Setelah sosok Cain sang utusan dewa itu menghilang, kegemparan di Kuil utama masih berlanjut. Banyak orang yang meragukan apakah semua ini nyata atau hanya sekedar mimpi mereka, sehingga tercipta suara-suara keramaian.
“Tolong dengarkan….”
Tiba-tiba suara bising itu menjadi semakin hening ketika Hinata berbicara dengan nada yang sangat terhormat itu. Pandangan semua orang terpusat kepada Hinaata seorang.
“Sang Utusan telah menyampaikan kehendak para Dewa kepada kita…. Sebagai Saint, aku mengakui Cardinal Denter sebagai Pope selanjutnya, sesuai dengan apa yang diinginkan para Dewa…”
Tidak ada yang protes pada deklarasi Hinata ini. Bahkan bagi para anggota fraksi Cardinal Bangla yang telah menyaksikan pimpinan mereka ditangkap dihadapan mereka. Banyak diantara mereka yang tidak melupakan kepercayaan mereka kepada para Dewa meskipun telah bergabung dalam sebuah fraksi.
Mereka mengerti bahwa menentang keinginan Saint itu bisa sama dengan menentang perkataan para Dewa.
“Sepertinya tidak ada yang menolak ya… Kalau begitu mari kita dengarkan beberapa kata dari Pope baru, Denter-sama…”
Pope Denter pun mengenakan jubah yang baru saja ia terima. Jubah itu nampak lebih mewah dan elegan ketimbang jubah yang digunakan Pope sebelumnya.
Setelah merasa nyaman dengan jubah itu, ia pun menarik nafas dalam-dalam sebelum ahirnya dia maju kedepan.
“Aku adalah Denter… Orang yang akan menjadi Pope yang baru…. Aku tidak akan memperdulikan dari fraksi mana kalian… Dan aku deklarasikan disini bahwa aku tidak akan memberikan jabatan kepada orang yang tidak tepat…. Dikatakan bahwa Negara Marinford ini adalah negeri terdepan, dan pada kenyataannya seperti yang kaliihan lihat, Para dewa itu nyata…. Karena telah muncul utusan dewa di sini, maka itu berartu negeri Marinford ini harus lebih memperkuat persatuan lagi…”
Pope Denter melanjutkan pidatonya kepada para hadirin yang ada di tempat itu.
“Namun, dalam pemilihan kali ini, oknum pejabat gereja melakukan pembunuhaan kepada para Bishop dan Priest yang datang dari negeri lain dengan menyamarkan diri mereka sebagai perampok…. Terlebih ada juga korban dari pihak pedagang yang tidak terlibat dalam pemilihan ini….”
Semua orang terkejut mendengar perkataan Pope Denter ini, namun ada juga beberapa diantara mereka yang menjadi pucat. Mereka takut jika terbukti mereka terlibat, mereka pasti akan ditangkap.
Setelah mengatakan semua yang ingin ia katakan, Pope Denter melirik kearah MC, dan mereka pun saling mengangguk. MC yang tadinya bersembunyi di tepian pun kembali muncul dan menghela nafas dalam-dalam.
“Eeee Kalau bgitu, Pope baru telah ditentukan, Meskipun ini sulit dipercaya, kita barusan telah kedatangan Utusan Dewa dan banyak yang tak bisa mempercayai bahwa barusan kita sudah melihat dan mendengar sosok Dewa…. Setelah ini kami akan memberikan pemberitahhuan resmi kepada semua negara…. Dengan ini acara kami nyatakan selesai…..”
Perkataan sang MC pun mengakhiri pemilihan Pope kali ini.
◇◇◇
“Saya benar-benar mengucapkan rasa terimakasih yang tiada tara kepada Cain-sama dan Hinata-sama…… Terima kasih banyak…”
Cain dan Hinata duduk bersebelahan sedangkan Pope denter dan Bishop Hanam duduk dihadapan mereka berdua. Pope Denter membunguk sedalam-dalamnya kepada Cain.
“Tidak usah perdulikan itu…. Kurasa kami sudah melakukan hal yang berlebihan meskipun ini adalah demi memenuhi kehendak dewa…. Daripada itu, Benar-benar pakaian yang indah ya….”
“Itu benar…. Saya tidak pernah berpikir bisa memakai pakaian sebagus ini…. Saya langsung menyampaikan rasa syukur saya pada Tujuh dewa….”
