(Ya ampun… Ini bukan aku tidak menyukai ini, aku malah sebenarnya senang, tetapi hatiku….)
Di sebelahku, Saito dengan bahagia memberi tahuku tentang hal-hal yang dia anggap menarik tentang buku itu, tetapi aku terlalu asyik dengan sesuatu yang lain.
Aku tidak dapat memperhatikan karena bahu kami saling menempel, dan aku tidak dapat berkonsentrasi dengan apa yang dia bilang.
Jika seseorang dari lawan jenis menyentuhmu, terutama jika itu adalah seseorang yang kamu sukai, kamu akan menyadarinya.
Aku begitu gugup sehingga aku tidak bisa tetap tenang.
Aku meliriknya dan melihatnya berbicara dengan pipinya yang berwarna sedikit merah.
Fakta bahwa dia menjadi lebih dekat denganku meskipun dia nyatanya malu membuatku bahagia yang tak bisa digambarkan. Aku merasa sedikit panas, dan saat aku menyisingkan lengan bajuku, membuka lenganku untuk melepaskan panas, suara di sebelahku terhenti.
Aku penasaran dengan diamnya yang tiba-tiba, dan ketika aku menatapnya, dia menatap ke arah lenganku dengan tertarik.
[Ada apa?]
[?! Ah, emm…]
Ketika aku memanggilnya, dia menggeleng seolah-olah terkejut. Tatapannya berkeliaran dengan tidak sabar.
[Hm?]
[Le-Lengan Tanaka-kun sangat berotot, seperti lengan cowok.] (TL Note: Terus si Tanaka cewek gitu, wkwk.)
Dia bergumam dalam diam, wajahnya menatap ke bawah dengan rasa malu.
Mungkin saja ini adalah pengalaman yang baru baginya untuk melihat lenganku, yang biasanya tersembunyi oleh lengan bajuku. Aku rasa itulah mengapa dia begitu tertarik pada bahuku.
[Benarkah? Ah, dibandingkan dengan bahu cewek, aku rasa bahuku memang begitu.]
[Be-Begitulah, bolehkah aku menyentuhnya…?]
Ketika aku penasaran apakah itu benar-benar sebegitu menariknya, dia tersipu malu dan ragu-ragu menanyakan sesuatu yang memalukan.
[…Eh?]
Aku terdiam dalam menghadapi sesuatu yang begitu tidak terduga.
[Ti-Tidak, itu tidak apa-apa jika kamu tidak mau…]
Aku terdiam dan tidak membalas untuk waktu yang lama. Dia pasti mengira aku tidak menyukai itu, jadi dia menundukkan wajahnya.
[Tidak, tidak… Bukannya aku membenci itu…]
[Kalau begitu, bolehkah aku?]
[I-Iya…]
Tidak ada alasan bagiku untuk menolak, dan aku melihatnya begitu depresi, itu membuat hatiku sakit.
Aku tidak keberatan disentuh oleh orang yang aku suka, dan aku ingin merespons permintaannya sebanyak mungkin sebagai langkah untuk membalas budi.
Aku mengulurkan lenganku dengan gugup, dan selagi dia menyentuhnya dengan malu-malu, telinganya menjadi merah.
Ujung jarinya yang indah, mulus dan putih membelai kulit itu. Dia menyentuhku dengan hati-hati, seolah-olah menangani benda yang rapuh, dan memeriksa bagaimana lenganku terasa.
Aku merasa gatal saat aku disentuh. Caranya mengusapkan jarinya di bawah lenganku agak sensual dan membuatku merasa aneh. Bukannya melakukan sesuatu yang m*sum, tetapi aku merasa seperti melakukan sesuatu yang tidak bermoral…
Selain itu, aku belum pernah mendapati seseorang dari lawan jenis menyentuhku sambil menatap secara intens ke arahku, jadi aku merasa sedikit malu.
Aku mengulurkannya sejenak, tetapi kemudian aku tidak dapat menahannya lagi dan menanyakannya.
[Hei, ini terasa geli… Bukankah ini sudah cukup?]
[Ah, iya, ini sudah cukup.]
Dia terdengar sedikit terkejut, seolah-olah dia keasyikan. Namun, dia melepaskan lenganku sambil terlihat agak sedih.
Aku menghela napas lega, akhirnya terlepas dari tegangnya disentuh. Aku menyadari bahwa bahuku secara tidak sadar menegang.
[Bagaimana itu?]
[Iya… Tidak seperti lenganku, itu agak berotot dan memiliki rasa yang berbeda. Ada banyak perbedaan daripada yang aku kira… Dan aku sedikit gugup karena Tanaka-kun juga adalah seorang pria…]
Dia melihat ke arahku dengan matanya agak turun dengan rasa malu. Pipinya sedikit memerah dan dia tersenyum sambil melihat. Dia bergumam dengan suara yang kecil dan malu-malu.
[A-Ah, begitu ya…]
Aku tidak dapat menatap ke arah senyuman yang begitu menarik dan perlahan berpaling.