Sehari setelah upacara masuk,
ada liburan akhir pekan.
Kegiatan belajar mengajar
secara resmi baru bisa dimulai pada hari Senin setelah akhir pekan, jadi itu
hanya periode persiapan untuk itu.
Tapi sejujurnya, aku tidak
terlalu peduli dengan itu.
“Mea-san. Aku akan bertanya
lagi padamu, mengenai kejadian yang kemarin … “
“Itu rahasia.”
“Tidak, meski kamu bilang
rahasia … Tapi, kamu bahkan merahasiakannya dariku?”
“Ya, itu rahasia.”
… .Yeeah. Sudah sepanjang
hari dia menanggapinya begitu, dan Sabtu sore …
Mea-san terus bertingkah
seperti ini sejak kemarin dan dia tidak pergi ke mana pun.
Tak peduli berapa kali aku
bertanya, jawabannya selalu saja “Rahasia.”
Dia menutup bibirnya erat-erat dan memalingkan wajahnya dengan cemberut …
Bagaimanapun juga, aku merasa klau
aku perlu melakukan sesuatu mengenai ini. Berkat perbuatannya, aku dikelilingi
oleh teman-teman sekelasku untuk waktu yang lama kemarin, seolah-olah aku
disambut oleh ibu mertuaku, begitulah rasanya.
Aku tidak bingung harus berbuat apa … jujur saja, ini adalah
pertama kalinya aku harus berurusan dengan sifat Mea-san yang seperti itu, jadi
aku tidak yakin bagaimana menanganinya.
Tapi bukan berarti aku harus
menyerah di sini! Ini, ya, ini adalah masalah di antara kami berdua!
Aku akan bertanya padanya lagi
namun disela oleh suara mendadak.
*Pinpoon
♪*
Bel pintu tiba-tiba berdering. Aku
terkejut.
“Apa ada yang berencana untuk
datang?”
“…Aku tidak tahu.”
“Oh ya … Kira-kira apa Ayahku
mengirimiku paket tambahan kali, ya..”
Ngomong-ngomong, aku harus
menyiapkan cap pribadi selain cap bankku untuk kesempatan seperti itu. Untuk
kami berdua, “Nonomiya” dan “Chitose”.
Sambil memikirkan hal itu, aku
lalu membuka pintu depab. Yah, kurasa aku
cuma perlu menandatangani hari ini──
*Buuggg!*
“Selamat siang ~~~~~~ !!”
“… .ehhh?! Renjou-san!?”
Ketika aku membuka pintu, ada
seorang gadis kecil dengan rambut berwarna cerah berkepang dua dengan pita
melilit rambutnya seperti kemarin.
Seperti yang diharapkan dari
pengunjung tak terduga ini, Mea-san juga tidak bisa diam.
“Ke-Kenapa kamu bisa ada di
sini, Kobato-san …?”
Ketika Mea-san berlari ke pintu
depan, Renjou-san tersenyum dan mengangguk.
“Ya, aku mendapat alamat rumah
ini dari ibumu, Me-chan!”
“………….”
“Yah pokoknya, aku masuk ya,
permisiii~”
“Ahh, tunggu…”
Dia mendekatiku tanpa menunggu
jawabanku. Di tangannya, dia membawa tas belanjaan yang sepertinya berisi bahan
makanan.
“Ku-kun, boleh kupinjam dulu
kulkasmu?”
Lalu dia memiringkan kepalanya
dengan manis padaku.
“K-Ku-kun? Apa yang kamu maksud itu aku?”
“Ya ~~. Kuuya-kun disingkat
jadi Ku-kun!! … Tidak masalah, ‘kan?”
“Ya, aku tidak keberatan sih,
tapi …”
“Eheheh ~. Makasih ~. Kalau
begitu, ♪ kulkas ♪, ♪ kulkas ~ ♪”
Maksudku … Apa yang dia
lakukan dan apa yang terjadi padanya? Dia berubah menjadi orang yang sama
sekali berbeda dari kemarin !!
Jika aku tidak kena penyakit
pikun, kemarin dia bersembunyi di balik Mea-san setelah kami pertama kali
bertemu. Dia sepertinya tipe gadis yang pemalu.
Tapi hari ini, dia sangat ramah
… bahkan untukku. Dan kemudian ada kunjungan mendadak ini. Jenis perubahan
hati macam apa yang dia miliki …?
“Apa yang sedang kamu lakukan,
Kobato-san?”
Tampaknya hal itu merepotkan
Mea-san juga. Dia bergegas untuk bertanya tentang itu.
Kemudian, sambil memasukkan
bahan maknan dari tas belanjaan di tangannya ke dalam kulkas, dia menoleh ke arahku
dan berkata-
“Aku mendengar kalau kalian
berdua hidup bersama, tapi pasti rasanya sulit ‘kan!”
Ujarnya dengan senyuman.
“Apalagi, kalian berdua bertunangan
dan menikah, jadi sebagai pengantin baru kalian hidup bersama.”
Ibu Mea-san tampaknya sudah
mengungkapkan banyak hal kepada anak ini …!
