Pukul delapan malam..
Saat ini, aku sedang mengawasi seseorang di gang belakang dekat apartemen dengan mobil yang kusewa di depan Stasiun Kinshichou.
Aku sudah mengawasi situasi apartemen itu selama hampir satu jam. Fokusku tertuju pada ruangan tertentu di lantai dua.
Tapi, pada saat yang sama. Aku mendengar suara ketukan ringan dari kaca mobil.
Berbalik untuk melihat ke arah itu, aku melihat Touko-senpai berdiri sambil mencoba menyembunyikan dirinya. Melihatnya, aku langsung membukakan pintu mobil dan membiarkannya masuk.
“Bagaimana ? Apa terjadi sesuatu di apartemen?” kata Touko-senpai saat dia masuk ke dalam mobil yang kusewa.
“Tidak ada siapaun. Di lihat dari lampunya yang belum menyala. Sepertinya mereka tidak ada di sana.”
“Begitu.”
Touko-senpai mengangguk.
“Tapi, yah. Kamu benar juga. Jika Karen-san ada di sana. Dia pasti sudah menyalakan lampun sekarang. Selain itu, kurasa Tetsuya tidak akan memberikan kunci duplikat padanya.”
Ya, seperti yang Touko-senpai katakan. Jika mereka ada di sana, lampu apartemennya seharusnya menyeala. Dengan kata lain. baik Karen maupun Kamokura belum kembali ke apartemen.
Karena Karen dan aku sudah berpisah di Shibuya pukul 6 sore. Jadi, ada kemungkinan bahwa dia sudah sampai di apartemennya sebelum aku sampai disini.
Itu sebabnya, ketika aku datang ke sini. Kamarnya terlihat kosong.
Belum lagi, Kamokura sudah bersama Touko-senpai sejak jam 7 malam.
Aku sudah mengawasi apartemen ini selama hampir satu jam atau lebih tepatnya sebelum pukul 7 malam. Tidak salah lagi, dia belum kembali.
“Waktu itu, Tetsuya bilang kalau dia mau pergi toko elektronik di Yuurakuchou.”
Sebelumnya, Touko-senpai dan Kamokura berada di Stasiun Tokyo. Stasiun Yuurakuchou terletak di sebelah Stasiun Tokyo dan memiliki toko ritel elektronik besar.
“Kalau begitu, bukankah Kamokura-senpai dan Karen akan bertemu di Ginza?”
Yuurakuchou dan Ginza hampir berada di area yang sama.
“Yah, itu jika mereka benar-benar ketemu. Kita tidak bisa memastikannya begitu saja, oke?”
Touko-senpai menegurku dan aku sedikit menundukkan kepalaku.
Saat ini, kami berada di sebuah gang di depan apartemen Kamokura.
Apartemen yang dia tempati adalah bangunan 3 lantai dan sepertinya apartemen itu sudah berdiri sejak lama. Bisa di lihat dari konstruksinya yang kuno, karena hanya memiliki satu pintu masuk. Selain itu, kau bisa melihat aula masuk dari jalan.
Aku telah memakirkan mobil yang kusewa di jalan itu. Kecuali kalau kau menyeberang melalui sini, tidak ada cara untuk memasuki apartemen Kamokura. Itu sebabnya kami bisa mengetahui dengan pasti apakah Kamokura atau Karen yang akan datang kesini.
Mobil yang kusewa ini memiliki kaca UV hitam di bagian kursi belakang. Makanya, agar tidak terlihat dari luar, kami duduk di jok belakang.
“Dengan asumsi mereka berdua bertemu setelah Kamokura-senpai meninggalkan Touko-senpai, maka mereka akan muncul dalam waktu kurang dari satu jam, kan?”
“Hm?”
Bukannya menjawabku, Touko-senpai malah memiringkan kepalanya.
“Aku juga penasaran tentang hal itu. Kalau mereka benar-benar selingkuh. Kurasa mereka akan pergi kencan layaknya sepasang kekasih? Lagipula, malam ini mereka bisa menghabiskan sepanjang malam bersama. Jadi, kupikir mereka tidak akan terburu-buru untuk kembali ke apartemen.”
