Kota yang berhiaskan warna putih. Serta sebuah Kuil serba putih yang sangat megah dan memanjakan mata siapapun yang melihatnya, berada di tengah kota itu.
Pusat ajaran Marineford, dan juga pusat pemerintahan kerajaan Kepercayaan Marineford.
Ada dua lelaki berpakaian serba hitam di sebuah ruangan yang terlihat mewah. Ada juga seorang lelaki tua berubah putih yang berjongkok dilantai. Jubah putih itu dipenuhi warna merah di berbagai tempat.
“… Ugugugugu …”
Pria tua berjubah putih itu mengerang kesakitan, namun kedua pria itu tidak mempedulikannya dan menendang lelaki tua itu untuk menambah kan rasa sakitnya.
“Apa sekarang sudah mau buka ruang harta nya??”
“…Aku.. tidak bisa… aku tidak boleh membukanya!!”
Sambil menahan rasa sakitnya, Sang Pope menolak untuk membuka ruang harta. Namun, para penyerang itu bersiap menggunakan langkah selanjutnya.
Satu lagi pria berbaju hitam muncul dari pintu dan membawa seorang gadis muda yang tengah tak sadarkan diri dengan satu tangannya.
Di Gereja Pusat ini, mereka merawat anak yatim piatu yang menerima berkah dewa sebagai murid. Untuk merawat kuil sebesar ini butuh banyak orang untuk merawatnya, jadi mereka bekerja disini sambil memperdalam kepercayaan mereka dan ketika tiba saatnya mereka akan dikirim ke berbagai tempat sebagai Pendeta dan Suster.
Pria itu menangkap tiga orang gadis yang bahkan belum dewasa. Gadis-gadis itu diancam oleh pria itu dengan menggunakan pisau dan mereka gemetaran.
“Jika kau tidak membuka ruang harta itu, aku akan melenyapkan gadis-gadis ini satu persatu…. Kira-kira Pope ini tahan sampai yang keberapa orang ya??”
Laki-laki itu tersenyum lebar dan ia menagkap salah satu gadis dan kemudian menempelkan pisau di leher gadis itu.
“… Tunggu! Jangan lukai anak-anak itu….”
“Aku tidak butuh perkataan itu… Mau buka atau tidak?? “
Seketika pisau milik pria itu menggores pipi gadis itu dan perlahan terbentuk garis merah di pipinya, dan mulai mengalir darah dari sana.
Maaf telat, karena besok week end, maka akan diusahakan ada banyak upload!!!
“…Pope-sama…”
“Fufufu… mungkin berikutnya leher ya?? Lagipula masih ada tiga orang…”
Pria itu mengarahkan kembali bilah pisaunya ke leher.
“Mugu… ba-baiklah…”
Sang Pope mengepalkan tangannya dan memutuskan untuk membuka ruang harta. Gadis-gadis itu langsung di ikat dan digullingkan dilantai, lalu mereka dibawa oleh Pope itu menuju ruang harta.
Ditengah malam, Kuil ini terasa sepi dan bahkan dapat terdengar suara langkah kaki sendiri menggema ketika berjalan di koridor. Setelah beberapa menit mereka berjalan, terlihat sebuah pintu ruang harta.
Ruang harta di kuil ini di jaga dengan ketat, dan baru bisa terbuka jika sang Pope itu mengalirkan energi sihirnnya ke sebuah permata yang tertempel di pintu itu.
Para Pope dari generasi-kegenerasi membuat jejak energi sihir di permata itu sehingga mereka dapat memiliki wewnang untuk membukanya. Ketika ada orang lain yang ingin membukanya secara paksa, maka alarm akan segera berbunyi dan Ksatria segera datang.
“Cepat buka!! Kalau tidak kau buka… kau tahu kan pa yang akan terjadi pada gadis-gadis itu??”
