dengan cara yang sama membuatku semakin tersipu.
“…”
“…”
Kami berdua bahkan tidak bisa
mundur.
Sebaliknya, aku bisa mendengar
jantung kami berdetak kencang.
… Ah! Ya ampun ~ ini tidak
bagus! Mana mungkin aku bisa tidur dalam keadaan seperti ini!
“Ah-…Ng-ngomong-ngomong,
Mea-san…”
Seolah-olah untuk menghilangkan
kegugupan dan kegembiraanku, aku menggunakan semua kekuatanku untuk mengucapkan
kata itu.
“… Ha, Hawa…?”
Balasan Mea-san di punggungku
begitu tegang hingga hampir membalikkan isi perutku.
Kira-kira apa ini karena naluri
jantanku yang ingin meredakan sarafnya. Atau apakah itu berarti jika dia
tenang, aku akan merasa sedikit lebih baik? Pokoknya…
“Tadi, sudah kubilang … aku
putra dari seorang mata-mata, kan?”
Aku berjuang untuk menyuarakan
kata-kata itu.
“Y-ya…”
“Tentang itu, aku ingin kamu
merahasiakannya dari semua orang kecuali kamu, Mea-san. Soalnya, ini bukan hal
yang normal … ”
“Aku… aku mengerti itu. Kamu
juga tahu bahwa aku adalah seorang putri ninja dan aku ingin kamu juga
merahasiakannya… ”
“Begitu ya… itu benar, kami
berdua benar-benar mirip… terima kasih, itu sangat meyakinkan.”
“Dengan senang hati…”
“… Sejak aku kecil, ayahku
selalu memberiku banyak ‘ujian’.”
Seperti itu, aku mengubah topik
pembicaraan.
Aku pikir yang terbaik baginya
adalah memahami siapa aku dan apa yang aku alami.
Selain itu, aku ingin tahu
lebih mengenal banyak tentang dia. Dan jika aku ingin tahu lebih banyak tentang
dia, aku harus mengungkapkan diriku terlebih dahulu.
“Ujian…?”
Dengan saling memunggungi, aku
hanya bisa memahami perilakunya melalui suaranya.
Untuk saat ini, suara Mea-san
sudah terdengar tenang. Jadi aku merasa nyaman dan melanjutkan.
“Ya, ini lebih seperti
persiapan untuk masa depan, sih… Ayah tahu bahwa aku tertarik dengan
kariernya.”
“Ujian macam apa yang Ia
berikan padamu…?”
Mea-san bertanya balik. Itu
membuatku merasa lebih dan lebih nyaman.
“Yah, tidak ada yang serius.
Rasanya hampir seperti permainan, sih, misalnya saja mencoba mencari tahu
lokasi dari beberapa petunjuk, atau tebak siapa yang menyembunyikan sesuatu di
sini. Dan seterusnya.”
“… Kedengarannya seru.”
“Ya, rasanya memang seru. Itu
sebabnya aku selalu menerima ‘ujian’ dari ayahku …”
Sambil mengatakan ini, aku
diam-diam menoleh ke belakang.
Punggung Mea-san masih
menghadap ke arahku. Rambut hitam panjangnya tergerai ke bawah, memberikan
kilau indah bahkan dalam cahaya redup ini.
Aku buru-buru kembali ke posisi
semula. Aku merasa seolah-olah aku telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak aku
lihat.
─Tidak
diragukan lagi, dia ada di sampingku. Dia berbaring di sampingku.
Fakta itu kembali membuat
hatiku menggelitik dan menjerit.
“Kuuya-san ……?”
“Ah, ya, maaf… Itu sebabnya…”
“Iya…?”
“… Aku pikir alasan mengapa
Mea-san dibawa ke sini hari ini, dan alasan mengapa kamu dan aku akan menjadi
pengantin baru, adalah karena itu adalah ‘ujian’ dari ayah.”
“…”
“Terus terang, ini tidak biasa…
tapi karena itu tidak biasa, itulah mengapa aku pikir itu mungkin ‘ujian’ dari
ayah. Jadi aku ingin melakukannya dengan benar. Sama seperti sebelumnya.”
“Namun…”
“Ya… untuk melakukan itu, aku
membutuhkan bantuanmu…”
“Begitu rupanya, benar juga. Kamu
tidak bisa menjalani kehidupan pengantin baru sendirian …”
“… Tapi aku tahu kalau Mea-san
memiliki keadaanmu sendiri.”
“…”
Mea-san meringkuk di
punggungnya. Itu hampir seperti pengakuan.
Itulah mengapa aku menatap ke
ruang kosong – dan bertanya.
“Sekali lagi aku akan bertanya…
kenapa kamu menerima ini, Mea-san?”
“…”
Tidak ada jawaban langsung.
Namun, Mea-san meringkuk tubuhnya menjadi bulat dan mengangkat bahu.
“… Rahasia.”
Akhirnya, dia membisikkan hal
itu.
… Lagi-lagi rahasia.
“Maafkan aku. Aku masih…”
“Tidak… aku mengerti. Yah,
tidak apa-apa. ”
“Eh…?”
“Aku tidak akan memaksamu untuk
berbicara. Jika Mea-san merasa ingin berbicara, kamu bisa berbicara denganku.”
Itu bohong. Sebenarnya, aku
sangat penasaran tentang itu.
Namun… tidak ingin memaksanya
untuk berbicara juga merasakan perasaan jujurku.
Kami baru saja mulai hari ini,
hidup bersama sebagai pasangan pengantin baru, tapi kami masih baru kenal sama
lain…
Kami masih baru mengetahui
sedikit tentang satu sama lain.
Jadi wajar saja jika dia belum
ingin mengungkapkan rahasianya.
─
Hal ini merupakan cara orang dewasa dalam menanggapi sesuatu.
Dan aku merasa tidak bisa
memaksakan keegoisanku mengatasi masalah ini …
Tidak masalah. Ini aku. Dan ini
belum waktunya untuk itu.
Itu sebabnya…
“Kami berdua sama-sama memiliki
rahasia sekarang… Pokoknya, aku berharap bisa bekerja denganmu mulai sekarang,
Mea-san.”
Hanya itu yang aku bisikkan,
dan aku menarik selimut untuk menutupi kepalaku.
“…”
Mea-san, setelah jeda yang
tampak terganggu oleh responnya, berkata.
“… Ya.”
Hanya itu yang dia bisikkan
kembali padaku.
…Ya. Itu saja sudah cukup untuk
saat ini.
Aku memejamkan mata dengan
lembut, jantungku masih berdebar kencang.
Tapi karena dia berada di
sampingku, mana mungkin aku bisa tertidur segampang itu.
“… Kuuya-san, apa kamu sudah
tertidur?”
“Tidak, aku masih bangun…”
“A-Aku juga kesulitan tidur …”
“Yah, wajar saja… Kami berdua
belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya…”
“Ya… namun…”
Mea-san sekali lagi meringkuk.
Lebih dari sebelumnya, punggung
kami bersentuhan sempurna satu sama lain.
“Tidak… tidak, bukan apa-apa…”
“… Begitu.”
Rasa kantuk belum melandaku.
Sebaliknya, ada sensasi geli dan meresahkan sepanjang waktu.
─
Mulai sekarang, kami berdua akan tertidur seperti ini setiap malam.
─
Kira-kira, apa suatu hari nanti kita akan bisa terbiasa satu sama lain?
“…”
Akan sedikit memalukan jika ini
menjadi “kebiasaan”.
Itulah yang tiba-tiba aku
pikirkan, saat merasakan kehangatannya di punggungku.