Yah, sepertinya, peryantaan
Mea-san “dia adalah suamiku!” di dalam kelas kemarin rupanya mengungkapkan juga
kepada seluruh sekolah kalau dia juga tinggal bersamaku … kurasa tidak ada
gunanya lagi menyembunyikan rahasia itu.
“I-Itu bukan masalah besar
kok?” Mea-san menyapu rambutnya dan membusungkan dadanya. Tapi…
“Begitukah? Tapi kamu belum pernah
memasak sebelumnya, ‘kan, Me-chan?”
“Ugyuu … !!”
Dia langsung dibungkam dengan
satu kelimat.
Seolah mengejar musuh yang
melarikan diri (Mea-san), Renjou-san
melompat padanya.
“Adapun aku! Tentang rencana
untuk hidup bersama, kupikir, jika kita tidak jujur pada
diri kita sendiri maka itu sangat buruk sekali.”
“Be-Benar? Lalu?”
Ketika Mea-san terdiam, aku
tidak punya pilihan selain menyela.
Kemudian, Renjou-san menyusut
sedikit tubuhnya, menatapku, dan berkata,
“… .Ku-kun adalah suaminya
kan?”
“Apa? I-Iya ….”
Caranya menatapku dan
memanggilku “suami.” Aku
ingin dia memahami kalau itu membuatku merasa gugup.
Tidak, habisnya! Aku tidak
percaya bahwa gadis yang bertingkah malu-malu kemarin menjadi sangat agresif
hari ini … seriusan? Aku tidak
percaya dia berbicara denganku.
Selain itu, penampilannya masih
muda dan imut, sehingga kekuatan destruktif penampilannya yang mendongak,
bagaimana bilangnya ya, sangat menakjubkan. Pandangan mendongak Mea-san juga
cukup mengasyikkan, tapi dalam kasus Renjou-san, wajahhnya yang masih
kekanak-kanakan itu membuatku tidak tega meninggalkannya sendirian sebagai
seorang pria ..!
Tidak peduli tentang fakta
bahwa aku akan melalui lautan emosi seperti itu, dia terus melanjutkan.
“Sang istri harus membuat makan
malam untuk suaminya. Kalian berdua pasangan pengantin baru. Me-chan mungkin
tidak pandai dalam memasak, itu sebabnya … Aku bisa membuatnya untuknya.”
“I—Itu sih …”
Nah, bagaimana cara
menggambarkannya? Apa itu deklarasi darinya kalau dia adalah ‘istri’ yang lebih baik dari Mea-san?
Jika memang begitu, apa itu
berarti dia datng kemari untuk melakukan pertarungan dengan Mea-san? Bukannya
mereka berdua sudah bersahabat sejak sekolah SD? Maksudku, bahkan jika mereka
tidak sahabatan, bukannya mereka terlalu agresif hari ini?
Aku sangat takut pada gadis itu
dan agresivitasnya membuatku tidak bisa menerimanya lagi. Tidak, aku tidak
pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelumnya! Aku tidak pernah sedekat ini
dengan gadis mana pun sebelumnya!
(Tidak,
masih ada Fuuga, tapi dia lebih condong sebagai teman laki-laki!)
“Itu sebabnya aku akan memasak
makan siang hari ini dan menunjukkan padamu bagaimana caranya.”
Nada suaranya tersenyum dan
ramah … tetapi apa itu cuma bayanganku saja yang merasakan tekanan darinya
dan membuatku tidak bisa bisa menolaknya?
Tapi, ya. Aku harus bersikap
tenang di sini. Itulah yang harus dilakukan pria keren dan deasa.
Ehh
…
Renjou-san sudah repot-repot mwmbawakan bahan-bahannya dengan uangnya sendiri
dan datang untuk memasak untuk kita. Dia juga berkata, “Hidup bersama, itu pasti rasanya sangat sulit.”
Dan faktanya, kita memang butuh
makanan. Keterampilan memasak Mea-san persis seperti yang dia katakan, dan aku
tidak bisa memasak dengan baik karena aku selalu mengandalkan ibuku.
Jika ada seseorang yang
bersedia menjadi contoh, bukannya itu sesuatu yang patut disyukuri?
Ketika aku memikirkan faktor-faktor
itu… Aku tidak punya alasan untuk menolaknya.
Tidak,
aku tidak ingin menolak, tapi … apa itu bakalan baik-baik saja? Ada
perasaan seperti itu. Karena…
“…”
Sedari tadi, Mea-san terus
menggigit bibirnya dengan frustrasi ketika dia terus menarik ujung pakaianku.
“Ahh … Umm … Mea-san?”
“… Kuuya-san … Apa yang
harus kita lakukan?”
Kenapa dia bertanya padaku!?
“Apa kamu akan menerima atau
menolaknya …?”
“Yah, itu … ada bagusnya dia
mau dijadikan contoh, iya ‘kan? Untuk kita.”
Mau tak mau aku menjawab begitu
sembari menekankan kata “kita”.
