“Akira-kun, dimana Aoi-san?”
Pagi hari upacara penutupan, Izumi bertanya dengan ekspresi khawatir.
“Tidak……aku tidak tahu. Dia seharusnya sudah berangkat sekarang.”
Sudah hampir waktunya untuk bel sekolah, tapi Aoi-san belum tiba di sekolah.
Aku selalu meninggalkan rumah lebih dulu dan Aoi-san meninggalkan rumah setelahnya, tapi tidak pernah ada waktu ketika Aoi-san tidak datang ke sekolah pada jam segini.
“Mungkin sesuatu terjadi, ya.”
“Mungkin……”
Sewaktu melakukan percakapan ini, aku melihat ke luar jendela.
Kegelisahan yang tidak menyenangkan di dadaku, mungkin itu karena awan hujan hitam yang menutupi langit.
Prakiraan cuaca mengatakan bahwa hujan akan turun pada sore hari, tapi tidak aneh kalau mulai turun sekarang.
“Aoi-san, apa dia mengatakan sesuatu? Seperti sedang tidak enak badan.”
“Tidak, dia tidak mengatakan hal seperti itu. Dia terlihat baik-baik saja seperti biasa.”
“Kalau begitu, apa ada sesuatu yang tidak biasa baru-baru ini?”
“Tidak……”
Sesuatu yang tidak biasa—
Aoi-san yang mencoba menyerahkan tubuhnya padaku melewati benakku.
“Jangan-jangan, kecelakaan atau semacamnya……”
Izumi mengatakannya dengan suara yang bergetar dan dengan ekspresi cemas.
“Belum pasti seperti itu dan masih ada waktu. Mari kita tunggu sedikit lebih lama.”
“Kau benar.”
Aku memeriksa ponselku saat aku mengatakan ini untuk menenangkan diri, tapi tidak ada pesan maupun panggilan.
Sebaliknya, pesan yang kukirimkan padanya beberapa waktu lalu belum dibaca.
Pada akhirnya, bel berbunyi dan perwalian dimulai tanpa Aoi-san tiba di sekolah. Aku berharap bahwa sekolah mungkin telah dihubungi, tapi sensei tidak tahu kenapa Aoi-san tidak berangkat.
Aku hanya bisa berasumsi bahwa sesuatu telah terjadi.
Jangan-jangan dia mengalami kecelakaan, seperti yang dikatakan Izumi?
Begitu aku mulai memikirkan tentang kemungkinan, imajinasi buruk yang tak berujung pun muncul dalam benakku.
Sementara itu, perwalian berakhir dan teman-teman sekelas mulai bergerak ke gimnasium untuk berpartisipasi dalam upacara penutupan.
Bukannya tidak ingin, tapi aku tidak bisa berpartisipasi dengan tenang kalau seperti ini.
“Eiji, Izumi, bisa bicara sebentar?”
Aku memanggil mereka berdua saat mereka akan mengikuti teman sekelas kami.
“Aku akan pergi mencari Aoi-san. Aku akan melewatkan upacara penutupan, jadi tolong jelaskan pada sensei dengan tepat.”
“Mengerti. Jika kau tidak bisa menemukannya, hubungi kami. Kami akan mencarinya segera setelah upacara penutupan selesai.”
“Ya. Tolong.”
Setelah dengan singkat memberi tahu mereka apa yang akan kulakukan, aku meninggalkan ruang kelas.
Aku meninggalkan sekolah dan bergegas pulang.
Dia pasti tiba-tiba tidak enak badan dan sedang beristirahat di rumah.
Itulah kenapa dia mungkin tidak menyadarinya ketika aku menghubunginya.
Sambil meyakinkan itu pada diri sendiri, aku tiba di rumah dan membuka pintu.
“……Aoi-san!”
Tapi tidak ada jawaban dari Aoi-san, dan suaraku hanya bergema di dalam rumah.
Aku masuk ke dalam dan mencarinya di dalam rumah, tapi tidak ada tanda-tanda Aoi-san, dan barang-barang pribadinya sudah tidak ada di kamar Hiyori.
Ketika sepatu Aoi-san tidak ada di pintu masuk, jelas bahwa dia tidak ada di rumah.
Meskipun begitu, aku tidak bisa tidak mencarinya.
“Aoi-san……kemana dia pergi.”
Aku memeriksa ponselku lagi, tapi tidak ada pesan.