Itu mungkin benar. Karena, bagi seorang pria, kencan di luar ruangan mungkin tidak lebih dari sekedar menghabiskan uang. Dan bagi wanita, itu mungkin adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana hati. Tidak mungkin seseorang seperti Kamokura, yang sangat ahli dalam memperlakukan wanita, tidak akan mengetahuinya.
“Aku membeli ini di toko serba ada dalam perjalanan ke sini. Kamu belum makan malam, kan?”
“Eh, ah.. Terima kasih.”
Aku menerima sandwich dan teh hitam botolan yang ditawarkan Touko-senpai kepadaku.
“Ah. Tapi, jangan terlalu banyak minum. Nanti malah membuatmu ingin pergi ke toilet.”
Mendengar itu dari Touko-senpai, aku hanya memberikan senyum samar. Tapi meski begitu, kurasa Touko-senpai sangat mengkhawatirkannya.
Sambil memkan sandwich milik kami sendiri, Touko-senpai terus mengawasi pintu masuk apartemen. Sementara aku mengawasi pintu masuk stasiun yang menghadap ke jalan. Jika mereka berdua datang, maka seharusnya mereka lewat dari arah itu.
Tentu saja, tidak ada percakapan di antara kami selama waktu itu.
Karena kami berada di gang belakang yang tersembunyi dari jalan utama, meskipun lampu jalan di depan dan di belakang kami berfungsi dengan baik, kami masih dikelilingi oleh kegelapan.
Dan seperti itu, waktu terus berlalu saat kami berdua terus mengawasi sekitar.
* * *
Sampai sekarang, aku tidak melihat tanda-tanda Karen dan Kamokura datang ke apartemen, yang kulihat hanyalah kamar apartemen gelap.
… Apa aku terlalu memikirkannya?
Berpikir bahwa mereka akan bertemu malam ini…
… Tapi, jika memang benar mereka berdua bertemu malam ini. Masih ada kemungkinan mereka akan bertemu di hotel, kan?
… Apakah ini hanya kesalahpahamanku saja? Mungkinkah Karen dan Kamokura tidak selingkuh dari kita…
Pikiran-pikiran seperti itu terus melintas di dalam kepalaku.
Kalau kau bertanya kepadaku tentang perasaanku yang sebenarnya. Aku tidak memiliki keraguan untuk mengatakan bahwa Karen benar-benar selingkuh dariku.
Tapi karena Touko-senpai mengatakan padaku tentang bukti nyata dan berakhir di sini. Aku masih berharap pada satu dari sejuta kemungkinan bahwa dia tidak selingkuh.
Selain itu, aku juga ingin percaya pada Karen…
… Aku ingin tahu, bagaimana perasaan Touko-senpai terhadap hal ini?
Ada banyak hal yang ingin kutanyakan kepada Touko-senpai dan aku juga ingin tahu tentang dirinya dan si Kamokura itu. Belum lagi, situasi kami sangat mendukung. Aku berpikir bahwa ini kesempatanku untuk menanyakan beberapa hal kepadanya. Tapi, aku tidak bisa memutuskan apa yang harus kukatakan dan aku kehilangan kata-kata.
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah memperhatikan Touko-senpai dari samping.
Dia sepertinya tidak memberikan perhatian khusus kepadaku saat dia terus mengawasi jalanan di luar.
Touko-senpai memiliki konsentrasi yang mengesankan atau mungkin harus kukatakan, dia adalah seseorang yang bisa mengejar sesuatu dengan sepenuh hati.
Bahkan saat ini, dia terus memusatkan seluruh perhatiannya pada tujuan kami, untuk menemukan lokasi di mana perselingkuhan itu terjadi daripada memikirkan apakah pacarnya benar-benar selingkuh atau tidak.
Tapi, jika dengan ini kita bisa membuktikan bahwa Karen dan Kamokura berselingkuh dari kami. Kira-kira apa yang akan Touko-senpai lakukan?
‘Aku tidak akan puas ini berakhir begitu saja. Aku akan membuat Tetsuya sangat menyesalinya sampai dia ingin bunuh diri.’
‘Aku akan membuatnya menderita akan penyesalan dan keputusasaan yang sedemikian rupa sehingga dia memohon seseorang untuk membunuhnya.’
‘Aku akan membuatnya trauma selama sisa hidupnya.’
