Setelah meminta petualang lain pergi, yang tersisa di meja itu hanyalah Caian, Claude, Rina, Milly dan Nina.
Para petualang itu tidak ada yang protes karena pada dasarnya mereka tahu bahwa Claude adala petualang peringkat A yang terkenal di kerajaan Esfort, dan mereka juga telah mengetahui bahwa Cain yang terlihat masih muda ini ternyata peringkat S.
“Jadi, bagaimana caa mu menyelidikinya??”
“Sebenarnya——— “
Ia pun mengungkap semuanya, tentang gerak-gerik mencurigakan Priest Oliver ketika berbicara dengan Bishop Hanam, dan cara dia mengikuti nya sampai ketenda.
Selama penjelasan ini berlangsung, secara bertahap ekspresi mereka pun berubah.
“Si kampret itu…. Apa kita tidak bisa langsung menghabisinya saja??? Tapi emang ada regu pembunuh ya, di gereja??”
“Kita masih belum punya bukti saat ini… dan malah mungkin kita yang akan dianggap membahayakan pihak gereja…. Bishop Hanam juga hanya mendengar rumornya saja….”
Cain beranggapan bahwa mungkin hanya petinggi di Mariineford sekelas Pope dan Cardinal yang mengetahui tentang adanya regu pembunuh. Mungkin lebih mudah dibayangkan jika anggap saja ksatria yang akan melindungi Kerajaan Marineford dari depan layar sedangkan regu pembunuh melakukan eksekusi dibalik layar.
Setelah mendengar penjelasan ini, meskipun Claude merasa kesal, dia tetap tidak bisa melakukan serangan lebih dulu.
Memang sebenarnya mudah bagi Cain untuk menghabisi Priest Oliver tanpa meninggalkan bukti apapun, namun itu hanya akan menjadikan kasus ini tenggelam tanpa akhir.
Jika sampai Caardinal yang membuat rencana ini berhasil menjadi Pope maka masa depan Kepercayaan Marineford ini akan suram.
Terlebih dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada Hinata yang berada sangat dekat dengan Pope ini nantinya. Cain merasa dia benar-benar menghabisinya sampai keakar-akarnya.
“Yah… Kurasa tidak akan ada masalah ya apapun serangannya jika ada Cain…”
“Ya, lagipula aku juga bisa mengggunakan Search dan selalu melakukan pengawasan… dan juga———”
Cain pun mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.
“Ternyata ada cara begitu ya…. Kami jadi terlalu membebani mu Cain…”
“Tidak kok… Dengan cara itu lebih efisien untuk menyelesaikan semuanya… Namun saat terjadi sesuatu saat aku tidak ada disini aku akan mengandalkan kalian untuk menanganinya….”
“…Kami akan berusaha menghadapinya bersama sekuat tenaga…. “
“Benar, kami tidak bisa terus bergantung pada Cain kan…”
Milly dan Nina juga menyetujuinya dan kemudian mereka mulai merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan besok.
Rencana ini berpusat pada Cain yang berangkat lebih dulu dan melacak lokasi para tim pembunuh yang mungkin bersembunyi menggunakan skill Search miliknya dan kemudian membasmi mereka. Rencana yang sangat sederhana.
Dengan perginya Cain di depan, maka akan mudah mendeteksi lokasi para penyerang itu. Dan jika ada keadaan darurat, ia dapat segera kembali menggunakan sihir transfer atuapun sihir terbang.
“Kurasa besok masih akan baik-baik saja, jadi Cain naik di kereta Bishop lalu membiarakan tentang rencana ini lebih dulu….”
“Baiklah… Kalau begitu dua hari lagi, siapa yang akan menggantikan ku naik bersama dengan Bishop-sama??”
“……Aku saja…”
Darimana pun mendengarnya dapat dipastikan kalau Nina hanya ingin bersantai, namun Cain tidak dapat mengeluh karena memang ia juga memiliki kemampuan yang cocok.
Setelah rencana ini diputuskan makan mreka pun bubar dan memulai persiapan untuk besok.
◇◇◇◇
Di pagi hari, Priest Oliver meninggalkan perkemahan lebih dulu setelah ia berpamitan. Mereka semua menduga pasti ia ingin melakukan manuver, namun tak ada dari mereka yang menunjukan ini diwajah mereka. Hanya Claude saja yang terlihat seperti tersenyum pahit lalu dia pun diceramahi lagi oleh Rina.
