Setelah selesai diceramahi, Cain dan kelompoknya ini ikut berkumpul di aula untuk melakukan makan malam bersama para siswa lainnya. Setelah semuanya berkumpul di aula, barulah mereka dipandu oleh para pelayan menuju ke tempat makan.
Ketika mereka membuka pintu━.
Terlihat berbagai hidangan berbaris di meja, dan kursi-kursi diatur mengelilingi meja bundar. Mungkin ini adalah buffet style (Prasmanan ala eropa) dari ingatan Lula. Memang bagi para siswa yang masih muda, mereka merasa senang dapat memakan apa saja yang mereka sukai disini.
Ada berbagai macam hidangan yang tersedia, mulai dari salad, olahan daging, hingga berbagai makanan penutup.
“━Hebat…”
“Benar-benar…. Semuanya terlihat lezat…”
Para pelayan memandu siswa dan guru memasuki ruangan dan duduk di posisi mereka masing-masing. Tentu saja Cain berada di meja yang sama dengan Telestia Silk dan Liltana.
Setelah memastikan semua orang telah berada diposisinya, para pelayan mulai membagikan minuman. Lalu Alex pun berdiri.
“Selamat datang di kota Drintle… Meskipun Walikotanya ada, namun kali ini beliau berperan sebagai siswa., jadi aku harap kalain bisa menganggapnya sebagai siswa… mungkin anda semua terkejut, tapi seluruh masakan ini di set agar anda dapat memilih dan menyantap makanan manapun yang anda sukai, jadi silahkan ambil mana yang anda sukai.. kalau begitu mari bersulang!”
“Bersulang!!”
Gelas milik para siswa berisikan jus buah, sedangkan milik para guru di isi dengan wine. Meskipun begitu, gelas itu berbahan kaca yang bahkan di ibukota pun menjadi barang berharga yang hanya bisa didapatkan melalui preorder dalam jumlah terbatas. Dan masih ada gelas-gelas yang berbaris selain yanng mereka gunakan.
Para siswa kebanyakan adalah akan bangsawan. Meskipun ada juga rakyat biasa diantara mereka, namun mayoritas adalah anak pemilik perusahaan besar. Mereka jauh lebih terkesan kepada gelas yang mereka genggam daripada rasa minuman yang mereka minum setelah bersulang.
Kemudian para siswa melihat kearah hidangan yang memiliki berbagai warna itu tertata dengan rapi. Mereka pun mengambil hidangan itu dan meletakannya di piring, lalu membawanya ke meja mereka masing-masing.
Cain pun menekan kan kepada mereka untuk mengambil hidangan manapun yang mereka sukai.
“Semuanya kelihatan sangat enak… aku jadi bingung…”
“Itu benar… Makanan sebanyak ini… mungkin hampir sama dengan pesta di Istana ya…”
“Belum pernah ada gaya seperti ini di Kekaisaran…”
Mereka bertiga berkomentar sambil mengambil makanan dengan penuh kebahagiaan.
Para pelayan bersiaga di belakang meja hidangan, dan akan mengambilkan dengan rapi jika ada menu yang diinginkan.
“Enak…rasanya hangat seperti baru matang…”
Dari meja lain pun terdengar suara yang memberikan kesan kelezatan hidangan ini. Para guru juga menikmati anggur yang disajikan serta menikmati santapan mereka. Para pelayan juga segera mengambil piring yang telah kosong selagi mereka mengambil makanan lagi.
Ketika Cain memperhatikan sekitar, ia melihat Laura sedang mengambil piring kosong dan iapun tersenyum. Meskipun mereka sangat menikmati hidangan sambil mengobrol, namun yang paling membuat para siswa perempuan gembira adalah makanan penutup.
Kue-kue dan buah-buahan berbgai macam berjejer. Dan masing-masing sudah dipotong kecil. Sepertinya mereka menggunakan banyak stok gula yang ada di kota Drintle.
(Sepertinya ini adalah keinginan Lula ya… Kalau aku tidak akan memakai sebanyak ini…)
Cain pun melirik kearah Lula yang sedang bersiaga di sudut ruangan, dan ketika menyadari itu, Lula pun tersenyum. Kemudian ia pun mengacungkan ibu jarinya, seolah bertanya. Bagaimana??.
Cain pun tersenyum pahit, namun karena Telestia dan yang lainnya sangat bahagia diapun mengangguk ringan.
Setelah selesai makan, guru-guru menjelaskan agenda esok hari. Dan setelahnya para siswa pun kembali ke kamar mereka masing-masing.
Setelah ini Alex menjelaskan bahwa akan ada waktu mandi, pria dan wanita di pisah dan para pelayan menjelaskan cara menggunakannya.