Semoga saja dia bisa memahami
maksud di balik pikiranku yang menekankan hal ini!
“────── !!!”
UWAAA! Kurasa niatku tidak
tersampaikan padanya!
Segera setelah mendengar
jawabanku, matanya melebar dan dia terhuyung-huyung seolah-olah mendengar
sesuatu yang syok (tentu saja dia
melepaskan ujung pakaianku).
“Whaa … Ehhh? Apa yang
terjadi, Mea-san?”
“It-Itu … R … Rahasia …”
Lagi-Lagi bilang begitu!
Hmm, aku berpikir … bahwa itu
akan sangat meresahkan jika Mea-san untuk memunculkannya, karena kita tidak
akan dapat melanjutkan dari sana.
“Tapi … kalau itu
masalahnya!”
“Apa?”
“Ak-Aku akan memasak untukmu
juga!”
“Eeeehhhhhhhhh ?? !!”
Aku tidak tahu kenapa aku tidak
menduga dia mengatakan itu!
Maksudku, bukannya kamu membuat
kesalahan besar pagi ini juga, Mea-san?
“Kamu tidak keberatan dengan
itu ‘kan, Koboto-san.”
“Hahaha … Mou ~ Kamu itu sangat
keras kepala sih, Me-chan?”
Bahkan ketika Mea-san menunjuk
jari padanya, aku perhatikan bahwa Renjou-san masih tersenyum dan banyak
tertawa.
“Oke, ikuti saja arahanku, dan semoga
sukses.”
“Kita lihat saja nanti…!”
Oh, itu bagus … atau lebih
tepatnya, jika itu masalahnya.
“Jika itu masalahnya, aku
mungkin juga akan ikut berpartisipasi dalam membuatnya demi masa depan kita──”
Tetapi sebelum aku bisa
menyelesaikan kalimat itu….
““Tolong awasi aku, Kuuya-san /
Ku-kun!””
Mereka berdua menyatakannya
secara bersamaan.
Kekuatan kedua gadis itu, atau
lebih tepatnya motivasi mereka, sedemikian rupa sehingga aku hanya bisa
merespons, “O-Oh, baiklah …”
Mereka berdua lalu mulai
memasak.
“Aku akan membuat steak hamburger rebus untuk makan siang
hari ini ~~! Aku membuatnya karena itu hidangan yang gampang dibuat~”
Ketika dia mengenakan celemek
yang dibawanya, Renjou-san tersenyum cerah, dan berseru padaku.
“Oh, begitu? Kedengarannya
sulit hanya dengan mendengar namanya …”
“Cuma ada beberapa langkah
untuk membuat steak hamburger. Yang
harus kamu lakukan tinggal merebusnya dengan saus, supaya kamu tidak perlu
khawatir apakah dagingnya masih mentah atau matang. Itulah dua alasan utama
mengapa banyak yang gagal membuat steak hamburger.”
“Be-Begitu ya… masuk akal
juga…!”
“Jika kamu belajar cara
memasaknya, kamu bisa mengubahnya dan menggunakan banyak resep lain. Kamu dapat
memasak steak hamburger tanpa merebusnya, dan saus rebus dapat dibuat menjadi
kari atau sup dengan mengubah bumbu akhirnya.”
“Ohhh, itu praktis sekali! Ini
akan meningkatkan repertoarku dalam sekali libas!”
Seperti ini, dia juga sangat
murah hati dalam menunjukkan sampelnya pada kami dan memberi beberapa tips
untuk membantu kami dengan makanan kami di masa depan.
Aku sangat berterima kasih
padanya. Dia persis seperti malaikat yang memberi bantuan dari surga.
“Dan juga … ehehe ~, Ku-kun
suka steak hamburger, ‘kan?”
“Yah, itu sih … Emangnya ada
orang yang tidak suka steak hamburger?”
Aku menjawab sambil menggaruk
kepalaku. Bahkan, ayah aku juga suka hamburger, jadi seharusnya tidak
mengherankan kalau pria dewasa sepertiku juga menyukainya. Lagian, ini
merupakan hidangan daging.
“~~~ Ku-kun, kamu memang sangat
imut dan menggemaskan … ♪♪”
“Apa?”
“Tidak ada, bukan apa-apa.
Kalau begitu, mari kita mulai dengan memotong bawang …”
*
Taktakatakatakatak * Dia menggunakan pisau begitu cepat sehingga
tampak seperti fatamorgana, dan dalam waktu singkat, bawang-bawangnya sudah
dipotong menjadi irisan.
“Keren bangeettt!! Kalau aku
sih mustahil bisa melakukannya sepertimu !!”
“Di jaman sekarang, ada mesin
yang bisa memotong sayuran dan harganya juga wajar, jadi aku pikir itu ide yang
bagus menggunakannya untuk pertama kalinya. Tapi jika kamu bisa memotong bawang
dengan mahir, kamu bisa memotong sayuran lain dengan cukup mudah, jadi secara
pribadi, aku merekomendasikanmu untuk berlatih ~~”
“Be-Begitu ya……! Renjou-san,
kamu sangat luar biasa …! Jadi apa selanjutnya? Apa selanjutnya?”