‘Dan jika aku berakhir berselingkuh, maka itu akan terjadi setelah aku menemukan bukti perselingkuhan Tetsuya dan melawannya dengan itu.’
Kata-kata itu muncul kembali di pikiranku. Itu adalah kata-kata yang di ucapkan Touko-senpai saat aku pertama kali memberitahunya bahwa pacarnya selinguh dengan pacarku.
Balas dendam seperti apa yang Touko-senpai rencanakan untuk si bangsat itu?
‘Sangat menyesalinya hingga dia merasa seperti ingin mati’, ‘Aku akan membuatnya trauma selama sisa hidupnya’, salah satu dari kata-kata itu terdengar sangat sulit untuk dicapai.
Kalimat terakhir yang dia katakan saat itu terngiang di kepalaku, ‘Dan jika aku berakhir berselingkuh, maka itu akan terjadi setelah aku menemukan bukti perselingkuhan Tetsuya dan melawannya dengan itu.’ Dan kata-kata itu muncul kembali bersamaan dengan pikiran yang sama seperti waktu itu.
Tentu saja, jika dia menghadapi Kamokura dengan bukti seputar perselingkuhannya dan langsung mengatakan kepadanya bahwa dia ingin putus dengannya dan menghabiskan malam yang sama dengan pria lain. Bukankah itu akan menjadi pukulan telak bagi Kamokura?
Karena Kamokura sendiri juga selingkuh. Jadi, dia tidak akan bisa memprotesnya jika Touko-senpai mengatakan kepadanya bahwa dia ingin putus dengannya.
Selain itu, setelah menyatakan akhir dari hubungan mereka, Touko-senpai bebas untuk bergaul dengan orang lain. Dimana dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Itu akan menjadi kejutan yang luar biasa untuk Kamokura yang baru saja dibuang.
… Mungkinkah itu yang dimaksud Touko-senpai dengan balas dendam?
Tidak salah lagi, itu memiliki tekanan yang membuatnya trauma. Jika itu aku, aku akan merasa ingin mati.
Meskipun Touko-senpai menyangkalnya waktu itu. Tapi, kemungkinan bahwa dia berpikir sejauh itu masih ada…
Dan dalam hal itu, pasangannya adalah.
“Itu mereka!”
Ketika aku sedang kemungkinan itu, suara teriakan Touko-senpai membawaku kembali ke kenyataan.
Didorong oleh kata-kata itu, aku mengikuti garis pandang Touko-senpai.
Di sana, aku melihat pasangan, berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan.
Walaupun jarak mereka masih cukup jauh dari kami. Tapi, tidak salah lagi.
Mereka adalah Kamokura Tetsuya dan Mitsumoto Karen!
Kamokura menggerakkan lengannya dari punggung Karen ke bawah ketiak kanannya, memeluk dan menjaganya tetap dekat dengannya.
Karen juga tampak melingkarkan kedua lengannya di sekitar Kamokura saat dia menempel di dadanya.
Sesekali, tangan Kamokura meraba-raba area di sekitar dada Karen.
Dibanding menolaknya, Karen justru mendekatkan wajahnya ke Kamokura.
Tatapannya kemudian terpaku pada wajah Kamokura. Mereka sedang membicarakan sesuatu dengan riang.
Bahkan dia tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti itu kepadaku.
Bermesraan tanpa mempedulikan orang-orang di sekitar mereka, tidak ada cara yang lebih baik untuk menggambarkan seperti apa mereka itu.
Mereka berdua memancarkan aura yang kental, mengatakan bahwa mereka akan ngeskuy setelah ini.
“Rekam mereka.” kata Touko-senpai dengan suara rendah tapi dingin.
Mendengar perintahnya, aku langsung mengaktifkan kamera smartphoneku dengan tergesa-gesa. Aku merekam keduanya dengan fitur video.
Di sisi lain, Touko-senpai memposisikan dirinya dengan kamera digital yang dia pinjam dari seorang temannya.
Ternyata itu adalah kamera dengan mode sensitivitas tinggi yang memungkinkannya mengambil foto tanpa perlu cahaya meskipun situasinya gelap seperti sekarang.
Kalau kau menggunakan aplikasi eksklusif untuk itu, kau dapat menggambarkan wajah subjek dengan lebih jelas.
Masih berpegangan tangan, mereka berdua menuju ke apartmen.
