Aku sangat berterima kasih kepada Saito-san. Dia telah meminjamkan buku-buku beberapa kali sehingga aku lupa jumlahnya. Bahkan saat ini, aku telah meminjam 2 buku setiap hari.
Meskipun dia tidak membawa buku-buku itu ke sekolah seperti biasanya, dia masih punya seorang cowok yang mengunjungi rumahnya hampir setiap hari. Itu masih akan membuat stres.
Walaupun begitu, dia masih meminjamkanku banyak buku, dan aku tidak bisa menangani betapa tulusnya dia akhir-akhir ini.
Aku selalu ingin memberinya sesuatu sebagai balasannya karena dia sudah sangat baik padaku.
Akan tetapi, jika aku punya kesempatan, apa cara yang lebih baik untuk membalas budi selain di hari ulang tahunnya?
Jika aku memberi itu padanya sebagai hadiah terima kasih, dia mungkin akan menolak. Namun, jika aku memberikan itu padanya sebagai kado, dia tidak akan mampu untuk menolaknya, bukan?
Aku tahu kapan hari ulang tahunnya. Aku kebetulan melihatnya ketika aku memungut buku pegangannya, itu tepat 2 bulan setelah hari ulang tahunku, jadi tidak terlalu sulit untuk mengingatnya.
Aku tidak bisa membiarkan kesempatan emas ini berlalu begitu saja.
[Hei, apakah ada hal yang kamu inginkan?]
Biasanya, ketika kamu ingin memberikan hadiah ke seseorang, kamu pasti ingin si penerima bahagia, meskipun dalam kasusku, aku punya petunjuk apa yang dia akan suka.
Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menanyakannya apa yang dia inginkan.
Aku seharusnya sudah memikirkan cara yang lebih baik untuk bertanya padanya dengan terus terang, dia memiliki tampang yang bingung.
[Ada apa nih, tiba-tiba sekali bicara begitu?]
Aku bisa tahu kalau dia menaruh kewaspadaannya dari suaranya.
[Tidak, itu cuma… aku tidak tahu banyak tentangmu dan apa yang kamu suka.]
[Itu tidak perlu. Bagaimanapun juga tidak ada gunanya untuk memberi tahumu.]
[Jangan bilang begitu dong. Aku kan penasaran. Beri tahu aku sesuatu.]
[…Baiklah.]
Aku mungkin agak terlalu gigih, tetapi ketika aku menanyakannya seperti itu, dia memberikan desahan kecil dan menyetujuinya.
Beruntungnya, dia tidak tampak menyadari aku bertanya dengan niat untuk memberinya kado.
Itu mungkin sebuah pemberian. Karena, di lain sisi, dia tidak menyadari kalau aku tahu hari ulang tahunnya, pemikiran itu tidak pernah masuk ke dalam benaknya.
[Hmmm…]
Dia menyilangkan lengannya dan menurunkan matanya, dia tampak seperti dia sedang memikirkannya dengan tenang.
Tetapi seiring berjalannya waktu, dia tetap terdiam, dan tidak membuka mulutnya.
[Apakah ada sesuatu?]
[Bahkan jika kamu bertanya, aku tidak punya banyak barang pribadi yang kuinginkan.]
Dia mencoba untuk memikirkan sesuatu untuk meresponsku, tetapi itu tidak tampak seperti dia bisa terpikirkan sesuatu, dan dia tampak kesal.
[Hm… Ah, ada satu yang aku inginkan.]
[Oh, apa itu?]
[Itu sebuah buku baru yang berjudul ##] [TL Note: Memang judulnya tidak disebutkan.]
[… Buku, ya.]
Meskipun aku mengenalinya, aku masih dikagetkan oleh jawabannya.
Tampaknya itu agak keluar dari tempatnya untuk seorang siswi SMA yang cantik untuk ditanya hal yang seperti itu. Biasanya mereka menginginkan kosmetik atau aksesori, bukannya buku.
Aku hanya bisa tertawa pada jawaban yang tidak terduga itu.
[…Mengapa kamu tidak bisa membeli itu sendiri?]
[Itu bukan berarti aku tidak bisa, tetapi aku tidak tahu apakah buku itu bagus atau tidak karena itu kan buku baru. Harganya juga mahal karena buku itu bersampul keras.]
[Aku mengerti.]
Dia tidak pernah meminta untuk mendapatkan kado ulang tahun, jadi dia hanya menyebutkan apa yang dia inginkan.
Tetapi apakah tidak apa-apa memberikannya buku sebagai kado? Aku yakin dia akan bahagia jika aku memberikan itu padanya, tetapi ini tidak terasa bagus.
Pada akhirnya, aku tidak punya petunjuk apa yang harus kuberikan padanya. Dia melihatku dengan ekspresi penasaran dan tampak sedikit bingung.