Cain yang terbang dilangit lalu berputar agar dapat menghalangi rute pelarian para perampok, namun mereka malah menunjukan ekspresi seolah mereka masih memiliki harapan. Mereka sejak tadi sudah menghadapi petualang yang seperti monster, dan kali ini yang muncul dihadapan mereka hanyalah sosok anak-anak yang bahkan belum dewasa. Sudah jelas mereka bisa melarikan diri.
Memang karena Cain menembakan sihir miliknya dari jarak jauh, jadi para perampok ini tidak merasa takut berhadapan dengan Cain.
“Cuma seorang bocah ya… aku tidak menyangka bisa menyusul… ah sudahlah, tinggal kita bereskan satu ini. Oy kalian, ayo maju…”
Para perampok yang tersisas berlari menuju Cain sesuai instruksi pria itu. Karena sebagian besar dari mereka telah membuang pedang mereka untuk berlari sebelumnya, jadi beberapa diantara mereka menggunakan tagan kosong dan ada pula yang menggunakan belati. Ada juga beberapa yang masih memegang pedang.
Ada sekitar 20 orang perampok yang tersisa, dan mereka beranggapan bahwa mereka dapat melarikan diri setelah ini. Namun satu ayunan dari Cain membuyarkan harapan mereka itu.
Hanya satu kali tebasan. Dengan itu saja sudah membuat sebuah bilah udara yang menyerang para perampok itu.
Cain tidak bermaksud untuk membunuh semua orang, jadi ia mengarahkan serangannya kepada kaki mereka. Namun serangan itu justru membuat bagian bawah tubuh para penyerang itu terpisah dari bagian atas nya dan membuat mereka jatuh satu persatu.
Lebih dari separuh jumlah mereka yang berada di barisan depan terjatuh dan darah mengucur deras dari bagian tubuh mereka yang sudah terpisah itu.
“Guaa… Disini juga ada monster!!! Sial!!!”
Para perampok yang masih belum terluka mulai kehilangaan semangat bertarung mereka dan melemparkan senjata-senjata mereka menandakan mereka menyrah.
Cain pun menyarungkan kembali pedangny dan menunggu bala bantuan. Sambil menunggu ia menggunakan sihir pemulihan untuk menutup luka mereka yang terluka, sedangkan yang masih belum terluka langsung dia ikat dengan tali.
Para perampok ini tidak menyangka bahwa akan ada kumpulan monster yang mengawal rombongan ini dan mereka pun tertunduk lemas.
Ketika ia sudah selesai mengikat para perampok ini, Claude dan pengawal lain datang sambil mengawal kereta.
“Oh, Cain…. Apa disini lancar?? Yang masih hidup lebih banyak dari yang aku bayangkan….”
“Aku tidak mau sia-sia membunuh mereka… semakin banyak jumlahnya kita bisa mendapatkan lebih banyak informasi…”
“Benar juga sih… Yah soal interogasi serahkan saja pada ksatria kuil… itu bukan tugas kita…”
“Benar sih…”
Claude dan Cain pun beristirahat setelah mereka menyerahkan penginterogasian kepada para ksatria.
Ketika semua petualang telah duduk melingkar, Claude mulai berbicara.
“Senjata para perampok itu semuanya terlihat sama… itu tidak mungkin bagi perampok… pasti mereka memiliki pendukung…. Dan juga gerak-gerik merika tidak terlihat seperti perampok…”
Kebanyakan perampok menyerang dengan tidak terorganisir, namun kali ini gerakan mereka terlihat cukup terkendali. Claude berpikir bahwa meskipun gerakan mereka tidak terlalu cepat, namun seperti ada diantara mereka yang sedikit berkemampuan dan memegang komando.
“Kuharap mereka mau mengungkapkan semuanya setelah di interogasi…. Kita tak akan tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan selanjutnya menuju ibukota… jadi kita harus lebih semangat….”
Setelah mendengar perkataan Claude, Rina pun memberikan tambahan.
“Yah apapum yang terjadi selama kita punya Cain maka pasti akan dapat ditangani dengan mudah…”
“Umu, Cain tidak terkalahkan…”
Milly dan Nina nampak tidak terlalu memperdulikan hal ini.
“Tapi.. meskipun awalnya akku menganggap Cain cuma anak-anak, ternyata kuat juga ya….Aku bisa mengerti kenapa Claude dan kelompoknya sangat mempercayai mu…. Sepertinya aku bisa lebih tenang dalam pengawalan kali ini ya….”
