Mendengarsuara Cain bergema di seluruh aula, Sang Raja berdeham dengan senyuuman pahit diwajahnya.
“Mo-mohon maaf…”
Cain pun segera kembali menundukan kepalanya.
(Tidak kusangka kak Reine…. Yah memang sudah saatnya sih… Tapi kan…)
“Sepertinya Garm tidak memberitahukan mu ya…”
Cain mengangguk perlahan. Ia tidak menyangka bahwa kakaknya Reine yang selama ini ia anggap Brocon itu akan menikah. Namun mengingat dirinya sendiri juga sudah memiliki tunangan, maka wajar jika Reine yang lebih tua darinya itu menikah.
“Kamu boleh kembali ketempatmu… Untuk rinciannya, tanyakan itu pada Magna nanti…”
“Baik…”
Cain pun membungkuk dan kemudian kembali ke tempat ia duduk. Setelah beberapa laporan selesai di umumkan, pertemuan itu pun berakhir, dan para bangsawan pun bubar.
Tentu saja Cain tidak langsung pulang. Dia dipandu oleh oelayan menuju ke ruang pertemuan yang biasa ia hadiri. Tak lama kemudian, Garm pun datang dan duduk disebelah Cain.
“Ayah… bukannya seharus nya tidak masalah jika memberitahu ku terlebih dahulu soal pernikahan kak Reine… Aku kan jadi tidak perlu sampai berteriak begitu….”
“Maaf ya… Itu masih belum pasti… Reine juga mengatakan untuk merahasiakannya…”
Cain menghela nafas melihat Garm menjelaskan itu dengan rasa bersalah.
“Pangeran Loran itu seumuran dengan Reine… Kamu tahu kan dia menjadi anggota OSIS?? Nah ketua nya itu pangeran Loran…”
Cain teringa ketika Reine masih ada di sekolah. Nampaknya dia memang sangat sibuk dengan kegiatan OSIS. Dan Garm pun melanjutkan perkataannya.
“Sejak saat itu sepertinya mereka saling ada perasaan… Hal ini juga sudah di konfiirmasi pihak kerajaan… namun Reine juga menekan kan pada Loran untuk merahasiakan dari Cain… jadi kurasa Puteri Telestia tidak tahu mengenai ini…. Yah meskipun ada alasan lain kenapa kami merahasiakannya…”
“Begitu ya… Tapi kan kalau dikasih tahu dulu aku bisa lebih ikut bahagia…”
Ketika mereka sedang berbincang, pintu pun terbuka, dan Sang Raja, Duke Eric, serta Perdana Menteri Magna pun memasuki ruangan itu.
“Maaf membuat kalian menunggu ya…”
Sang Raja pun duduk di tengah sofa, Sedangkan Duke Eric dan Perdana Mentri duduk di kedua sisinya.
“Gimana Cain?? Terkejutkan?? Aku selalu dibuat terkejut oleh mu… Kadang-kadang aku juga ingin membalasnya… jadi aku merahasiakan hal ini…”
Melihat Yang mulia tertawa terkekeh, Cain hanya bisa berpikiran ‘Ternyata dia dalangnya’ tanpa bisa mengatakannya.
“..Aku benar-benar terkejut… Tolong rawat kakak ku Reine…”
Cain pun mengatakan itu sambil membungkuk, dan Raja pun mengangguk puas.
“Tentu saja…. Sepertinya mereka itu sangat akrab… jadi kurasa tidak akan ada masalah… Kalau begitu kita masuk inti pembicaraan… Magna, tolong jelaskan…”
“Baik Yang Mulia”
Perdana Menteri Magnapun melebarkan sebuah peta yang ia pegang di atas meja.
“Saat ini, beebrapa walikota dari fraksi Cordino telah dicabut jabatannya…. Meskipun ini hanya sementara, namun bagi walikota yang terbukti bersalah, akan langsung dicabut jabatan selamanya, dan wilayahnya akan diperintah langsung oleh pihak kerajaan… Namun untuk kota Terenza, seperti yang suudah aku katakan sebelumnya, itu akan menjadi wewenang tuan Silford. Dan disinilah awal titik wilayah baru kita…”
Di peta itu tergambar sebuah garis di dalam wilayah Republik Ilstien. Meskipun tidak seluas Gazaar, itu masih lah cukup luas dan mencakup beberapa kota kecil dan desa-desa.