Lalu, ketika mereka tiba di pemandian, mereka pun kembali terkejut. Ini adalah karya engetahuan Cain dan Lula. Bukan lah sesuatu yang biasa. Lantai berubin yag telah dipoles, tempat bilas yang luas, serta pemandian terbuka telah disiapkan. Bahkan ketika Alex pertama kali melihat ini, ia mengatakan, ‘kumohon.. tahan diri sedikit…’
Mereka bebas kapan pun ingin mandi, ada siswa yang ingin bersantai dulu di kamar, ada pula yang ingin langsung segera menikmati pemandian.
Para guru sepertinya belum cukup minum, dan Alex menemani mereka untuk lanjut minum-minum di ruangan berbeda. Alex juga merupakan lulusan sekolah ini, jadi ia mungkin kenal dengan guru yang kali ini ikut serta. Dan mereka pun memulai bernostalgia.
Kemudian dikamar Cain, Telestia dan yang lainnya berkumpul. Darmeshia menyajikan tah, lalu mengatakan, ‘silahka dinikmati’ dan langsung meninggalkan ruangan.
“Aku tidak menyangka hari pertama pelatihan akan mendapatkan hal seperti ini… aku tida bisa membayangkan seperti apa kelanjutannya nanti…”
“Itu benar… Katanya tahun kemarin mereka menggunakan penginapan… tapi sekarang malah istana… ya kan?”
“Tidak ada yang menyangka akan sampai membangun istana juga kan?? “
“Sebenarnya aku merencanakan untuk menggunakan penginapan.. aku benar-benar tidak tahu kenapa jadi begini…”
Cain memberitahu kepada Alex ahwa meeka akan tinggal di penginapan, namun ternyara diberikan pelayanan seperti ini.
Ia pun menghela nafas panjang, dan kemudian meminum teh nya.
“Setelah lulus nanti aku ingin segera menikah dan pindah kesini… Ya Cain-sama?”
“Ya, kalau mau tinggal disini setelah lulus juga bisa langsung…”
Telestia dan Silk tampak ceria, namun Liltana tampak sedikit muram.
“…Padahal aku yang duluan bertemu…”
Meskipun Liltana mengatakan itu dengan suara pelan, namun itu terdengar oleh Cain.
“Lil, kenapa?? Kamu sakit?? Wajahmu terlihat tidak sehat…”
Mendengar perkataan Cain. Liltana menggenggam kalung miliknya dan kemudian mengelengkan kepala. Namun setelah memperhatikan batu yang ada di kalung itu, Liltana pun bertanya.
“Ngomong-ngomong, Lil.. kamu memakai kalung yang imut ya… sepertinya itu selalu dipakai… bahkan saat mandi pun juga dipakai… boleh aku melihatnya??”
“I-Ini ……”
Iapun mulai melonggarkan genggamannya, dan terlihat sebuah batu permata biru yang terlihat sangat serasi dengan rambutnya.
“Permata yang indah… kamu selalu memakainya, sepertinya itu memang sangat penting ya….”
“……Ya”
“Jangan-jangan… Kamu dikasih sama orang yang kamu suka Lil??”
Mendengar perkataan Silk ini, tiba-tiba wajah Liltana pun memerah. Telestia dan Silk pun semakin bersemangat ketika membahas tentang percintaan.
“Lil, ternyata kamu punya orang seperti itu ya…”
“Hei, orang itu seperti apa?? Cerita dong…”
Awalnya Liltana merasa enggan, namun akhirnya ia mulai bercerita sedikit demi sedikit tentang pertemuan mereka. Kisah ketika ia mengunjungi sebuah pasar di sebuah kota, ia bertemu dengan seorang anak laki-laki. Dan pada saat itu mereka saling memilih kalung.
Ketika pembicaraan itu berlanjut, mengesampingkan Telestia dan Silk yang sedang bersemangat, Cain membuat ekspresi seperti sedang berpikir.
(Sepertinya tidak asing…. Dan kalung itu…. Sepertinya aku pernah lihat…. Dimana ya…)
Dan Cain pun meraih kalung yang dimilikinya.
(Loh? Jangan jangan… cerita itu…)
Lalu ia refleks melihat kearah kalungnya dan mulai mengingat-ingat masa lalu. Dan potongan-demi potongan ingatan pun saling mengisi.
“Kamu bertemu dengan pria sekeren itu ya… Terus-terus orang itu kemana…”
Menanggapi kegembiraan mereka berdua, Lilrana menatap kebawah dengan wajah yang agak suram. Menyadari hal ini, mereka berdua pun segera berhenti dan meminta maaf.
Melihat Liltana yang membuat ekspresi serius itu, Cain pun mulai bertanya.
“―― Lil… Jangan-jangan kamu… Lil yang aku temui di pasar Ramesta waktu itu??”
Mendengar pertanyaan dari Cain, Liltana hanya menatap Cain dengan wajah yang memerah, dan kemudian mengangguk dalam diam.