Memeluk erat satu sama lain seperti sebelumnya, mereka memasuki apartemen dan menghilang dari pandangan kami. Mereka bahkan bertukar ciuman sebelum memasuki ruangan.
‘Setidaknya lakukan itu setelah kalian berada di dalam ruangan!’
Teriakku dalam hati.
Dengan ini, sudah diputuskan, bahwa mereka memang berselingkuh.
Tapi, entah kenapa aku malah bersikap tenang. Berbeda dari diriku yang sebelumnya.
Aku sudah mengetahui dengan pasti bahwa pacarku selingkuh. Apalagi mereka memperlihatkan adegan ciuman tepat di depan kami.
Mengesampingkan hal itu, perasaan yang kurasakan saat ini hanyalah emosi yang sudah kuketahui apa itu.
Sekarang setelah kami memastikan bahwa keduanya memang benar berselingkuh dari kami, aku bisa merasakan hawa dingin, keinginan jahat untuk balas dendam perlahan meresapi hatiku.
Karen, pengkhianat yang selama kencan hari ini menerima hadiah ulang tahunku seperti biasa, tanpa penyesalan.
Kamokura, si bangsat yang seharusnya berindak sebagai Senpai kami. Namun, dia merebut pacar Kouhai-nya.
Jika aku adalah pemimpin negara ini, aku pasti akan memberikan mereka hukuman mati.
“Seperti yang kita duga, mereka benar-benar selingkuh. Mereka tidak akan bisa bisa mengelak lagi.” kataku dengan nada dingin.
Yang tersisa hanyalah menentukan bagaimana kita akan menghadapi mereka.
“Belum! Kita tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa mereka selingkuh hanya dengan ini!”
Terkejut dengan kata-katanya, aku hanya berdiri mengawasinya gerak-geriknya.
… Mereka berdua berciuman tepat di depanmu. Kenapa kau masih meragukan itu?
Kata-kata Touko-senpai selanjutnya menjawab pertanyaan itu.
“Saat ini, mereka dapat membuat alasan bahwa mereka hanya memasuki ruangan, minum teh bersama, lalu pergi. Mereka bahkan bisa mengatakan bahwa ciuman itu hanya terlihat seperti itu karena dari sudut pandang kita. Untuk mencegah hal-hal berakhir seperti itu, kita harus memastikan berapa lama mereka berdua ada disana. Paling tidak kita membutuhkan waktu selama dua jam untuk di jadikan bukti perselingkuhan mereka.”
“Apa kau serius? Mereka berdua memasuki ruangan itu sambil bermesraan, kau tahu? Kau sebut apa itu jika bukan perselingkuhan. Apa segitunya kau ingin mempercayai si Kamokura itu?”
Di tengah keterkejutanku, aku berbicara kepada Touko-senpai dengan nada marah.
“Bukan itu alasanku mengatakan ini. Sama halnya dengan pencobaan perzinahan; ciuman atau keduanya hanya memasuki ruangan tidak cukup untuk dianggap sebagai perselingkuhan. Mereka berdua harus berdiam di sana berduaan setidaknya untuk jangka waktu tertentu! Itu sebabnya, aku ingin memastikannya sendiri.”
“Ini bukan percobaan. Seharusnya tidak perlu bagi kita untuk mengawasi mereka selama berjam-jam, kan?”
“Cukup, kamu boleh pulang sekarang. Biar aku sendiri yang memastikan itu sampai mereka berdua keluar dari apartemen. Jangan khawatir tentang mobilnya. Aku yang akan mengembalikan mobilnya.”
Setelah mengatakan itu, Touko-senpai memalingkan muka dari wajahku dan mengalihkan pandangannya ke apartemen.
Dengan cahaya dari lampu jalan yang menyinarinya dari belakang, yang bisa kau lihat hanyalah siluetnya.
Aku tidak bisa melihat ekspresinya. Tapi meski begitu, aura di sekitarnya menggambarkan sesuatu.
Kurasa aku tidak bisa meninggalkan dia sendirian seperti ini.
“Tidak, aku akan tetap di sini dan mengawasi apartemen ini sedikit lebih lama. Karena aku tidak ingin mereka memberi tahuku bahwa mereka hanya minum secangkir teh seperti yang dikatakan Touko-senpai.”
