Setelah aku memberitahukan Saito kalau aku tidak memiliki rencana khusus untuk liburan Tahun Baru, aku menghabiskan waktu di rumahnya seperti biasa.
Saat aku sedang membaca, aku memperhatikan dia menguap tidak seperti biasanya.
[Kamu tampak sangat mengantuk.]
[Iya, aku agak kurang tidur.]
[Ada apa?]
Tidak biasa baginya untuk mengalami kesusahan dalam tidur, karena dia selalu mengingatkanku tentang kebiasaan tidurku yang buruk.
Aku belum benar-benar bertanya tentang rutinitasnya, tetapi aku pikir pasti rutinitasnya normal, mengingat akan kepribadiannya.
[Aku sedang membaca bagian terbaik dari seri itu, tetapi sebelum aku mengetahuinya, itu sudah larut malam.]
Selagi dia menjelaskan ini, dia menguap lagi, saldo menutupnya dengan tangannya.
Caranya mengusap air mata yang keluar dari matanya memang menggemaskan, seperti binatang peliharaan kecil.
Mungkin itu karena rasa kantuknya, tetapi itu kurang menusuk suasana, dan suaranya lesu.
[Aku mengerti. Jangan terlalu memaksakan seperti yang aku lakukan.]
[Aku tidak akan berlebihan sepertimu.]
Selagi aku mengangkat bahuku dan khawatir, yang memberikanku cengiran kecil dan aku mengeluarkan cengiran juga.
Lalu pembicaraan terhenti dan suara halaman menggema melalui ruangan.
Waktu yang kami habiskan dalam diam memang nyaman, dan itu agak membuat hangat jantungku.
♦️♦️♦️
Berapa banyak waktu yang telah berlalu?
Buku itu sangat menarik dan aku sampai lupa waktu membacanya.
Setelah aku menuntaskan bukuku, aku melihat ke atas.
[EH?!]
Aku menelan ludah setelah melihat apa yang ada di depanku. Saito sedang tidur dengan nyenyak. Dia membaringkan kepalanya di meja menggunakan lengannya sebagai bantal.
Wajah tidurnya, yang mana itu bisa kulihat dari sana, agak lembut.
Melihatnya tertidur nyenyak dan bernapas lembut, membuat jantungku berdebar karena dia tampak secantik dan sepolos seperti biasanya pada dalam tidurnya.
Aku rasa dia benar-benar lelah karena dia tertidur pulas dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.
Aku yakin dia mampu untuk tidur di dekatku karena dia percaya padaku. Namun aku tidak bisa apa-apa selain mendesah, fakta bahwa dia tertidur ketika dia hanya berdua dengan seorang lelaki secara perlahan mengikis rencanaku.
Tentu saja itu bagus kalau dia mempercayaiku, tetapi aku masihlah seorang lelaki. Aku yakin kalau dia melihatku sebagai orang yang tidak berbahaya, tetapi aku ingin dia mengingat itu.
Aku melihatnya dengan sedikit sebal ketika dia menunjukkanku wajah tidurnya yang imut dan tidak berdaya dan tidak tampak menunjukkan tanda-tanda akan bangun sama sekali.
Aku tidak yakin apakah aku harus membangunkannya, tetapi dia tampak sangat mengantuk sebelumnya jadi aku akan membiarkannya tetap tidur seperti ini.
Ruangan ini memang hangat, tetapi tubuhnya mungkin akan masuk angin, jadi aku khawatir jika dia akan terkena masuk angin.
Aku mengambil selimut duduk dari sofa dan menaruh itu di atas bahunya, hanya untuk membuatnya nyaman dan untuk menjaganya dari sakit.
[…Nnn.]
Saat aku meletakkan selimut itu di atas bahunya dengan lembut, hembusan napas kecil yang manis keluar.
Jantungku berdetak kencang ketika dia mengeluarkan suara yang agak sensual, dan segera berbalik arah darinya. Selagi aku merasakan panas mulai terbangun di kepalaku, aku meliriknya lagi ke wajah tidurnya, yang jarang dapat aku lihat.
Rambutnya yang secantik biasanya. Hari ini, dia tidak mengikat rambutnya, dan rambutnya yang berkilauan memanjang lurus di bawah punggungnya.
Rambutnya tampak sangat indah, aku tidak bisa apa-apa selain mengaguminya. Aku pikir itu akan terasa sangat bagus jika aku mengusapnya.
Jika itu adalah diriku yang lama, aku hanya akan meletakkan selimut itu padanya dan selesai dengan itu. Namun, ketika aku mengingat apa yang Hiiragi-san beritahukan padaku, aku tidak bisa melepaskan perasaan jahat di dalam diriku.
(Tidak apa-apa untuk mengelusnya sedikit… bukan?)
Aku telah berusaha begitu keras menahan pikiranku pada satu tempat sampai aku telah kelelahan mental.
Aku kembali ke tempatnya, setidaknya selama tertidur nyenyak dan tidak terlindungi, benar-benar kekhilafan pada perasaanku.
Itu tidak akan menyakitkan untuk mendapatkan kembali beberapa kelelahan mentalku, aku memberi tahu diriku sendiri, dan secara perlahan menjangkau kepalanya.
Aku dengan lembut menyentuhnya dengan ujung-ujung jariku sehingga dia tidak akan menyadariku, dan aku bisa merasakan kehangatan dari bagian yang kusentuh darinya.
Saat aku lanjut secara perlahan dan ringan tempat seluruh tempat telapak tanganku berada di kepalanya, aku bisa mencium aroma bunganya yang lembut, merasakan kehangatannya, dan kelembutan rambutnya semua itu sekaligus.
[Ah…!]
Saat aku memindahkan tanganku untuk mengusap rambutnya, aku mengeluarkan jeritan kecil saat itu terasa lebih baik dari yang aku bayangkan.
Rambutnya menyelip melewati jari-jariku dengan mudah tanpa terjebak sama sekali. Rambutnya, dipindahkan oleh tanganku, terbentang dan berkilau di bawah cahaya dan terasa halus dan lembut.
Rambutnya yang berubah dengan indah adalah pemandangan untuk dilihat, dan tidak peduli berapa kali aku mengusapnya, aku tidak pernah bosan dengan itu.
Pada awalnya aku berpikir kalau itu hanya akan sebentar, tetapi itu terasa sangat bagus sehingga aku terus mengusap, hanya sedikit lagi, hanya… sedikit… lagi…
Saat aku terus-terusan mengusap rambutnya, aku tidak menyadari kalau telinganya berubah merah.