Hari itu mereka dapat mencapai titik perkemahan selanjutnya tanpa masalah. Setelah Cain membahas rencana akhir dengan Claude dan kemompokknya, ia pun menuju ke tenda Bishop Hanam.
Ketika Cain membicarakan tentang rencana ini kepada Bishop Hanam, ia terlihat memasang ekspresi wajah yang sedih.
“Aku tahu peran dibalik layar itu penting bagi gereja… tapi cara mengggunakan nya ini jelas sangat salah… Kalau begini lebih baik peran itu tidak ada… maaf telah membuat mu repot wahai utusan dewa…”
Bishop Haanam pun membungkuk sedalam-dalam nya dihadapan Cain. Ia mengetahui status Cain sebagai utusan, namun karena pada saat ini Cain ikut sebagai pengawal, ia belum pernah menyebutkan kata utusan ini selama perjalanan ini.
Namun Bishop Hanam benar-benar merasa bersalah karena para petinggi gerej yang mengaku sebagai perpanjangan tangan dari para dewa ini justru menggunakan regu pembunuh untuk melakukan pemmbunuhan secara sembarangan seperti ini. Dan dia benar-benar merasa tidak enak dihadapan Cain yang merupakan utusan para dewa ini.
Bagi Cain sendiri, ia ingin melihat seluruh kandidat yang ada dan kemudian baru memberikan pilihan para dewa yang telah ia dengar. Sebagai Kerajaan Kepercayaan, semua orang di Marinford pasti akan menerimanya jika diberitahu ini adalah pilihan para dewa. Apalagi jika yang memberitahukannya adalah Hinata yang merupakan Saint, maka tak akan ada yang menolaknya. Pada kenyataannya memang Cain sudah diberitahu calon yang layak menjadi Pope oleh Lime, sang dewa kehidupan.
Namun nampaknya ini bukan lah hal yang mudah untuk dilakukan. Cain pun merasa yakin bahwa mata para dewa itu tidak salah dalam menentukan.
“Tidak apa-apa… Ini semua aku lakukan demi kehendak para dewa dan Kepercayaan Marineford…”
Setelah mengatakan itu Cain pun keluar dari tenda, dan menghilang dari area perkemahan.
Setelah meminta petualang lain pergi, yang tersisa di meja itu hanyalah Caian, Claude, Rina, Milly dan Nina.
Para petualang itu tidak ada yang protes karena pada dasarnya mereka tahu bahwa Claude adala petualang peringkat A yang terkenal di kerajaan Esfort, dan mereka juga telah mengetahui bahwa Cain yang terlihat masih muda ini ternyata peringkat S.
“Jadi, bagaimana caa mu menyelidikinya??”
“Sebenarnya——— “
Ia pun mengungkap semuanya, tentang gerak-gerik mencurigakan Priest Oliver ketika berbicara dengan Bishop Hanam, dan cara dia mengikuti nya sampai ketenda.
Selama penjelasan ini berlangsung, secara bertahap ekspresi mereka pun berubah.
“Si kampret itu…. Apa kita tidak bisa langsung menghabisinya saja??? Tapi emang ada regu pembunuh ya, di gereja??”
“Kita masih belum punya bukti saat ini… dan malah mungkin kita yang akan dianggap membahayakan pihak gereja…. Bishop Hanam juga hanya mendengar rumornya saja….”
Cain beranggapan bahwa mungkin hanya petinggi di Mariineford sekelas Pope dan Cardinal yang mengetahui tentang adanya regu pembunuh. Mungkin lebih mudah dibayangkan jika anggap saja ksatria yang akan melindungi Kerajaan Marineford dari depan layar sedangkan regu pembunuh melakukan eksekusi dibalik layar.
Setelah mendengar penjelasan ini, meskipun Claude merasa kesal, dia tetap tidak bisa melakukan serangan lebih dulu.
Memang sebenarnya mudah bagi Cain untuk menghabisi Priest Oliver tanpa meninggalkan bukti apapun, namun itu hanya akan menjadikan kasus ini tenggelam tanpa akhir.
Jika sampai Caardinal yang membuat rencana ini berhasil menjadi Pope maka masa depan Kepercayaan Marineford ini akan suram.
Terlebih dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada Hinata yang berada sangat dekat dengan Pope ini nantinya. Cain merasa dia benar-benar menghabisinya sampai keakar-akarnya.