Jangan-jangan, aku tidak bisa melihatnya lagi—
Saat memikirkannya, aku dilanda rasa sakit dan kekosongan, seolah-olah dadaku dicekik.
Aku menyadari kalau nafasku bergetar dan meski aku mengatakan pada diriku sendiri untuk menenangkan diri, aku tidak bisa mengendalikan emosiku. Telapak tanganku menjadi dingin seolah darahku tidak mengalir dengan benar.
Aku memaksa diriku untuk tenang dan minum segelas air di dapur.
Aku menarik napas dalam-dalam, melihat ke sekeliling ruangan dan melihat selembar kertas di atas meja ruang keluarga.
“Ini……”
Aku mengambilnya dan itu adalah catatan dari Aoi-san.
《Terima kasih atas segalanya.》
Satu kalimat yang dengan jelas menunjukkan perpisahan.
Tapi, aku tidak berpikir itu pendek.
Aoi-san yang tidak pandai menuangkan perasaannya ke dalam kata-kata, pasti menuangkan semua yang dia miliki ke dalam satu kalimat ini.
Ketika aku berpikir bahwa dia pasti telah menelan semua yang ingin dia katakan dan meninggalkan kata-kata ini, aku tidak bisa tidak bertanya-tanya berapa banyak pikiran dan perasaan rumit yang ada di balik hati Aoi-san.
Aoi-san mungkin pergi karena aku tidak menyadari perasaannya yang sebenarnya.
“……Tidak, ini bukan waktunya untuk meratapi hal-hal seperti itu.”
Berhentilah berkecil hati.
Jika tidak menyadarinya, tanyakan saja.
Sama seperti aku yang tidak menyadari perasaan Aoi-san yang sebenarnya, Aoi-san juga tidak tahu perasaanku yang sebenarnya.
Bagi dua orang asing untuk saling memahami, mereka tidak bisa memulai tanpa berbicara.
Bahkan jika Aoi-san tidak kembali, aku ingin berbicara dengannya untuk terakhir kalinya.
Ketika aku memikirkan itu, tiba-tiba aku merasakan kekuatanku kembali ke kakiku.
Setelah itu aku berlari keliling kota mencari Aoi-san.
Tempat pertama yang kutuju adalah tempat Aoi-san bekerja paruh waktu. Meski kupikir tidak mungkin Aoi-san akan ada di sana, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk berharap pada kemungkinan sekecil apapun.
“Permisi!”
Ketika aku tiba di kedai kopi, aku mengabaikan tanda yang mengatakan bahwa kedai sedang dalam persiapan dan membuka pintu.
Pak Manajer memperhatikanku dan menatapku dengan heran.
“Akira-kun? Kenapa terburu-buru seperti itu?”
“Aoi-san, apa dia, datang kesini……”
Tidak ada waktu untuk mengatur napas.
“Tidak, dia tidak datang, dia juga tidak punya shift sore hari ini……apa ada yang terjadi?”
“Aoi-san, dia tidak datang ke sekolah.”
“Eh……?”
Tangannya yang sedang bersiap-siap berhenti.
“Apa anda mendengar apapun dari Aoi-san?”
“Tidak, tidak ada.”
“Begitu ya. Saya mengerti.”
“Tunggu sebentar.”
Ketika hendak meninggalkan kedai kopi, aku dihentikan.
“Aku juga akan mencarinya.”
“……Tidak, tolong tetaplah di sini. Aoi-san mungkin akan datang ke sini, jadi jika dia datang, tolong hentikan dia.”
Aku memberitahukan itu padanya dan menuliskan nomor ponselku pada kertas catatan.
“Ini informasi kontak saya. Mohon bantuannya.”
“Mengerti.”
Setelah mengatakan secara singkat apa yang kuinginkan, aku berlari keluar dari kedai.
Setelah itu, aku mulai mencarinya dengan acak.
Taman dekat rumahku dimana aku pertama kali bertemu Aoi-san.
Apartemen tempat Aoi-san tinggal bersama ibunya.
Pusat perbelanjaan tempat kami pergi berbelanja bersama.
Aku pergi ke semua tempat yang kuketahui, tapi tidak ada tanda-tanda Aoi-san di sana.
Langit terlihat tidak menyenangkan seperti sebelumnya, dan meskipun hari baru saja menjelang tengah hari, namun gelap seperti malam hari.
Aku lelah berlari dan hampir berhenti.
“……Eiji?”
Ketika aku melihat ponselku yang berdering tiba-tiba, ada panggilan masuk dari Eiji.