Setelah hening sejenak, Touko-senpai bergumam.
“Terserah kamu saja.”
* * *
Aku bertanya-tanya sudah berapa jam berlalu sejak mereka masuk.
Di interior mobil yang tidak jelas, Touko-senpai dan aku tidak melakukan apa-apa selain menahan napas dan mengawasi apartemen Kamokura Tetsuya.
Lampu jalan di depan dan di belakang mobil menerangi interior dengan lembut.
… Touko-senpai, apa yang kau rasakan saat ini saat kau menatap jendela apartemen itu?
Sudah 6 bulan sejak Touko-senpai dan Kamokura mulai berpacaran.
Tentu saja, Touko-senpai juga pasti pernah memasuki ruangan itu setidaknya sekali.
Mungkin saat itu, mereka berdua bersenang-senang, minum teh sambil membuat rencana untuk kencan berikutnya.
Mungkin Touko-senpai menyiapkan makanan buatan sendiri dan mereka berdua membicarakan masa depan mereka.
Tapi sekarang, ada wanita lain bersama Kamokura di ruangan yang sama.
…Melihat adegan seperti itu yang dimainkan dengan sangat jelas, pasti sulit bagi Touko-senpai…
Aku melirik ke arah Touko-senpai. Dia hanya terdiam ketika melihat pacarnya masuk ke kamarnya bersama dengan wanita lain.
Tentu saja, perasaanku juga hancur. Rasa sakit, kesedihan dan frustasi membanjiri batinku.
Perasaan senang sejak pertama kali bertemu Karen dan kami mulai akrab. Kebahagian yang kurasakan sejak hubungan kami menjadi lebih dekat hingga kami berpacaran dan senyum Karen yang tida tunjukkan padaku setiap kali kami berkencan.
Terakhir… Bagaimana kami merayakan ulang tahunnya beberapa jam yang lalu sebagai sepasang kekasih.
… Semua kenangan itu telah diinjak-injak sekarang karena dia mengkhianatiku …
Bahkan sekarang, pesan-pesan antara Karen dan Kamokura itu tetap menjadi trauma bagiku.
Meski begitu, orang yang telah menyelamatkanku dari semua kenangan menyakitkan itu adalah Touko-senpai.
Hanya dengan mengingat bahwa Touko-senpai berada dalam situasi yang sama denganku, bahwa dia bertarung bersama denganku, itu membantuku memulihkan ketenanganku dan berpikir lebih positif.
Juga, sampai sekarang ada saat-saat ketika aku merasa tertekan atau sebaliknya, saat-saat aku kehilangan ketenangan dan akan bertindak gegabah. Tapi, terlepas dari semua itu. Touko-senpai mendukungku, dia juga menghiburku ketika aku sedang terpukuruk, memarahiku dengan suaran kata-kata keras.
Seandainya Touko-senpai tidak ada di sana bersamaku, aku akan membenci segalanya dan semua orang, berhenti kuliah dan mengurung diri di dalam kamar. Aku akan memarahi dan menghina Karen. Tapi, aku juga berpegangan padanya dan menangis saat aku memohon padanya untuk tidak meninggalkanku.
Bahkan jika itu membuat perasaan Karen semakin menjauh sebagai akibatnya…
“Isshiki-kun, kamu bersama Karen di siang hari, kan?”
Entah dari mana, Touko-senpai menanyakan hal itu.
“Eh? Ah iya. Itu benar.”
Karena dia bertanya kepadaku saat aku lengah, aku tidak bisa memberikan jawaban yang lebih baik.
“Lagipula itu adalah hari ulang tahunnya. Jadi, apa yang kamu lakukan untuknya?”
“Aku membuat reservasi di restoran Italia di Shibuya. Kami makan makan siang di sana, lalu melihat-lihat toko di sekitarnya dan pergi ke pusat arcade sebentar.”
“Restoran Italia di Shibuya? Apa namanya?”
Dia menjawab segera setelah aku memberi tahu dia nama tokonya.
“Aah, tempat cannolinya enak, kan?”
“Sepertinya begitu. Karen tahu tentang tempat itu juga dan dia memesan beberapa makanan. Apa tempat itu sangat populer di kalangan wanita, ya?”
Ada jeda singkat sesaat setelah aku menyebutkannya.