Aku sangat kegirangan saat
melihat keahliannya sehingga aku tidak bisa berhenti menatapnya.
“Heh heh heh ~, selanjutnya
…”
Selanjutnya, Renjou-san tampak
senang ketika melihatku seperti itu.
Senyum di wajahnya terlihat
menggemaskan, dan mau tak mau aku jadi ikutan tersenyum bersamanya──
“Tunggu sebentar.”
Dan kemudian suara tenang
datang dari samping. Tentu saja itu suara Mea-san.
“Kurasa aku cukup pandaii
memotong bawang juga.”
Dia mengibaskan rambut dari
bahunya dan mengucapkan itu dengan wajah serius.
“Ehh, masa? Tapi Me-chan, kamu
pernah bertugas membuat kari di kemah pelatihan di SD , dan kamu tahu pada saat
itu … ”
“Pada saat itu aku tidak
bertanggung jawab untuk memotong bawang. Tapi sekarang—”
*Taktakatakatakatak!!! *
“Ohh astaga!!!?”
“HWAA──?!”
Renjou-san dan aku berteriak
bersamaan.
Itu karena … cara memotong Mea-san
sangat berbeda dari cara yang Renjou-san tunjukkan sebelumnya.
Seolah memotong langit dengan
pisau – katakanlah, seperti dia membuka
gerbang ke-5 – dia berulang kali mengirisnya, dan secara sekaligus, bawang-bawangnya
diiris semuanya.
Ini bukan teknik biasa, mana
ada orang normal yang bisa menguasainya! Tidak dalam arti yang sama dengan apa
yang aku katakan kepada Renjou-san, tapi yang ini jelas sekali MUSTAHIL untuk
dilatih! Teknik ini!
“Ap-Ap-Ap-Ap-Apa-apaan itu
tadi?! Me-chan!? Bagaimana caramu memotong bawang seperti itu?”
“Karena aku adalah Ni … Itu
rahasia.”
── Aku mengerti, aku tidak tahu
karena aku belum melihatnya menggunakan pisau sampai sekarang … Mea-san
tampaknya jago menangani pisau karena dia seorang putri ninja.
Dia sudah berlatih melempar
shuriken selama bertahun-tahun … dan tampaknya hal itu juga dirahasiakan dari
sahabatnya, Renjou-san.
“Gi-Gimana? Apa kamu
menyukainya, Kuuya-san?”
Dan kemudian Mea-san bertanya
kepadaku seraya mengepalkan tinjunya (Penampilannya
sedikit menakutkan karena dia memegang pisau di satu tangannya).
“Tidak, itu benar-benar
menakjubkan … Mea-san memang luar
biasa.”
“Ya, ya ~! Fufufufufu ~~
fufufufufufufuf ~~~, aku gerhasil, Kuuya-san memujiku … ♪~”
Aku melakukan yang terbaik
untuk menjaga ketenanganku dan memujinya, tapi ekspresi Mea-san justru memerah
dan tersenyum cengengesan.
… Sial, Mea-san benar-benar
imut dan manis sekali! Keimutan Renjou-san menonjolkan kepolosan dan rasa ingin
melindungi, tetapi keimutan Mea-san berasal dari kesenjangan antara kepribadian
normalnya yang dewasa dan kelucuan saat ini!
Apa Mea-san selangkah lebih maju
dengan ini? Tidak, memangnya sejak awal ini adalah pertandingan ?
“H-hmm, tapi memasak yang
sebenarnya baru akan dimulai! Selanjutnya, aku akan meremas dagingnya!”
“Wuaaahhh.”
Memang benar bahwa memotong
bawang tidak sama dengan membuat
hamburger rebus, dan mereka masih jauh untuk dibilang memasak steak hamburger .
Langkah selanjutnya untuk
mereka berdua ialah menguleni daging,
mencampur tepung roti dan bahan-bahan lainnya, dan membentuknya menjadi
hamburger …
“Dan, seperti ini! Kuncinya adalah
membuat lubang di tengah!”
Renjou-san selesai memasak
terlebih dahulu dan menempatkan steak hamburger di atas nampan.
“Wow cantiknya!”
Aku keceplosan mengatakannya. Steak hamburger buatannya tampak sangat
lezat dan memiliki bentuk yang indah.
:Ehehehehe ~~~, cantik? Apa aku
cantik? Oh ya ampun, Ku-kun ~, kamu terlalu menyanjungku ~ ♪”
“Tu-tunggu! Steak hamburger! Maksudku steak hamburger-nya!”
Ahh! Reaksinya yang tersenyum lebar
dan mengguncang tubuhnya seperti itu !! Ahh sangat imut! Gerakan itu!
Aku merasakan rasa bersalah
ketika memikirkannya, dan aku menoleh ke arah Mea-san.
