[Mari kita pergi ke rumahmu kalau begitu.]
[Iya… Tunggu sebentar.]
Aku ingin membaca secepat mungkin, jadi aku bergegas menuju Saito tetapi dia menghentikanku.
[Ada apa?]
[Itu… Tolong beri tahu aku informasi kontakmu.]
Aku pikir dia tidak terbiasa meminta informasi kontak seseorang, makanya dia sedikit enggan untuk mengatakannya. Atau mungkinkah itu benar-benar berbeda dari yang kupikirkan.
Dia mengerti apa arti dari meminta informasi kontak ke lawan jenisnya, mungkin dia enggan melakukannya karena itu.
Tentu saja, aku tidak akan membuat kesalahan dengan berpikir dia melihatku sebagai seseorang yang menarik.
[Apa? Mengapa?]
[Kamu tidak bisa pulang ke rumah bersamaku setiap hari, bukan? Tolong hubungi aku kalau kamu punya sesuatu untuk kamu lakukan. Aku akan membawakan bukunya di hari itu.]
[Oh, aku mengerti.]
Tentunya tidak nyaman kalau tidak bisa memberi tahunya ketika kamu harus melakukan sesuatu. Jika aku menemukan cara untuk mengontaknya, dia tidak perlu datang padaku sambil merasakan sakit lagi.
Lalu, aku mengerti, aku akan menunjukkannya kode QR dari aplikasi perpesanan tertentu (TL Note: Anggap saja aplikasi dengan nama yang berarti “garis” dalam bahasa Inggris.). Aku menahannya untuk membaca kodenya dan dia membeku.
[Terima kasih…. Apa? Minato Tanaka?]
Matanya melebar selagi dia melihat dua kali ke teleponnya seolah-olah memastikan akan sesuatu.
[Hm? Iya, itu benar. Aku tidak pernah bilang padamu?]
[…Iya, aku belum pernah mendengarnya. Kamu tidak memperkenalkan dirimu padaku ketika kita mulai mengobrol, dan aku juga tidak punya ketertarikan secara khusus padamu.]
Dia melirikku beberapa kali, dan suara dinginnya yang biasa mulai keluar lagi.
[Oh, benarkah?]
Dia benar-benar tidak punya ketertarikan pada orang-orang ya. Aku menyengir karena pemikiran khasnya yang biasa.
[Sekali lagi, aku Minato Tanaka. Senang bertemu denganmu.]
[Iya, senang bertemu denganmu juga.]
Dengan begitu kami memperkenalkan diri kami masing-masing sekali lagi.
Terasa sangat aneh. Dia seorang yang terkenal di sekolah, dan aku seharusnya tidak berurusan dengannya, saat ini kami saling bertukaran informasi kontak kami satu sama lain.
Aku melihat ke akunnya yang aku tukar dengannya dengan campuran kebahagiaan dan rasa terganggu.
[Ada apa?]
[Tidak, aku hanya penasaran mengapa tidak sesulit aku kira untuk mendapatkan informasi kontak yang semua siswa laki-laki di sekolah sangat menginginkannya.]
Setelah bertukar informasi kontak, aku menyadari betapa sulitnya untuk mendapatkan informasi kontak dari gadis tercantik di sekolah, terlebih lagi orang yang kamu ajak bertukar informasi itu terkenal dengan sikap dinginnya dan tidak memberikannya ke sembarang orang.
Aku mendesah dalam benakku, merasa seperti aku berasa dalam banyak masalah.
[Jangan sebarkan itu seenaknya, oke?]
[Aku tidak akan melakukannya. Kalau mereka tahu aku memilikinya, mereka akan menatapku. Aku tidak bisa menahan itu.]
Bagaimana bisa aku melakukan itu di saat aku tahu kalau seluruh kelas akan berpaling dariku jika itu ketahuan.
Pada awalnya, meskipun dia memaksaku untuk melakukannya begitu, dia mempercayaiku sampai batas tertentu dan dia memberi tahuku informasi kontaknya, dan aku tidak ada niatan untuk mengkhianati kepercayaan yang dia taruh padaku.
[Iya, mari berangkat. Aku tidak sabar untuk membaca.]
Aku bergegas mengikutinya, berpura-pura tidak menyadarinya untuk menghindari masalah yang lebih jauh, dan memutuskan untuk menikmati bukunya untuk saat ini.
[Bukunya tidak akan kabur kamu tahu?]
Dia cekikikan, dan mulutnya melonggar dalam pantauanku.