“Tentang tempat itu, aku pernah ke sana bersama Tetsuya. Hmm, pasti saat kami baru saja mulai berpaccaran. Dia membuat reservasi untuk kami karena tempat itu cukup populer pada saat itu…”
Begitu ya…
Aku baru menyadarinya. Tindakan Karen hari ini. Cara dia meminta konfirmasi apakah ini tempatnya, begitu kami berada di depan toko. Hal-hal seperti mencicipi anggur dan bagaimana dia tahu bahwa cannoli itu enak.
Touko-senpai mengalahkanku dalam menuangkan pikiranku ke dalam kata-kata.
“Mungkinkah? Mungkin Karen-san juga pergi ke sana bersama Tetsuya. Ke restoran itu…”
Itu adalah suara yang lembut, tetapi di dalamnya ada kesedihan yang tidak bisa sepenuhnya ditekan.
Hal yang sama berlaku untukku… Perasaan pahit menyebar ke seluruh dadaku.
Aku berani bertaruh bahwa sepanjang hari ini, saat dia berkencan denganku, Karen selalu memikirkan Kamokura.
Itu mungkin sensasi yang kudapatkan dari ‘dibandingkan dengan seseorang’.
Aku mendongak sekali lagi ke apartemen Kamokura.
Karen benar-benar wanita yang murahan.
Hari ini, pacarnya si bangsat itu, Touko-senpai, tidak bisa datang. Jadi, Karen dipanggil hanya sebagai pengganti. Namun, dia terlalu bersedia untuk melakukannya.
Itu bukan karena aku memang tahu jika Kamokura memang memberitahunya bahwa dia hanyalah pengganti.
“Kamu mulai berpacaran dengan Karen-san sekitar 7 bulan yang lalu, bukan?”
Kata-kata dari Touko-senpai itu membawaku kembali ke kenyataan.
Untuk menjernihkan pikiranku dari pikiran tidak menyenangkan itu, aku malah bertanya kembali.
“Touko-senpai, jika aku ingat dengan benar, kau mulai berpacaran dengan Kamokura-senpai setelah kau menjadi mahasiswi tahun kedua, kan?”
“Itu benar.”
“Kenapa kau memilih berpacaran dengan Kamokura-senpai, Touko-senpai?”
Itu adalah pertanyaan yang kumiliki dari beberapa waktu lalu sekarang.
Tentu saja, Kamokura Tetsuya adalah pria yang keren. Dia tampan, memiliki kepribadian yang ceria dan merupakan tipe orang yang selalu menarik perhatian orang lain.
Entah itu di SMA maupun di Kampus, terlepas dari tempat atau orangnya, dia selalu menjadi pengaruh yang kuat di setiap kelompok tempat dia berada dan populer di kalangan gadis-gadis. Selama festival budaya juga, dia tampil di panggung sebagai vokalis band dan banyak gadis dari kelas satu hingga tiga berteriak dan meneriakinya dengan gembira.
Tak perlu dikatakan, dia juga sangat populer di kampus. Dikatakan bahwa sepertiga dari gadis-gadis yang tergabung dalam kelompok kami diundang oleh Kamokura.
Namun, aku masih tidak mengerti bagaimana seorang wanita intelektual seperti Touko-senpai telah terpesona oleh Kamokura hanya dengan itu. Masalahnya sekarang hanya membuat keraguan itu semakin kuat.
Siluet Touko-senpai bergerak sedikit. Dia memalingkan wajahnya dari apartemen dan menatap lurus ke arahku.
Profil wajahnya dengan lembut diterangi oleh lampu jalan.
“Sebelumnya aku tidak pernah berpacaran dengan siapapun. Tetsuya, dia orang pertama yang berpacaran denganku.”
Setelah mengatakan beberapa kata itu, Touko-senpai terdiam beberapa saat sebelum melanjutkan berbicara.
“Saat aku menjadi mahasiswi tahun kedua di kampus, semua temanku sudah punya pacar. Semua orang di sekitarku terus mengatakan kepadaku untuk segera mendapatkan pacar, karena mereka tidak menyangka bahwa aku tidak memiliki satu pun pacar sampai sekarang… Setelah diberitahu bahwa itu hal yang wajar untuk memiliki pacar. Aku mulai memikirkannya, mungkin aku harus melakukan itu. Saat itu aku juga memiliki begitu banyak hal yang terjadi sehingga aku mungkin terburu-buru mengambil keputusan.”