“Benar kan?? Lagian dia ini kan peringkat S jauh diatasku!!! Aduduh!”
“Claude! Itu kan rahasia!!! Ah terlambat ya….”
Rina memukuul Claude yang dapat semudah itu berbiara, namun para petualang yang tidak mengenal Cain itu pun tertegun.
Cain pun hanya bisa tersenyum pahit, memang dia tidak berniat menyembunyikan hal ini dari rekan yang dapat dipercaya.
“Serius nih…”
“Kupikir cuma anak kecil biasa.. syukurlah aku tidak mengganggunya…”
“Pantas saja dia naik di kereta Bishop…”
“Aku juga sependapat…”
Para petualang itu awalnya tidak berani mengeluh hanya karena dia adalah kenalan Claude dan mereka menjadi semakin yakin bahwa tindakan mereka benar. Mereka pun menatap Cain dengan ekspresi seolah mereka lega.
“Aku tidak bermaksud menyembunyikannya… maaf ya… Karena ini adalah permintaan yang mulia, dan juga memang aku adalah kenalan Bishop-sama…”
Cain ikut dalam pengawalan ini sebagai seorang petualang. Jadi ia tidak bermaksud untuk mengungkapkan identitasnya sebagai bangsawan. Mungkin Claude juga tak pernah menyebutkan hal ini karena selalu di ingatkan oleh Rina.
Mereka pun melanjutkan perbincangan, dan kemudian beberapa Ksatria kuil datang menghampiri Cain dan yang lainnya.
“Maaf membuat kalian menuggu, aku akan menjelaskan yang kami dapatkan… Kami telah menginterogasi mereka, namun pemimpin mereka telah tewas saat pertama kali mulai bertempur… Tetapi kaki tangannya masih hidup… lalu ketika kami melakukan interogasi kepadanya dia menelan racun dan tewas seketika… Namun bukan itu masalahnya….”
Ekspresi ksatria itu semakin gelap. Dia mengepalkan tinjunya kuat-kuat dan alisnya mengkerut.
“…Pemimpin perampok serta kaki tangannya itu adalah seorang ksatria kuil…”
Ekspresi Cain dan yang lainnya langsung menjadi tegang mendengar pernyataan yang tak terduga, tidak, mungkin mereka telah menduga hal ini sebelumnya.
Cain yang terbang dilangit lalu berputar agar dapat menghalangi rute pelarian para perampok, namun mereka malah menunjukan ekspresi seolah mereka masih memiliki harapan. Mereka sejak tadi sudah menghadapi petualang yang seperti monster, dan kali ini yang muncul dihadapan mereka hanyalah sosok anak-anak yang bahkan belum dewasa. Sudah jelas mereka bisa melarikan diri.
Memang karena Cain menembakan sihir miliknya dari jarak jauh, jadi para perampok ini tidak merasa takut berhadapan dengan Cain.
“Cuma seorang bocah ya… aku tidak menyangka bisa menyusul… ah sudahlah, tinggal kita bereskan satu ini. Oy kalian, ayo maju…”
Para perampok yang tersisas berlari menuju Cain sesuai instruksi pria itu. Karena sebagian besar dari mereka telah membuang pedang mereka untuk berlari sebelumnya, jadi beberapa diantara mereka menggunakan tagan kosong dan ada pula yang menggunakan belati. Ada juga beberapa yang masih memegang pedang.
Ada sekitar 20 orang perampok yang tersisa, dan mereka beranggapan bahwa mereka dapat melarikan diri setelah ini. Namun satu ayunan dari Cain membuyarkan harapan mereka itu.
Hanya satu kali tebasan. Dengan itu saja sudah membuat sebuah bilah udara yang menyerang para perampok itu.
Cain tidak bermaksud untuk membunuh semua orang, jadi ia mengarahkan serangannya kepada kaki mereka. Namun serangan itu justru membuat bagian bawah tubuh para penyerang itu terpisah dari bagian atas nya dan membuat mereka jatuh satu persatu.
Lebih dari separuh jumlah mereka yang berada di barisan depan terjatuh dan darah mengucur deras dari bagian tubuh mereka yang sudah terpisah itu.
“Guaa… Disini juga ada monster!!! Sial!!!”
Para perampok yang masih belum terluka mulai kehilangaan semangat bertarung mereka dan melemparkan senjata-senjata mereka menandakan mereka menyrah.
Cain pun menyarungkan kembali pedangny dan menunggu bala bantuan. Sambil menunggu ia menggunakan sihir pemulihan untuk menutup luka mereka yang terluka, sedangkan yang masih belum terluka langsung dia ikat dengan tali.