“Ahh … seperti … seperti
ini … ahhh nggak. Tidak, tidak, tidak, tidak… oooh lagi … ahhh … hmm
…”
Rupanya, dia berusaha menguleni
daging dengan melempar bolak-balik di antara telapak tangan kiri dan kanannya, meniru
prosedur lawannya, Renjou-san … mungkin kekuatannya terlalu kuat, tetapi
bukannya menjadi rata, dagingnya justru tersebar dan tercecer kemana-mana.
Setiap kali dia melakukan ini, dia harus mengumpulkan kembali daging yang
berceceran, jadi kalau boleh jujur sih, aku merasa kalau dia takkan bisa
menyelesaikannya …!
“… Ku-Kuuya-san.”
Dan bahkan lebih ketika dia
memperhatikan tatapanku dan membeku.
“Maaf, tapi Mea malu untuk
menyajikannya …!”
“Tunggu, tunggu, tunggu! Tidak
baik untuk menutupi wajahmu dengan tangan saat sedang memasak!”
“Lalu apa yang harus kulakukan?”
“Pertama-tama, kupikir kamu
harus menguleninya dengan lebih lembut, Mea-san …”
“… Kuuya-san, kamu sangat
baik.”
“Jangan katakan sesuatu seperti
itu, itu memalukan!”
“Aku akan mencoba yang terbaik!
Makasih banyak, Kuuya-san!”
Jadi, rupanya dia sudah berada
di ambang menyerah … Yah, nada suaranya juga terdengar panic.
◇◆◇◆
Setelah itu, ada banyak
lika-liku, tetapi aku akan mengesampingkan detailnya ….
“Oke, hidanganku sudah siap ~
♪!”
“Aku … Aku juga sudah
selesai. Wahhh ….”
Dua suara yang kontras satu
sama lain, dan piring disiapkan (?).
Kami bertiga segera membawanya
ke meja ruang tamu. Kebetulan, mereka berdua masing-masing membuat satu lagi
untuk diri mereka sendiri dan satu laginya untukku. Itu berarti aku harus memakan
keduanya. Mana mungkin aku bisa menolaknya dalam situasi ini.
Untungnya, Renjou-san sudah
menanak nasi saat memasak steak hamburger
tadi. Jika ini sebuah pertandingan memasak, aku merasa kalau pemenangnya
telah diputuskan pada tahap ini, tetapi sepertinya itu saja masih kurang cukup.
“Baiklah Ku-kun ~”
“Silakan dinikmati, Kuuya-san.”
…Ya. Aku harus membandingkan
kedua piring yang disiapkan oleh mereka …
Aku tidak punya pilihan lain
selain mengambil sendok dan kemudian──
“Ini, buka mulutmu ahh ~ ♪”
“…… eh?!?”
Aku berteriak konyol ketika dia
menyodorkan sendok yang dipenuhi dengan hamburger dan saus, yang aku ambil
terlebih dahulu.
Tidak, bukannya aku tidak paham
apa yang dia maksud. Maksudku, aku harus memakannya dengan benar. Tetapi…
“Re-Renjou-san, kurasa aku bisa memakannya sendiri ….”
Mau
dilihat dari mana pun, suap-suapan biasanya cuma akan dilakukan oleh sepasang
kekasih atau pengantin baru, ‘kan!!!
Mau tak mau aku meneriaku hal
itu di dalam pikiranku.
“Tapi, Ku-kun dan Me-chan,
Kalian menikah cuma buat formalitas saja, ‘kan?” Renjou-san menatapku sambil
mengulurkan sendok dan mengatakan itu.
“Dan bukan tentang kalian
berdua, pernikahan ini diputuskan oleh orang tua kalian, kan?”
“Yah, itu memang benar sih,
tapi …”
“Apalagi, kalian berdua belum
cukup umur untuk menikah secara legal, ‘kan? Jadi kalian belum tahu apa yang
akan terjadi mulai sekarang, bukan?”
“Apa? Y-Yah, iya, kita emang belum tahu itu … tapi …”
“Sekarang kamu mengerti itu,
ayo bilang ahh ♪”
“…… ..”
Singkatnya.
Aku rupanya lagi di-PDKT! Dan
jika Mea-san tidak berbuat sesuatu, posisinya bisa diganti oleh Renjou-san,
kan? Apa!?
Dengan kata lain, reaksi gadis
ini terhadap pertemuan pertama kami kemarin adalah “Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama” … Sesuatu seperti
ini, atau bukan ….?
Hatiku berdegup kencang seperti,
boom boom bang … Tentu saja, ini
baru pertama kalinya aku digoda oleh seorang gadis atau didekati. Bohong
rasanya kalau aku bilang tidak merasa senang.
Tapi
… Apa ini … Oke?
Karena, bagaimana aku bisa
menjelaskannya? Ketika aku menengok ke arah Mea-san …
“~~~~~”
“Ahh, Uhmm, Mea-san …?”
Aku pikir Mea-san memelototiku
dengan matanya yang indah, lalu dia dengan cepat menyingkap rambutnya dari
bahunya dan meraih sendok dengan penuh semangat.
“… Ayo buka mulutmu, ahh ー! Kuuya-san!”
Tunggu, Mea-san, kamu juga mau
menyuapiku? Kamu takkan membiarkanku pergi!