Profil Touko-senpai, yang diterangi oleh cahaya remang-remang lampu jalan, seindah lukisan.
Hanya mulutnya yang bergerak sedikit saat dia sedang berbicara.
“Tetsuya selalu sangat bersemangat dalam membuat kemajuan denganku sejak kami masuk SMA. Dia tampan, nilainya juga bagus. Dia juga pandai dalam hal olahraga, dia adalah seseorang yang bisa menjadi pusat perhatian bagi kelompok yang bersamanya. Juga, dia selalu baik dalam cara dia memperlakukanku. Itu membuatku berpikir bahwa mungkin akan baik-baik saja jika dia adalah pacarku. Bodoh sekali ‘kan aku ini?”
Satu pikiran melintas di benakku saat itu:
‘Jadi bahkan seorang wanita sehebat Touko-senpai memiliki pemikiran seperti itu.’
Tentu saja, hal semacam itu harus jelas bagi semua orang.
“Bukankah itu hal yang normal bagi wanita dalam memilih pacar mereka? Dan itu sebabnya, Touko-senpai tidak pernah memiliki pacar, bukan?”
“Begitu? Apa aku terlihat seperti itu?”
Suara tenang Touko-senpai bergema melalui bayangan yang terbentuk dari cahaya lampu jalan.
“Ya seperti itulah. Sampai aku tidak percaya bahwa kau adalah pacar dari orang seperti Kamokura itu.”
Touko-senpai melihat ke luar jendela lagi setelah mendengar jawabanku.
“Kamu ingat, kata-katau tentang Tetduya sebagai pusat perhatian di kelompoknya? Sebenarnya, Tetsuya adalah orang yang kesepian. Meskipun kamu tidak bisa melihatnya seperti itu karena dia selalu menjadi pusat perhatian kelompok dan memiliki pengaruh yang kuat pada mereka. Aku pertama kali menyadarinya saat aku dekat dengannya. Tetsuya tidak memiliki siapa pun untuk membantunya di masa-masa sulitnya.”
Touko-senpai berbicara dengan acuh tak acuh, seolah mencoba menyembunyikan emosinya.
“Itulah mengapa aky berpikir, aku ingin menjadi orang yang mendukungnya saat itu.”
Untuk semua yang dia coba sembunyikan dari emosinya, ada kesedihan yang meluap dari kata-kata itu.
… Dasar, pria tolol! Kenapa kau melirik wanita lain padahal kau mempunyai pacar yang sempurna, seperti Touko-senpai yang perhatian padamu!? Tolol!!
Aku bisa merasakan emosi yang berbeda dari kecemburuan dari dalam diriku. Semacam kesedihan, kemarahan, frustrasi.
Setelah itu, dia tertawa kecil. Itu adalah tawa yang mencela diri sendiri.
“Apa ada sesuatu yang lucu tentang itu?”
Namun, dia pindah ke topik lain tanpa menjawab pertanyaanku itu.
“Karen-san adalah gadis yang imut, bukan? Dia populer bahkan di dalam kelompok kita, kan?”
“Touko-senpai, kau juga wanita cantik. Kau dienal di kampus kita sebagai wanita paling cantik.”
Jika Karen adalah gadis yang cukup imut untuk masuk dalam 5 besar kelompok kami, Touko-senpai adalah yang paling cantik di kampusku.
Tidak ada yang membandingkan mereka. Namun, dia masih berbicara menentangnya.
“Cantik… cantik, ya? Ya itu betul. Mereka selalu mengatakan kepadaku sejak aku masih kecil, ‘Touko itu cantik’.”
“Bukankah itu karena mereka cemburu padamu?”
“Mungkin kamu benar. Tapi, Isshiki-kun, jika seorang gadis cantik dan seorang gadis imut bersaing untuk mendapatkan suara laki-laki, menurutmu siapa yang akan menang?”
Aku bingung ditanya seperti itu.
Seorang wanita imut dan seorang wanita cantik? Aku tidak tahu di mana garis yang memisahkan keduanya atau mana di antara keduanya yang akan menang.
“Aku tidak tahu.”