Para perampok ini tidak menyangka bahwa akan ada kumpulan monster yang mengawal rombongan ini dan mereka pun tertunduk lemas.
Ketika ia sudah selesai mengikat para perampok ini, Claude dan pengawal lain datang sambil mengawal kereta.
“Oh, Cain…. Apa disini lancar?? Yang masih hidup lebih banyak dari yang aku bayangkan….”
“Aku tidak mau sia-sia membunuh mereka… semakin banyak jumlahnya kita bisa mendapatkan lebih banyak informasi…”
“Benar juga sih… Yah soal interogasi serahkan saja pada ksatria kuil… itu bukan tugas kita…”
“Benar sih…”
Claude dan Cain pun beristirahat setelah mereka menyerahkan penginterogasian kepada para ksatria.
Ketika semua petualang telah duduk melingkar, Claude mulai berbicara.
“Senjata para perampok itu semuanya terlihat sama… itu tidak mungkin bagi perampok… pasti mereka memiliki pendukung…. Dan juga gerak-gerik merika tidak terlihat seperti perampok…”
Kebanyakan perampok menyerang dengan tidak terorganisir, namun kali ini gerakan mereka terlihat cukup terkendali. Claude berpikir bahwa meskipun gerakan mereka tidak terlalu cepat, namun seperti ada diantara mereka yang sedikit berkemampuan dan memegang komando.
“Kuharap mereka mau mengungkapkan semuanya setelah di interogasi…. Kita tak akan tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan selanjutnya menuju ibukota… jadi kita harus lebih semangat….”
Setelah mendengar perkataan Claude, Rina pun memberikan tambahan.
“Yah apapum yang terjadi selama kita punya Cain maka pasti akan dapat ditangani dengan mudah…”
“Umu, Cain tidak terkalahkan…”
Milly dan Nina nampak tidak terlalu memperdulikan hal ini.
“Tapi.. meskipun awalnya akku menganggap Cain cuma anak-anak, ternyata kuat juga ya….Aku bisa mengerti kenapa Claude dan kelompoknya sangat mempercayai mu…. Sepertinya aku bisa lebih tenang dalam pengawalan kali ini ya….”
“Benar kan?? Lagian dia ini kan peringkat S jauh diatasku!!! Aduduh!”
“Claude! Itu kan rahasia!!! Ah terlambat ya….”
Rina memukuul Claude yang dapat semudah itu berbiara, namun para petualang yang tidak mengenal Cain itu pun tertegun.
Cain pun hanya bisa tersenyum pahit, memang dia tidak berniat menyembunyikan hal ini dari rekan yang dapat dipercaya.
“Serius nih…”
“Kupikir cuma anak kecil biasa.. syukurlah aku tidak mengganggunya…”
“Pantas saja dia naik di kereta Bishop…”
“Aku juga sependapat…”
Para petualang itu awalnya tidak berani mengeluh hanya karena dia adalah kenalan Claude dan mereka menjadi semakin yakin bahwa tindakan mereka benar. Mereka pun menatap Cain dengan ekspresi seolah mereka lega.
“Aku tidak bermaksud menyembunyikannya… maaf ya… Karena ini adalah permintaan yang mulia, dan juga memang aku adalah kenalan Bishop-sama…”
Cain ikut dalam pengawalan ini sebagai seorang petualang. Jadi ia tidak bermaksud untuk mengungkapkan identitasnya sebagai bangsawan. Mungkin Claude juga tak pernah menyebutkan hal ini karena selalu di ingatkan oleh Rina.
Mereka pun melanjutkan perbincangan, dan kemudian beberapa Ksatria kuil datang menghampiri Cain dan yang lainnya.
“Maaf membuat kalian menuggu, aku akan menjelaskan yang kami dapatkan… Kami telah menginterogasi mereka, namun pemimpin mereka telah tewas saat pertama kali mulai bertempur… Tetapi kaki tangannya masih hidup… lalu ketika kami melakukan interogasi kepadanya dia menelan racun dan tewas seketika… Namun bukan itu masalahnya….”
Ekspresi ksatria itu semakin gelap. Dia mengepalkan tinjunya kuat-kuat dan alisnya mengkerut.
“…Pemimpin perampok serta kaki tangannya itu adalah seorang ksatria kuil…”
Ekspresi Cain dan yang lainnya langsung menjadi tegang mendengar pernyataan yang tak terduga, tidak, mungkin mereka telah menduga hal ini sebelumnya.