『Apa kau menemukan Aoi-san?』
“Tidak……ketika aku pulang ke rumah, ada catatan yang mengatakan ‘Terima kasih atas segalanya’ dan kupikir dia mungkin meninggalkan rumah dengan maksud untuk tidak kembali. Aku berkeliling ke semua tempat yang bisa kupikirkan, tapi aku tidak bisa menemukannya.”
『Begitu ya』
Ia pasti berbicara dalam mode speaker.
Selain Eiji, desahan lain terdengar. Izumi mungkin ada di dekatnya.
『Mungkin saja dia tidak di kota ini lagi.』
“Apa yang membuatmu berpikir demikian?”
『Mungkin dia mencoba melakukan apa yang kita akan lakukan selama liburan musim panas, sendirian.』
Apa yang akan kami lakukan.
Untuk menemukan rumah tempat tinggal Nenek.
『Dan jika Aoi-san harus bergantung pada siapapun, itu adalah neneknya.』
Hal itu memang sangat mungkin terjadi.
Jika demikian, tidak ada cara untuk menemukan dia.
『Aku tidak berpikir demikian.』
Kemudian Izumi berbicara dengan jelas.
『Aoi-san bukanlah tipe anak yang akan meninggalkan semua hubungan dengan kita dan menghilang. Mungkin……dia hanya resah dan khawatir, tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi, jadi dia sedikit tersesat. Aku yakin, bahkan sekarang pun, di suatu tempat, ia masih bergelut tanpa bisa menemukan jawabannya.』
Tiba-tiba aku teringat ketika kami bertemu.
Ia tampak kesepian, berdiri sendirian di taman, tanpa punya tempat untuk pergi.
『Akira-kun, temukan dia.』
Aku merasa seolah-olah kata-kata Izumi telah memberiku kekuatan.
“……Tentu saja.”
Aku akan menemukanmu lagi dan lagi, dan aku akan membawanya pulang lagi dan lagi.
Bahkan jika dia menolakku, bahkan jika aku memaksakan kebaikan, aku masih ingin bersama Aoi-san.
“Tapi, aku tidak bisa memikirkan tempat lain yang mungkin Aoi-san ada disana……”
『Jika Aoi-san masih berada di kota ini, dia mungkin berada di tempat yang penuh kenangan baginya. Disaat seperti ini, sepertinya orang akan secara tidak sadar pergi ke tempat yang memiliki kenangan untuk mereka. Tidak seperti Akira, Aoi-san selalu di kota ini sama sepertiku dan Izumi, jadi mungkin ada tempat yang tidak kau ketahui yang memiliki kenangan baginya.』
Tempat yang memiliki kenangan.
Satu tempat terlintas di benakku ketika mendengar kata-kata itu.
“Apa kau tahu Aoi-san masuk ke taman kanak-kanak mana?”
『Aku tidak tahu……Aku bersama Aoi-san sejak SMP.』
“Begitu ya……”
Jika Aoi-san mengunjungi tempat yang memiliki kenangan baginya, kupikir tempat itu akan berada di sana.
Aoi-san mengatakan sebelumnya, tentang anak laki-laki yang mengulurkan tangan padanya ketika dia sendirian dan terisolasi. Berbicara tentang tempat yang paling dikenang bagi Aoi-san, aku tidak bisa memikirkan tempat lain selain di sana.
Kalau seperti ini, kurasa aku akan mencari semua taman kanak-kanak di kota.
『Aku tahu.』
“Benarkah!? Dimana!?”
Kesampingkan bagaimana Eiji tahu.
Aku tidak punya waktu untuk memusingkan hal itu sekarang.
『Aku akan mengirimkan alamatnya. Semoga berhasil, Akira.』
“Ya. Terima kasih.”
Segera setelah aku menutup telepon, Eiji mengirimkan alamatnya padaku.
Aku membuka peta, memeriksa lokasi dan tanpa sadar membeku.
“Yang benar saja……?”
Nama dan lokasi taman kanak-kanak yang sudah tidak asing lagi muncul di layar ponselku.
Itu adalah taman kanak-kanak tempatku dan Eiji bersekolah.
“Bagaimana bisa……kalau begitu, aku dan Aoi-san berada di taman kanak-kanak yang sama?”
Tidak, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal itu.
Aku menyingkirkan pertanyaan-pertanyaan yang terus muncul dan bergegas ke taman kanak-kanak.