“Ba-baik… Aku buka sekarang…”
Sang Pope mengangkat tangannya yang gemetaran dan menyentuh kristal di pintu, lalu ia mengalirkan energi sihirnya. Bersamaan dengan itu mulai terdengar suara sesuatu berderak.
“Oy Cepet Buka… terus masuk sana…”
Pria yang lain pun segera membuka pintu itu dan nampak lah bagian dalam yang penuh dengan harta-harta, buku serta berbagai perhiasan.
“Mantep bener… Kalo kita punya sebanyak ini kita bisa nyantai seumur hidup nih….”
“Sudah cepet cari barang yan dibutuhkan…”
“…Iya iya…”
Satu orang bersiaga menempelkan ujung pisau ke punggung sang Pope, sedangkan dua orng lainnya masuk kedalam ruang harta dan melakukan pencarian.
“Apa tujuan kalian sebenarnya???”
Ketika sang Pope bertanya, pria itu meletakan tangan di dagunya seolah berpikir sejenak.
“Ah sudahlah.. Tujuan kita adalah kristal pemanggilan… ada disini kan??”
“A-apa katamu?! Itu….”
Sang Pope terkejut mendengar tujuan mereka. Pada awalnya sang Pope hanya berpikir mereka adalah perampok yang mencari harta. Namun jika mereka sampai membawa pergi kristal pemanggilan yang merupakan harta terpenting di Kerajaan Marinford itu akan menjadi sangat kacau.
“Oi.. disini ada kotak yang keliatannya penting…. Isinya.. permata. Apa mungkin ini??”
“Kita sudah menemukan barang tujuan kita… eh.. apa ini??”
Mereka berdua yang sedang terburu-buru melihat sebuah kotak harta lain yang diletakan disebelahnya. Peti itu nampak lebih penting daripada peti tempat permata itu tersimpan, bahkan sampai ada rantai yang mengikat kotak itu.
Siapapun yang melihat itu pasti akan merassa kalau benda itu sangat penting.
“Yah kalau Cuma segede ini bisa kali kita bawa sekalian… Client kita juga pasti bakl seneng kan?? dan kita bakal dikasih hadiah tambahan…”
“Yasudahlah… bawa aja Cuma segitu mah…”
Kedua pria itu pun memasukan kedua kotak itu kedalam magic bag mereka dan kemudian mulai mengumpulkan beberapa harta.
“Kita harus ambil beberapa buat bonus…”
Kedua pria itu pun kembali ketempat Pope di pintu masuk ruang harta.
“Apa benda yang kita cari ada didalam??”
“Tentu saja…. Dan juga aku sudah membawa beberapa benda…”
Pria yang sedari tadi mengarahkan pisaunya pada Sang Pope itu mengangguk.
Pendek? Memang…Hahaha
“Baiklah… Kalau begitu urusan kita sudah selesai… Jadi…”
Pria itu menyeringai, dan seketika menusukan pisaunya ke punggung sang Pope.
“Ugh … Ghu”
Darah Sang Pope pun mengalir deras, dan dia langsung terjatuh.
“Oi… Kau harus benar-benar membereskannya karena dia bisa menggunakan sihir pemulihan…”
Pria yang satunya mengeluarkan pisau dari sakunya dan kemudian menambahkan tusukan lalu memastikan bahwa sang Pope telah mati.
“Dengan ini kita bisa sedikit santai setelah kembali ke nengeri kita… Ayo cepat kita kembali…”
“Ah besok juga bisa kali… yang penting kita lari dulu dari sini…”
Sang Pope yang telah tewas dibiarkan begitu saja dan para pria berbaju hitam itu menghilang dari area kuil.
===
Keesokan harinya, seoran pendeta yang masuk keruangan sang Pope menemukan gadis-gadis diikat, dan mengetahui tentang adanya kejadian semalam.
Sang Pope ditemukan tergeletak didepan ruangan harta yang pintunya setengah terbuka. Hal ini membuat keributan di selruh kerajaan Marineford dan informasi ini segera tersebar ke seluruuh negara lain.