“Yah… Kurasa tidak akan ada masalah ya apapun serangannya jika ada Cain…”
“Ya, lagipula aku juga bisa mengggunakan Search dan selalu melakukan pengawasan… dan juga———”
Cain pun mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.
“Ternyata ada cara begitu ya…. Kami jadi terlalu membebani mu Cain…”
“Tidak kok… Dengan cara itu lebih efisien untuk menyelesaikan semuanya… Namun saat terjadi sesuatu saat aku tidak ada disini aku akan mengandalkan kalian untuk menanganinya….”
“…Kami akan berusaha menghadapinya bersama sekuat tenaga…. “
“Benar, kami tidak bisa terus bergantung pada Cain kan…”
Milly dan Nina juga menyetujuinya dan kemudian mereka mulai merencanakan tindakan yang akan mereka lakukan besok.
Rencana ini berpusat pada Cain yang berangkat lebih dulu dan melacak lokasi para tim pembunuh yang mungkin bersembunyi menggunakan skill Search miliknya dan kemudian membasmi mereka. Rencana yang sangat sederhana.
Dengan perginya Cain di depan, maka akan mudah mendeteksi lokasi para penyerang itu. Dan jika ada keadaan darurat, ia dapat segera kembali menggunakan sihir transfer atuapun sihir terbang.
“Kurasa besok masih akan baik-baik saja, jadi Cain naik di kereta Bishop lalu membiarakan tentang rencana ini lebih dulu….”
“Baiklah… Kalau begitu dua hari lagi, siapa yang akan menggantikan ku naik bersama dengan Bishop-sama??”
“……Aku saja…”
Darimana pun mendengarnya dapat dipastikan kalau Nina hanya ingin bersantai, namun Cain tidak dapat mengeluh karena memang ia juga memiliki kemampuan yang cocok.
Setelah rencana ini diputuskan makan mreka pun bubar dan memulai persiapan untuk besok.
◇◇◇◇
Di pagi hari, Priest Oliver meninggalkan perkemahan lebih dulu setelah ia berpamitan. Mereka semua menduga pasti ia ingin melakukan manuver, namun tak ada dari mereka yang menunjukan ini diwajah mereka. Hanya Claude saja yang terlihat seperti tersenyum pahit lalu dia pun diceramahi lagi oleh Rina.
Hari itu mereka dapat mencapai titik perkemahan selanjutnya tanpa masalah. Setelah Cain membahas rencana akhir dengan Claude dan kemompokknya, ia pun menuju ke tenda Bishop Hanam.
Ketika Cain membicarakan tentang rencana ini kepada Bishop Hanam, ia terlihat memasang ekspresi wajah yang sedih.
“Aku tahu peran dibalik layar itu penting bagi gereja… tapi cara mengggunakan nya ini jelas sangat salah… Kalau begini lebih baik peran itu tidak ada… maaf telah membuat mu repot wahai utusan dewa…”
Bishop Haanam pun membungkuk sedalam-dalam nya dihadapan Cain. Ia mengetahui status Cain sebagai utusan, namun karena pada saat ini Cain ikut sebagai pengawal, ia belum pernah menyebutkan kata utusan ini selama perjalanan ini.
Namun Bishop Hanam benar-benar merasa bersalah karena para petinggi gerej yang mengaku sebagai perpanjangan tangan dari para dewa ini justru menggunakan regu pembunuh untuk melakukan pemmbunuhan secara sembarangan seperti ini. Dan dia benar-benar merasa tidak enak dihadapan Cain yang merupakan utusan para dewa ini.
Bagi Cain sendiri, ia ingin melihat seluruh kandidat yang ada dan kemudian baru memberikan pilihan para dewa yang telah ia dengar. Sebagai Kerajaan Kepercayaan, semua orang di Marinford pasti akan menerimanya jika diberitahu ini adalah pilihan para dewa. Apalagi jika yang memberitahukannya adalah Hinata yang merupakan Saint, maka tak akan ada yang menolaknya. Pada kenyataannya memang Cain sudah diberitahu calon yang layak menjadi Pope oleh Lime, sang dewa kehidupan.
Namun nampaknya ini bukan lah hal yang mudah untuk dilakukan. Cain pun merasa yakin bahwa mata para dewa itu tidak salah dalam menentukan.
“Tidak apa-apa… Ini semua aku lakukan demi kehendak para dewa dan Kepercayaan Marineford…”
Setelah mengatakan itu Cain pun keluar dari tenda, dan menghilang dari area perkemahan.