“Biasanya, gadis imut itu yang menang. Mungkin itu, lebih dari kecantikan fisik murni, apa yang diinginkan anak laki-laki adalah memiliki keimutan hanya untuk diri mereka sendiri.”
“Keimutan hanya untuk diri mereka sendiri?”
Tidak dapat membayangkan gambaran konkret dari kata-kata itu, aku mengulangi kata-katanya.
“Ya. Lagipula, apakah seseorang itu cantik atau tidak, bukankah itu semua subjektif? Tidak ada wajah yang disukai semua orang. Itu sebabnya kita bisa mengatakan bahwa wajah yang ‘cantik’ adalah yang memiliki kekurangan paling sedikit menurut mayoritas. Sebaliknya, ‘keimutan’ adalah sesuatu yang langsung menarik hati orang. Seolah-olah itu memohon untuk dihargai. Aku percaya bahwa hal itu membuat para laki-laki merasa bahwa merekalah yang harus melindunginya. Bukankah begitu?”
Sekarang dia mengatakan itu, aku juga merasakan perasaan itu. Menyebut seseorang ‘cantik’ tergantung pada apakah penampilan luar seseorang itu proporsional atau tidak; di satu sisi, itu adalah penilaian yang dibuat dari tubuh fisik seseorang.
Di sisi lain, bisa dikatakan bahwa ‘keimutan’ adalah opini yang melibatkan perasaan. Hal-hal yang kau anggap ‘imut’ adalah hal-hal yang membuatmu merasa harus melindunginya, hal-hal yang membuatmu ingin menyimpannya untuk diri sendiri.
Touko-senpai terus berbicara.
“Kamu tahu, dari hari-hariku di SMA, beberapa orang mengatakan kepadaku, ‘Kamu cantik, ya’. Aku berani bertaruh bagian ‘ya’ itu penting.”
Pada titik tertentu, sementara dia terus berbicara seperti itu, Touko-senpai telah memalingkan wajahnya kembali ke luar jendela.
“Nee, apakah aku akan terus kalah dari mereka yang di sebut ‘gadis yang imut?’ Aku yakin, aku akan menghabiskan seluruh hidupku tanpa menemukan seseorang dimana ‘akulah’ orang yang ingin dia lindungi.”
“Touko-senpai, kau tidak kalah…”
… Kau sama sekali tidak kalah!
Itulah yang ingin kukatakan. Tapi sebelum aku bisa melakukannya, Touko-senpai berbalik menghadapku.
“Aku juga ingin menjadi imut! Tapi, inilah kepribadianku! Sudah terlambat bagiku untuk mencoba mengubah diriku sendiri! Ini adalah satu-satunya sikap yang kumiliki!”
Seketika, air mata mengalir dari mata Touko-senpai. Touko-senpai menangis dan terisak, hampir seolah-olah sikap normalnya yang seperti orang dewasa adalah sebuah kebohongan. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya saat seluruh tubuhnya gemetar.
Ratapan yang tidak bisa dia tenggelamkan sepenuhnya sebanyak yang dia coba keluarkan dari mulutnya.
… Touko-senpai ingin percaya pada Kamokura Tetsuya. Itu sebabnya dia begitu berputar-putar dalam tindakannya sampai sekarang.
… Baik harga dirinya dan kebanggaanya sekarang gemetar di ambang kehancuran.
… Touko-senpai telah menahan diri selama ini. Dia telah menekan keinginannya untuk menangis dan terus menyemangatiku.
Dia telah menunjukkan keberanian meksipun pada kenyataannya, dia mungkin lebih terluka daripada aku.
“Touko-senpai…”
Dengan tenang, selembut seseorang berbicara kepada anak yang ketakutan, aku berbicara.
“Aku selalu diselamatkan olehmu, Touko-senpai. Aku ingin dimanjakan olehmu, Senpai. Itu sebabnya…”
Dengan lembut aku meletakkan tanganku di bahunya.
“Tolong biarkan dirimu dimanjakan olehku, setidaknya untuk hari ini saja …”
Perlahan tapi tegas, aku menarik Touko-senpai mendekat ke arahku.
Pada awalnya, dia tampak menunjukkan sedikit perlawanan. Tapi, dia akhirnya perlahan membenamkan wajahnya di dadaku.
Tanpa bergerak dari sana, dia dengan erat meraih bajuku dan terus menangis.