Setelah pemilihan itu, Pope Denter langsung bersujud dihadapan patung Dewa dan menyampaikan rasa terima kasihnya.
Meskipun pada awalnya ia berada dalam posisi yang benar-benar tidak menguntungkan, berkat bantuan Cain dan Hinata ia bisa menjadi seorang Pope. Dia berkali-kali mengucapkan rasa syukurnya dan ia beranggapan itu tak akan pernah cukup.
“Daripada itu, kita harus segera mengisi kembali posisi Cardinal dan membersihkan orang-orang yang terlibat dalam kasus penyerangan itu….. Meskipun ini akan sulit, kumohon berjuanglah….”
“Saya berniat mengangkat Cardinal baru berdasarkan kepribadiannya dan juga fraksinya….. Dan dari fraksiku… aku ingin kalau bisa Hanam yang memegang jabatan itu….”
“Aku tidak akan melakukan itu loh?? Aku ini berniat hidup dan mati untuk kerajaan Esfort….. lagipula kesenangan ku kali ini adalah terus menyaksikan kesuksesan Cain-sama….”
“Curang!!! Aku juga mau melihat kesuksesan Cain-sama dari dekat!!! Aku juga mauke Kerajaan Esfort!”
Mendengar perkataan Bishop Hanam ini, Hinata mulai mengatakan bahwa dia ingin pergi ke Kerajaan Esfort. Cain hanya tersenyum pahit mendengar ini.
“Ini adalah masa-masa yang genting… Aku ingin Hinata membantu Pope Denter…. Lagipula aku sudah pernah kemari, aku bisa datang kemari lagi kapan saja menggunakan sihir….”
“Benarkah??? Apa kamu akan datang setiap hari???”
“…Haha… Kurasa itu agak mustahil….”
Cain pun mulai memikirkan bagaimana cara mempersingkat jaral diantara mereka.
“Ah!! Mungkin.. mungkin aku bisa melakukannya…. Tunggu sebentar….”
Cain pun berdiri dan mulai menggunakan sihir [Creation]. Energi sihirnya terus terkuras. Sambil megertakan gigi gerahamnya, ia terus mengalirkan energi sihirnya. Energi sihir itu menjelma menjadi dua buah cermin besar.
“Kurasa dengan ini semua akan terselesaikan….”
“Apa ini…?”
Ketiga orang yang ada disana merasa heran melihatnya.
“Yah, kurasa kalian bisa lebih cepat mengerti jika aku menunjukannya pada kalian daripada menjelaskannya…..”
Cain meletakan telapak tangannya pada salah satu cermin itu, dan mulai mengalirkan energi sihirnya. Setelah menghisap energi sihir, cermin yang seharusnya memantulkan bayangan Cain itu tiba-tiba menjadi gelap dan menghitam.
“Perhatikan ya…”
Ketika Cain menekan cermin itu, entah mengapa ia seperti terhisap kedalamnya. Tubuh Cain masuk kedalam cermin besar itu tanpa perlawanan.
Kemudian, sosok Cain muncul dari cermin besar yang satunya lagi.
“Bagaimana?? Ini adalah sihir transfer menggunakan cermin besar… Jika kita tempatkan satu di Kerajaan Esfort maka Hinata dapat langsung datang jika perlu sesuatu….”
Cain tersenyum sambil mengelus cermin itu, namun ketiga orang itu malah terdiam terpaku. Tidak pernah ada diantara mereka yang akan terpikirkan untuk menggunakan sebuah alat untuk melakukan sihir transfer.
Cain bisa menciptakan ini karena ia memiliki pengetahuan tentang Anime atau sejenisnya di kehidupannya sebelumnya. Namun pastinya itu adalah hal yang tidak ada didunia ini.
“…Ini… Bisa dengan mudah menciptakan benda semacam ini…. Memang pantas sebagai Utusan Dewa ya…..”
“Dengan benda ini, setiap hari aku bisa bertemu dengan Cain-sama ya…..”
Berbeda dengan Denter yang terlihat kagum, Hinata lebih menunjukan ekspresi bahaianya. Cain hanya bisa tersenyum pahit mendengar Hinata mengatakan ‘Setiap Hari’. Namun pendapat Bishop Hanam berbeda.
“Kurasa aku harus melaporkan ini pada yang Mulia ketika aku kembali ke Kerajaan…”
Mendengar perkataan Bishop Hanam, langsung terlintas kata ‘Gawat!!’ di benak Cain, dan dia pun menghela nafas panjang.