“Yahh sebenarnya aku ingin mendapatkan Gazaar juga… tapi jika mereka memberikannya tampaknya perekonomian mereka akan runtuh…. Jadi aku cukupkan dengan ini saja… Yah mereka berani ingin macam-macam dengan anaku, jadi mereka harus mau membayarnya…”
Cain hanya tersenyum pahit melihat Eric mengatakan itu dengan polosnya dan penuh percaya diri. Sejujurnya serangan itu bukan hanya dari pihak Republik Ilstein, namun juga di prakarsai oleh orang dari kerajaan Esfort. Hanya dengan mendapatkan daerah ini saja mungkin sudah sangat berlebihan.
“Jika wilayah mu bertambah secepat ini pasti kau akan kekurangan orang kan… Jadi aku mengirim beberapa birokrat dari ibukota sebagai wakilmu di setiap kota-kota itu… Dan aku akan memberikan dana untuk sementara… selain itu juga untuk lima tahun kedepan, Drintle akan dibebaskan dari pajak…Jadi mulai sekarang Drintle akan menjadi sebuah wilayah, yang membawahi kota-kota itu…”
Cain hanya mengangguk mendengar perkataan Sang Raja. Lalu sang Raja pun melanjutkan perkataannya.
“Tetapi, memang sebagai Margrave kamu harus memiliki tentara sendiri, dan itu akan diatur di kemudian hari, dan aku tekankan, kamu tidak boleh ikut berperang sebelum kamu menjadi Dewasa… tolong setidaknya patuhi ini….”
Dikerajaan Esfort, tidak akan memperbolehkan anak yang belum dewasa untuk berperang. Bahkan jika dia adalah Margrave sekalipun. Sejujurnya memang Cain sendirian saja sudah bisa memenangkan peperangan. Namun ini adalah hukum yang diciptakan Raja pertama, dan tidak ada pengecualian didalamnya. Hal ini diciptakan semata-mata karena Yuuya ingin seoang anak yang masih memiliki masa depan yang panjang tidak terbebani dengan masalah perspektif antar negara.
“Selain itu. Soal sekolah mu Cain, kamu bisa keluar masuk sesukamu sampai kelulusan nanti…. Sejujurnya sekolah itu adalah untuk menjual tampang mu untuk pergaulan di masa depan nanti… tapi setelah kamu memiliki Drintle, itu tidak akan ada gunanya lagi…. Tapi ya.. sekali-sekali datang lah untuk menemui Silk… dia pasti cukup kesepian jika tidak ada kamu…”
“Tentu… Aku akan hadir di sekolah sebanyak yang aku bisa…”
Untuk sementara pembicaraan itu berakhir. Sang raja pun meninggalkan ruangan bersama dengan Duke Eric dan Perdana Menteri.
Sedangkan Garm dan Cain tetap berada di ruangan itu.
“Aku benar-benar tidak menyangka Cain akan sampai di titik ini… yah walau pun mungkin aku bisa mengerti…”
Banyak hal-hal diluar nalar yang telah ia saksikan. Bahkan sejak Cain masih usia dini. Dan kini, sebelum menjadi dewasa, dia sudah berada di posisi yang sama dengan Garm sebagai Margrave.
“Mulai saat ini bukan hanya sebagai ayah dan anak, Cain…mari kita lindungi kerajaan Esfort ini sebagai sesama Margrave.. “
“Ya tentu saja”
Garm mengatakan itu sambil tersenyum dan mengangguk puas, ia pun mengulurkan tangannya. Cain pun tersenyum dan menyambut tangan itu dan mereka berdua berjabat tangan.
Ia pun kembali tersadar bahwa ternyata tangan ayahnya itu cukup besar.
Salam dari pengarang.
Arc tentang Republik Ilstein pun berakhir. Silahkan nantikan Bab berikutnya.