Pada tanggal 31 Desember, sehari sebelum Tahun Baru, aku masih berada di rumah Saito membaca buku.
Aku sudah terbiasa sekarang, tetapi jika aku pikir-pikir, diriku yang dulu akan terkejut dengan situasi ini.
Aku tidak bisa percaya kalau aku diperbolehkan hanya berdua saja di sebuah ruangan dengan seorang gadis cantik itu.
Aku melirik Saito dan melihat kami dia sedang membaca sebuah buku dengan ekspresi serius di wajahnya.
Wajahnya memang datar tak berekspresi seperti biasanya, tetapi matanya agak bersinar dan aku bisa bilang kalau dia sedang menikmati bacaan.
Baru-baru ini, aku telah mampu untuk mengetahui apa yang telah dia pikirkan bahkan ketika wajahnya sering tidak berekspresi. Setelah berkenalan selama 3 bulan, aku secara alami telah memperhatikan sedikit perbedaan di ekspresi wajahnya.
Memang aneh untuk memiliki hubungan seperti ini dengannya. Aku sangat tersentuh dan meraih tehku.
[Ah.]
Remot televisi, yang berada di tepi meja terjatuh, menabrak sikuku dan terjatuh.
(TL Note: Just info, remot / remote belum ada di KBBI, ada yang ngusulin padanannya jadi “telekendali”.)
Selagi aku tidak mampu untuk meresponsnya dengan cepat, remot itu terjatuh dengan berdentang.
[Apakah kamu tidak apa-apa?]
[Iya.]
Merasa bersalah karena mengganggunya ketika sedang membaca, aku mengambil remot itu.
Aku melihat ke atas dan mendengar suara yang datang dari televisi.
[Er… Kalau begitu…]
Tampaknya tombol itu teraktifkan ketika remot itu jatuh. Televisinya menyala dan sedang menunjukkan seorang pria muda sedang diwawancara tentang sesuatu.
Ia tampaknya ditanyai tentang bagaimana oa akan menghabiskan waktu di sisa hari ini, dan ia menjawab ia akan melakukan Hatsumode di kuil saat malam hari.
(TL English Note: Hatsumode adalah berkunjung untuk pertama kali ke kuil pada permulaan tahun.)
Itu hanyalah acara menjalankan pabrik. Saat aku baru saja ingin mematikan televisi itu, aku mendengar sebuah suara kecil. Itu benar-benar kecil dan sepertinya bocor dengan sengaja.
[Pasti akan bagus…]
Ketika aku melihat ke atas, dia menyipitkan matanya dan memberikan tatapan seolah-olah dia melihat sesuatu yang mempesona.
Itu adalah tatapan kecemburuan dan kekaguman, dipadukan dengan rasa rindu.
Hatiku sakit saat melihatnya menurunkan alis matanya dengan cara yang agak miring. Entah mengapa aku tidak ingin melihatnya seperti ini.
Mungkin saja dia tidak pernah ke sana bersama teman-temannya. Atau mungkin saja ada alasan lain mengapa dia tidak dapat pergi.
Bagi dirinya, sepertinya Hatsumode di malam hari adalah sesuatu yang dia ingin lakukan dan rindukan.
Aku sendiri tidak memiliki rencana tertentu pada Hari Tahun Baru, tetapi aku akan pergi bersamanya jika dia mau.
Dia sudah sangat baik padaku, dan aku ingin setidaknya harapan sepele itu.
[Apakah kamu ingin pergi ber-Hatsumode denganku.]
[Apakah itu tidak apa-apa!?]
Dia tampak terkejut oleh komentarku dan mengedipkan matanya.
[Iya, itu tidak apa-apa. Mari kita pergi pada malam hari. Itu akan lebih gelap di malam hari, jadi itu akan sedikit lebih jelas jika kita bersama.]
Jika kami tertangkap basah, kalau begitu ya sudah. Jika aku bisa melihat wajahnya cerah, aku tidak akan keberatan.
Jika aku bisa membuat harapannya menjadi kenyataan, itu adalah harga kecil yang harus dibayar.
[…Terima kasih]
Matanya menyala dan dia menunduk. Selagi berterima kasih padaku, mulutnya rileks dan senyuman lembut muncul di wajahnya.