Twitter: @grdyasu.
Setelah sosok Cain sang utusan dewa itu menghilang, kegemparan di Kuil utama masih berlanjut. Banyak orang yang meragukan apakah semua ini nyata atau hanya sekedar mimpi mereka, sehingga tercipta suara-suara keramaian.
“Tolong dengarkan….”
Tiba-tiba suara bising itu menjadi semakin hening ketika Hinata berbicara dengan nada yang sangat terhormat itu. Pandangan semua orang terpusat kepada Hinaata seorang.
“Sang Utusan telah menyampaikan kehendak para Dewa kepada kita…. Sebagai Saint, aku mengakui Cardinal Denter sebagai Pope selanjutnya, sesuai dengan apa yang diinginkan para Dewa…”
Tidak ada yang protes pada deklarasi Hinata ini. Bahkan bagi para anggota fraksi Cardinal Bangla yang telah menyaksikan pimpinan mereka ditangkap dihadapan mereka. Banyak diantara mereka yang tidak melupakan kepercayaan mereka kepada para Dewa meskipun telah bergabung dalam sebuah fraksi.
Mereka mengerti bahwa menentang keinginan Saint itu bisa sama dengan menentang perkataan para Dewa.
“Sepertinya tidak ada yang menolak ya… Kalau begitu mari kita dengarkan beberapa kata dari Pope baru, Denter-sama…”
Pope Denter pun mengenakan jubah yang baru saja ia terima. Jubah itu nampak lebih mewah dan elegan ketimbang jubah yang digunakan Pope sebelumnya.
Setelah merasa nyaman dengan jubah itu, ia pun menarik nafas dalam-dalam sebelum ahirnya dia maju kedepan.
“Aku adalah Denter… Orang yang akan menjadi Pope yang baru…. Aku tidak akan memperdulikan dari fraksi mana kalian… Dan aku deklarasikan disini bahwa aku tidak akan memberikan jabatan kepada orang yang tidak tepat…. Dikatakan bahwa Negara Marinford ini adalah negeri terdepan, dan pada kenyataannya seperti yang kaliihan lihat, Para dewa itu nyata…. Karena telah muncul utusan dewa di sini, maka itu berartu negeri Marinford ini harus lebih memperkuat persatuan lagi…”
Pope Denter melanjutkan pidatonya kepada para hadirin yang ada di tempat itu.
“Namun, dalam pemilihan kali ini, oknum pejabat gereja melakukan pembunuhaan kepada para Bishop dan Priest yang datang dari negeri lain dengan menyamarkan diri mereka sebagai perampok…. Terlebih ada juga korban dari pihak pedagang yang tidak terlibat dalam pemilihan ini….”
Semua orang terkejut mendengar perkataan Pope Denter ini, namun ada juga beberapa diantara mereka yang menjadi pucat. Mereka takut jika terbukti mereka terlibat, mereka pasti akan ditangkap.
Setelah mengatakan semua yang ingin ia katakan, Pope Denter melirik kearah MC, dan mereka pun saling mengangguk. MC yang tadinya bersembunyi di tepian pun kembali muncul dan menghela nafas dalam-dalam.
“Eeee Kalau bgitu, Pope baru telah ditentukan, Meskipun ini sulit dipercaya, kita barusan telah kedatangan Utusan Dewa dan banyak yang tak bisa mempercayai bahwa barusan kita sudah melihat dan mendengar sosok Dewa…. Setelah ini kami akan memberikan pemberitahhuan resmi kepada semua negara…. Dengan ini acara kami nyatakan selesai…..”
Perkataan sang MC pun mengakhiri pemilihan Pope kali ini.
◇◇◇
“Saya benar-benar mengucapkan rasa terimakasih yang tiada tara kepada Cain-sama dan Hinata-sama…… Terima kasih banyak…”
Cain dan Hinata duduk bersebelahan sedangkan Pope denter dan Bishop Hanam duduk dihadapan mereka berdua. Pope Denter membunguk sedalam-dalamnya kepada Cain.
“Tidak usah perdulikan itu…. Kurasa kami sudah melakukan hal yang berlebihan meskipun ini adalah demi memenuhi kehendak dewa…. Daripada itu, Benar-benar pakaian yang indah ya….”
“Itu benar…. Saya tidak pernah berpikir bisa memakai pakaian sebagus ini…. Saya langsung menyampaikan rasa syukur saya pada Tujuh dewa….”