Kota yang berhiaskan warna putih. Serta sebuah Kuil serba putih yang sangat megah dan memanjakan mata siapapun yang melihatnya, berada di tengah kota itu.
Pusat ajaran Marineford, dan juga pusat pemerintahan kerajaan Kepercayaan Marineford.
Ada dua lelaki berpakaian serba hitam di sebuah ruangan yang terlihat mewah. Ada juga seorang lelaki tua berubah putih yang berjongkok dilantai. Jubah putih itu dipenuhi warna merah di berbagai tempat.
“… Ugugugugu …”
Pria tua berjubah putih itu mengerang kesakitan, namun kedua pria itu tidak mempedulikannya dan menendang lelaki tua itu untuk menambah kan rasa sakitnya.
“Apa sekarang sudah mau buka ruang harta nya??”
“…Aku.. tidak bisa… aku tidak boleh membukanya!!”
Sambil menahan rasa sakitnya, Sang Pope menolak untuk membuka ruang harta. Namun, para penyerang itu bersiap menggunakan langkah selanjutnya.
Satu lagi pria berbaju hitam muncul dari pintu dan membawa seorang gadis muda yang tengah tak sadarkan diri dengan satu tangannya.
Di Gereja Pusat ini, mereka merawat anak yatim piatu yang menerima berkah dewa sebagai murid. Untuk merawat kuil sebesar ini butuh banyak orang untuk merawatnya, jadi mereka bekerja disini sambil memperdalam kepercayaan mereka dan ketika tiba saatnya mereka akan dikirim ke berbagai tempat sebagai Pendeta dan Suster.
Pria itu menangkap tiga orang gadis yang bahkan belum dewasa. Gadis-gadis itu diancam oleh pria itu dengan menggunakan pisau dan mereka gemetaran.
“Jika kau tidak membuka ruang harta itu, aku akan melenyapkan gadis-gadis ini satu persatu…. Kira-kira Pope ini tahan sampai yang keberapa orang ya??”
Laki-laki itu tersenyum lebar dan ia menagkap salah satu gadis dan kemudian menempelkan pisau di leher gadis itu.
“… Tunggu! Jangan lukai anak-anak itu….”
“Aku tidak butuh perkataan itu… Mau buka atau tidak?? “
Seketika pisau milik pria itu menggores pipi gadis itu dan perlahan terbentuk garis merah di pipinya, dan mulai mengalir darah dari sana.
Maaf telat, karena besok week end, maka akan diusahakan ada banyak upload!!!
“…Pope-sama…”
“Fufufu… mungkin berikutnya leher ya?? Lagipula masih ada tiga orang…”
Pria itu mengarahkan kembali bilah pisaunya ke leher.
“Mugu… ba-baiklah…”
Sang Pope mengepalkan tangannya dan memutuskan untuk membuka ruang harta. Gadis-gadis itu langsung di ikat dan digullingkan dilantai, lalu mereka dibawa oleh Pope itu menuju ruang harta.
Ditengah malam, Kuil ini terasa sepi dan bahkan dapat terdengar suara langkah kaki sendiri menggema ketika berjalan di koridor. Setelah beberapa menit mereka berjalan, terlihat sebuah pintu ruang harta.
Ruang harta di kuil ini di jaga dengan ketat, dan baru bisa terbuka jika sang Pope itu mengalirkan energi sihirnnya ke sebuah permata yang tertempel di pintu itu.
Para Pope dari generasi-kegenerasi membuat jejak energi sihir di permata itu sehingga mereka dapat memiliki wewnang untuk membukanya. Ketika ada orang lain yang ingin membukanya secara paksa, maka alarm akan segera berbunyi dan Ksatria segera datang.
“Cepat buka!! Kalau tidak kau buka… kau tahu kan pa yang akan terjadi pada gadis-gadis itu??”