Jadi ini strategi pertempuran
…! Dan jika ini terus berlanjut ….
“Ku-kun. Punyaku dulu, ayo
ahh~~!”
“Kuuya-san … kumohon, ini permintaan,
punykku … ahh~~!”
Keduanya harus dimakan!
Mustahil cuma memakan salah
satu dari mereka, tetapi juga tidak dapat diterima untuk menolak makan berdua.
Jadi pertanyaannya ialah punya
siapa dulu yang harus dimakan …
“Ka-Kalau begitu.. aku akan …
mencicipi milik Mea-san dulu…”
Wajar-wajar saja kalau aku
harus memberikan prioritas kepada istriku, Mea-san, bahkan jika kita menikah
karena janji. Aku merasa sedikit kasihan kepada Renjou-san, tapi …
“I-Itadakimasu.”
Aku memasukkan sendok yang
disodorkan Mea-san ke dalam mulutku.
“Bagaimana rasanya …
Kuuya-san …?”
“*Kunyahkunyah* … rasanya enak, sama seperti masakanmu yang biasa,
Mea-san!”
“Benarkah?!”
“Ya … steak hamburgernya
dimasak dengan benar, dan sausnya …..”
Tentu saja, hamburger-nya agak kurang matang dan ada
beberapa benjolan tepung bercampur dengan saus. Tapi itu masih bisa dimakan!
Mempertimbangkan apa yang telah dibuat Mea-san, keterampilannya sudah meningkat
lagi.
“Enak! Kamu melakukannya dengan
baik, Mea-san!”
“Eheh, ehehe ~ Mea hebat …! Fufufu
~~ fufufufufufu ~~ ….”
Mungkin itu karena dia merasa
sangat senang, tapi dia menyebut dirinya ‘Mea’
lagi.
Gampang sekali buat memahami
pemikirannya, meski dia memiliki banyak rahasia … Itulah bagian imut dan
menggemaskan dari Mea-san. Dan yang lebih penting lagi, bagian di mana wajahnya
memerah dan tubuhnya menggeliat Dia terlihat lebih seksi sambil tersenyum dan
menyeringai, aku tidak tahan. Aku ingin melihatnya lagi! Tunjukkan lebih banyak
padaku!
Akan sangat bagus jika itu
berakhir di sini, tapi──
“Sekarang, selanjutnya adalah
punyaku!”
Tidak adil rasanya kalau aku
cuma memakan masakan Mea-san dan tidak memakan hidangan Renjou-san, ‘kan?…
“Aku tidak tahu, aku tidak
tahu, apa Ku-kun akan menyukainya. … Dagdig-dug
dagdig-dug.”
Dan di sana, dia menempatkan
lebih banyak tekanan padaku (pandangan
subyektifku). Jadi, sebagai seorang pria, aku tidak bisa mengabaikan ini
atau itu akan … buruk.
“I-Itadakimasu. * Gigit*”
Aku menggigit lagi, kali ini
dari sendok yang diulurkan oleh Renjou-san.
“Bilang dong, bilang, gimana
rasanya? Ku-kun ~”
“*Kunyahkunyah* …!?!?!?” ── Mau
tak mau aku ingin berteriak keras. Rasanya sangat jauh berbeda
Rasa dan aromanya menyebar
setelah aku meletakkannya di mulutku. Cuma dengan menggigit sedikit steak
hamburgernya, aku bisa merasakan perpaduan umami yang meluap ….
“Le-Lezat sekali …. !!”
Sejujurnya, aku tidak enakan
untuk mengatakan ini, tapi rasanya jauh lebih enak daripada Mea-san.
“Yay!”
Seolah menambah kelezatan
makanan, Renjou-san tersenyum senang, seperti dia sangat gembira setelah
mendengar pendapatku.
Terus terang itu reaksinya itu
terlalu menggemaskan, dan aku merasa sangat tersentuh bahwa gadis yang seperti
itu memasakkanku hidangan yang luar biasa dan lezat.
Ketika aku merenungi hal itu
Aura Renjou-san tiba-tiba menjadi sangat tenang.
“Jika Ku-kun sangat menyukainya
… Aku akan membuat sebanyak yang Ku-kun ingingkan mulai sekarang.”
“Apa……?”
“Jika Me-chan adalah istrimu
… kalau begitu … Aku akan menjadi ‘simpanan’-mu
… canda deh, heheheheh ~~ …”
“Re-Renjou-san …?”
─ Kata yang penuh ketulusan dan
ceria itu membuatku sedikit kalut.
Dia
selalu sangat agresif, tapi saat auranya mendadak tenang, aku benar-benar
terkejut … Mau tak mau aku jadi menyadari perbedaan yang benar-benar
membuatku takut …! pikirku.
“Aku juga akan memenuhi celah
itu, oke!”
Ekspresi Renjou-san tiba-tiba
berubah, dan dia tersenyum dengan senyuman cerah dan ceria.
“Jika kamu mengalami kesulitan
atau mempunyai pertanyaan dalam memasak, aku akan dengan senang hati akan
kembali dan memberimu nasihat.”