Setelah pemilihan itu, Pope Denter langsung bersujud dihadapan patung Dewa dan menyampaikan rasa terima kasihnya.
Meskipun pada awalnya ia berada dalam posisi yang benar-benar tidak menguntungkan, berkat bantuan Cain dan Hinata ia bisa menjadi seorang Pope. Dia berkali-kali mengucapkan rasa syukurnya dan ia beranggapan itu tak akan pernah cukup.
“Daripada itu, kita harus segera mengisi kembali posisi Cardinal dan membersihkan orang-orang yang terlibat dalam kasus penyerangan itu….. Meskipun ini akan sulit, kumohon berjuanglah….”
“Saya berniat mengangkat Cardinal baru berdasarkan kepribadiannya dan juga fraksinya….. Dan dari fraksiku… aku ingin kalau bisa Hanam yang memegang jabatan itu….”
“Aku tidak akan melakukan itu loh?? Aku ini berniat hidup dan mati untuk kerajaan Esfort….. lagipula kesenangan ku kali ini adalah terus menyaksikan kesuksesan Cain-sama….”
“Curang!!! Aku juga mau melihat kesuksesan Cain-sama dari dekat!!! Aku juga mauke Kerajaan Esfort!”
Mendengar perkataan Bishop Hanam ini, Hinata mulai mengatakan bahwa dia ingin pergi ke Kerajaan Esfort. Cain hanya tersenyum pahit mendengar ini.
“Ini adalah masa-masa yang genting… Aku ingin Hinata membantu Pope Denter…. Lagipula aku sudah pernah kemari, aku bisa datang kemari lagi kapan saja menggunakan sihir….”
“Benarkah??? Apa kamu akan datang setiap hari???”
“…Haha… Kurasa itu agak mustahil….”
Cain pun mulai memikirkan bagaimana cara mempersingkat jaral diantara mereka.
“Ah!! Mungkin.. mungkin aku bisa melakukannya…. Tunggu sebentar….”
Cain pun berdiri dan mulai menggunakan sihir [Creation]. Energi sihirnya terus terkuras. Sambil megertakan gigi gerahamnya, ia terus mengalirkan energi sihirnya. Energi sihir itu menjelma menjadi dua buah cermin besar.
“Kurasa dengan ini semua akan terselesaikan….”
“Apa ini…?”
Ketiga orang yang ada disana merasa heran melihatnya.
“Yah, kurasa kalian bisa lebih cepat mengerti jika aku menunjukannya pada kalian daripada menjelaskannya…..”
Cain meletakan telapak tangannya pada salah satu cermin itu, dan mulai mengalirkan energi sihirnya. Setelah menghisap energi sihir, cermin yang seharusnya memantulkan bayangan Cain itu tiba-tiba menjadi gelap dan menghitam.
“Perhatikan ya…”
Ketika Cain menekan cermin itu, entah mengapa ia seperti terhisap kedalamnya. Tubuh Cain masuk kedalam cermin besar itu tanpa perlawanan.
Kemudian, sosok Cain muncul dari cermin besar yang satunya lagi.
“Bagaimana?? Ini adalah sihir transfer menggunakan cermin besar… Jika kita tempatkan satu di Kerajaan Esfort maka Hinata dapat langsung datang jika perlu sesuatu….”
Cain tersenyum sambil mengelus cermin itu, namun ketiga orang itu malah terdiam terpaku. Tidak pernah ada diantara mereka yang akan terpikirkan untuk menggunakan sebuah alat untuk melakukan sihir transfer.
Cain bisa menciptakan ini karena ia memiliki pengetahuan tentang Anime atau sejenisnya di kehidupannya sebelumnya. Namun pastinya itu adalah hal yang tidak ada didunia ini.
“…Ini… Bisa dengan mudah menciptakan benda semacam ini…. Memang pantas sebagai Utusan Dewa ya…..”
“Dengan benda ini, setiap hari aku bisa bertemu dengan Cain-sama ya…..”
Berbeda dengan Denter yang terlihat kagum, Hinata lebih menunjukan ekspresi bahaianya. Cain hanya bisa tersenyum pahit mendengar Hinata mengatakan ‘Setiap Hari’. Namun pendapat Bishop Hanam berbeda.
“Kurasa aku harus melaporkan ini pada yang Mulia ketika aku kembali ke Kerajaan…”
Mendengar perkataan Bishop Hanam, langsung terlintas kata ‘Gawat!!’ di benak Cain, dan dia pun menghela nafas panjang.