“Ba-baik… Aku buka sekarang…”
Sang Pope mengangkat tangannya yang gemetaran dan menyentuh kristal di pintu, lalu ia mengalirkan energi sihirnya. Bersamaan dengan itu mulai terdengar suara sesuatu berderak.
“Oy Cepet Buka… terus masuk sana…”
Pria yang lain pun segera membuka pintu itu dan nampak lah bagian dalam yang penuh dengan harta-harta, buku serta berbagai perhiasan.
“Mantep bener… Kalo kita punya sebanyak ini kita bisa nyantai seumur hidup nih….”
“Sudah cepet cari barang yan dibutuhkan…”
“…Iya iya…”
Satu orang bersiaga menempelkan ujung pisau ke punggung sang Pope, sedangkan dua orng lainnya masuk kedalam ruang harta dan melakukan pencarian.
“Apa tujuan kalian sebenarnya???”
Ketika sang Pope bertanya, pria itu meletakan tangan di dagunya seolah berpikir sejenak.
“Ah sudahlah.. Tujuan kita adalah kristal pemanggilan… ada disini kan??”
“A-apa katamu?! Itu….”
Sang Pope terkejut mendengar tujuan mereka. Pada awalnya sang Pope hanya berpikir mereka adalah perampok yang mencari harta. Namun jika mereka sampai membawa pergi kristal pemanggilan yang merupakan harta terpenting di Kerajaan Marinford itu akan menjadi sangat kacau.
“Oi.. disini ada kotak yang keliatannya penting…. Isinya.. permata. Apa mungkin ini??”
“Kita sudah menemukan barang tujuan kita… eh.. apa ini??”
Mereka berdua yang sedang terburu-buru melihat sebuah kotak harta lain yang diletakan disebelahnya. Peti itu nampak lebih penting daripada peti tempat permata itu tersimpan, bahkan sampai ada rantai yang mengikat kotak itu.
Siapapun yang melihat itu pasti akan merassa kalau benda itu sangat penting.
“Yah kalau Cuma segede ini bisa kali kita bawa sekalian… Client kita juga pasti bakl seneng kan?? dan kita bakal dikasih hadiah tambahan…”
“Yasudahlah… bawa aja Cuma segitu mah…”
Kedua pria itu pun memasukan kedua kotak itu kedalam magic bag mereka dan kemudian mulai mengumpulkan beberapa harta.
“Kita harus ambil beberapa buat bonus…”
Kedua pria itu pun kembali ketempat Pope di pintu masuk ruang harta.
“Apa benda yang kita cari ada didalam??”
“Tentu saja…. Dan juga aku sudah membawa beberapa benda…”
Pria yang sedari tadi mengarahkan pisaunya pada Sang Pope itu mengangguk.
Pendek? Memang…Hahaha
“Baiklah… Kalau begitu urusan kita sudah selesai… Jadi…”
Pria itu menyeringai, dan seketika menusukan pisaunya ke punggung sang Pope.
“Ugh … Ghu”
Darah Sang Pope pun mengalir deras, dan dia langsung terjatuh.
“Oi… Kau harus benar-benar membereskannya karena dia bisa menggunakan sihir pemulihan…”
Pria yang satunya mengeluarkan pisau dari sakunya dan kemudian menambahkan tusukan lalu memastikan bahwa sang Pope telah mati.
“Dengan ini kita bisa sedikit santai setelah kembali ke nengeri kita… Ayo cepat kita kembali…”
“Ah besok juga bisa kali… yang penting kita lari dulu dari sini…”
Sang Pope yang telah tewas dibiarkan begitu saja dan para pria berbaju hitam itu menghilang dari area kuil.
===
Keesokan harinya, seoran pendeta yang masuk keruangan sang Pope menemukan gadis-gadis diikat, dan mengetahui tentang adanya kejadian semalam.
Sang Pope ditemukan tergeletak didepan ruangan harta yang pintunya setengah terbuka. Hal ini membuat keributan di selruh kerajaan Marineford dan informasi ini segera tersebar ke seluruuh negara lain.