“Ahh, oke, terima kasih …”
“Ehehe ~~”
─ Percakapan aneh semacam itu
terjadi di antara kita.
“*nyam* *nyam* *nyam*, lezat sekali, meski dia adalah lawanku, mau
tak mau aku harus memujinya karena kelezatan ini ….! *Nyam nyam nyam*”
Mea-san melotot Renjou-san
sambil mengunyah steak hamburger milik Renjou-san.
Malam itu, aku memasak makan
malam.
“Buku resep yang ditinggalkan
Renjou-san padaku luar biasa. Bahkan seseorang sepertiku bisa dengan cepat
memasak makanan yang persis seperti pada gambar karena itu dijelaskan dengan
sangat baik.”
Ketika aku membalik halaman, aku
dibuat terkesan sekali lagi.
Ya. Setelah itu, Renjou-san meninggalkan
buku resep ini dan pulang ke rumahnya.
Aku tak bisa menggambarkan
kata-kata lain dengan kata sempurna, atau jika itu adalah buku yang masih
membutuhkan perbaikan … Pokoknya, kesimpulannya adalah bahwa aku sendiri bisa
membuat makan dari buku resepnya…
Tentu saja, ada alasan mengapa aku
memasak makanan pertamaku.
“Renjou-san, dia itu hebat
sekali, ‘kan … dalam banyak hal.”
“………”
“Apa dia selalu seperti itu?
Mea-san. “
“…………………………”
── dan sejak siang tadi, Mea-san masih belum mau berbicara denganku.
Aku bisa menebak secara kasar
alasan kenapa dia merajuk karena aku memberikan ulasan yang lebih baik terhadap
steak hamburger Renjou-san ketimbang milik Mea-san ….
Tapi itu masih tidak mengubah
fakta kalau aku masih tidak peka dengan bagaimana cara menanggapi tanpa
menyakiti perasaannya.
“Pokoknya, ayo kita makan dulu,
Mea-san. Kupiki aku memasaknya dengan cukup baik kali ini.”
“….Terima kasih atas
makanannya.”
Namun, ketika dia makan, dia
menyatukan tangannya dengan benar dan berkata ‘Terima kasih atas makanannya’, itulah yang biasanya dilakukan
Mea-san di depan aku …!
Tapi … setelah itu …
“*nyam* * nyam* … wow, bumbu daging dan kentangnya sangat meresap!”
“…….”
“Aku senang nasinya tidak
terlalu lembek.”
“…………….”
“Ternyata memasak nasi itu
sangat mudah ya, kupikir aku bisa melakukannya sendiri mulai sekarang ~~”
“…………………………
..”
Tidak peduli apa yang aku
katakan, Mea-san masih diam membisu.
Apa sebaiknya aku meminta maaf
untuk ini? Kejadian tadi siang memang salahku karena mengatakan steak hamburger
Renjou-san jauh lebih enak.
Tidak, aku benar-benar minta
maaf, tetapi memang benar kalau punya Renjou-san jauh lebih lezat … Mea-san sendiri
mungkin tahu perbedaan di antara kemampuan mereka berdua …
Hmmm … apa yang harus kulakukan
sekarang …?
(….
Apa jangan-jangan bukan itu saja hal cemberutin Mea-san …?)
Tiba-tiba aku punya firasat
Kalau begitu mana yang benar? Aku
sama sekali tidak tahu.
Dan kemudian, malam harinya.
(…
..mmm?)
Aku sedang tertidur ketika
menyadari sesuatu dan tiba-tiba terbangun.
“Nn … Uhmma … *bangun* …”
Mea-san, apa dia mencoba untuk
melangkahiku ….?
Kenapa…? Ahh ya, dia tidak bisa
bangun dari tempat tidur tanpa melakukan itu, apa dia mau minum air atau pergi ke kamar mandi …Pikirku dengan
keadaan setengah tertidur.
Pada akhirnya, Mea-san
melangkahiku dan turun dari tempat tidur.
Suara langkah kaki berjalan
menjauh, lalu diikuti suara membuka dan
menutup pintu.
Kemudian, setelah beberapa
saat, aku mendengar suara air mengalir.
Mea-san, apa dia pergi ke
toilet …? Aku merasa kasihan sekarang, karena diriku, dia tidak bisa bangun
dengan mudah …
Ketika aku sedang memikirkan
hal itu, pintu terbuka lagi dan aku menyadari kalau Mea-san masuk.
Dia mencuci tangan ke dapur dan
kembali ke tempat tidur.
Ap-Ap yang harus aku lakukan?
Jika aku tidak melakukan apa-apa, dia harus melangkahiku lagi untuk masuk ke
tempat tidur, kan? Apa aku perlu berpura-pura membalik dan membiarkan sisi kiri
terbuka untuknya ….?
Saat aku dilanda kebimbangan….
“… .kuwuya.”
Dia berdiri tepat di sebelah
tempat tidur dan bergumam pada dirinya sendiri.
Ketika aku penasaran tentang
apa yang hendak dia lakukan—
“- * Nshyoo* !!”
(!?)
Aku hampir saja berteriak, tapi
entah bagaimana berhasil menahannya.
Ini karena Mea-san tiba-tiba
mendorongku dan memutarku.
Kira-kira apa itu terlalu
merepotkan untuk melangkahiku, atau sesuatu ….
“… Eii.”
Bersandar.
(!?!?!?!?!)
Aku hampir berteriak lagi.
Itu karena tindakan, Mea-san.
Tidak hanya dia menyelinap ke tempat tidur denganku, tapi dia justru—
“Kuwuya ….”
Itu karena dia memelukku
seolah-olah aku ini adalah bantal guling atau semacamnya.
Itu benar-benar pelukan erat.
Bukan hanya tangannya, tapi juga kakinya melilitku, dan kami benar-benar dalam
… keadaan berdekapan.
Seperti yang diduga, rasa
kantukku langsung lenyap seketika. Maksudku, rasanya sangat hangat dan lembut!
Dan … ti-tidak, bukan karena aku
ingin memperhatikannya atau apa pun! Aku dihancurkan oleh oppai Mea-san dan
tubuhnya, tapi apakah ini baik-baik saja …!?
Bagaimanapun juga… mengapa
ini terjadi──
“… Su─ Su─”
Segera, aku mendengar suara
napas tenang Mea-san, dia rupanya akhirnya tertidur.
Jadi dia mungkin terlalu malas
untuk melangkahiku, dan hanya menggeserku sedikit untuk membuat ruang baginya
untuk tidur.
Tapi bahkan jika itu adalah satu-satunya
alasan, dia tidak perlu memelukku seperti ini segala…
“Me-Mea-san …?”
Aku menoleh melalui pundakku
untuk melihat apa yang sedang terjadi, karena aku merasakan seluruh tubuhku
menegang.
Dan kemudian…
“Hmfuuu … Kuwuya …
adalah…Mea…”
“…………”
Dia mengigau.
Ya. Begitu rupanya, itu seperti
terakhir kali dia berkata, ‘Orang ini adalah milikku dan kemudian dia
memelukku.
Kurasa dia benar-benar marah
mengenai peristiwa siang tadi.
Dia juga mungkin merasa maah
terhadap dirinya sendiri. Aku tidak bisa
memasak, dan aku tidak bisa memasak apa pun sebaik Renjou-san.
Tapi … Kurasa itu sebabnya
dia merasa sangat buruk.
Ya. Dia mempercayai, “Kuuya-san
adalah suamiku.” ….
Semuanya itu ada dalam
imajinasiku.
Tapi mau tak mau aku
berprasangka seperti itu.
“Nfuu … …”
“~~~~~”
Aku tidak tega membangunkan Mea-san.
Akibatnya, seluruh badanku menegang, dan aku terus menanggung kelembutan dan
kehangatan tubuhnya.
(Karena
jika dipikir-pikir lagi … tentang itu … itu juga salahku … pasti …)
Seandainya saja aku tidak
plin-plan dan telah mengambil sikap tegas, Mea-san mungkin takkan tidur dengan
perasaan seperti itu.
Ketika aku memikirkan hal itu, aku
tidak punya pilihan selain menanggungnya ….
Pada malam itu, aku tidak bisa
tidur sampai matahari terbit.
Dan kemudian keesokan paginya.
“Aaaaaaa! Mea …. Mea
benar-benar menyesal mengenai apa yang sudah Mea lakukan, Maaf Kuuya-san !! Ini
semua salah paham, y-ya salah paham. AAA Mouuuu !! Aku tidak bisa menjadi istri
lagi …. !!”
Tak perlu dijelaskan lagi,
begitu dia terbangun, wajahnya langsung semerah tomat sampai-sampai dia tidak
bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Aku merasa lega.
Aku lega karena mengetahui
bahwa setelah menghabiskan malam seperti ini, dia akan mulai berbicara denganku
lagi.
“Uuuu Uuuuuuu ~~~ !!! Me-Mea
juga menekan dadanya padamu … sekarang Kuuya-san telah menemukan semuanya tentangku,
apa yang harus dilakukan oleh Mea! Mea merasa ingin mati saja karena tidak
tahan dengan rasa malu ini…..”
Jadi aku berpikir lagi ketika
menatap Mea-san, yang mukanya sudah memerah sampai ke telinganya dan menggeliat
dalam penderitaan.
(……
Aku perlu mengambil sikap tegas.)
“Kuuya-san sudah dewasa dan
mungkin tidak peduli, tetapi bagi … Mea, ini masalah serius! Karena … karena
… Mea tidak pernah menekankan dadanya kepada seorang pria sebelumnya! Ini
adalah pertama kalinya … Aku sudah melakukan ini, aku merasa sangat malu, Mea
akan mati, aku tidak punya pilihan selain meminta Kuuya-san mengembalikannya
padaku.”
—Ya. Jika Mea-san menganggap
kalau aku sudah dewasa.
Lalu, sekali lagi.