Tentu saja, berpegangan tangan dengan Saito, salah satu dari orang-orang yang paling terkenal di sekolah, tidak akan luput dari perhatian. Bahkan terakhir kali kami pergi ke kuil untuk ber-Hatsumode menyebabkan cukup banyak keributan, jadi tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah keributan kali ini akan lebih banyak dari yang terakhir kali.
Sehari setelah kami berpegangan tangan, rumor menyebar ke seluruh sekolah. Tetapi mengejutkannya, rumor tentangnya telah mereda sekitar 3 hari berikutnya. Aku penasaran apa yang terjadi, tetapi aku senang itu sudah berhenti.
Saat aku menghela napas lega, Ichinose menghampiriku dengan wajah menyeringai dan bahagia.
[Hei hei, ada rumor yang beredar kalau Saito-san ketahuan berpegangan tangan dengan seorang cowok dari sekolah kita saat perjalanan pulangnya.]
[Terus mengapa?]
[Itu kamu kan, Tanaka-kun?]
[Tidak, itu bukan aku.]
Ichinose memiliki kecurigaan padaku sebelumnya, itu pasti alasan mengapa ia menghampiriku. Aku membantahnya, tetapi ia sama sekali padaku, dan matanya bersinar dengan tekad seolah-olah ia sangat yakin.
[Mungkin itu karena ada orang misterius yang dirumorkan kemarin dan kalian pulang bersama, karena kamu mengkhawatirkan itu, kan? Dan sebagai hasilnya, kamu berpegangan tangan dengannya.]
[Ba-Bagaimana kamu bisa…]
Aku tidak bisa apa-apa selain terkejut ia telah menebak dengan tepat apa yang sebenarnya telah terjadi. Ichinose tertawa geli.
[Fufufu, aku ini kan sang ahli cinta. Aku bisa melihat menembusmu. Kamu adalah orang yang sangat terlibat dengan Saito-san, dan dia sedang dalam suasana hati yang baik dan semangat yang tinggi akhir-akhir ini. Dan mempertimbangkan fakta bahwa dia berpegangan tangan dengan seseorang di lain hari, memang mudah ditebak kalau itu adalah kamu.]
[Kamu… kamu telah mengamati sebanyak itu?]
[Benar, iya. Mengamati adalah hobiku. Jika seseorang yang aku kenal menggunakan penyamaran, aku yakin aku bisa menyadarinya secara langsung. Cara mereka bergerak, nada bicara mereka, suasananya. Itulah bagaimana caranya aku bisa mengenali siapa mereka.]
Aku tidak bisa apa-apa selain merasakan keringat yang bercucuran di wajahku, seolah-olah ia bisa melihat menembusku. Ketika aku mengerutkan kening karena khawatir, Ichinose melonggarkan ekspresinya.
[Tidak perlu terlalu khawatir. Aku ingin hubungan ini berjalan mulus. Aku hanya ingin membantumu melakukannya. Jika kamu ingin mengobrol tentang kehidupan cintamu, aku dengan senang hati akan membantumu.]
[Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak akan meminta bantuan Ichinose. Ditambah lagi, aku sudah memiliki seseorang untuk diajak bicara.]
[Eh, siapa? Teman sekelas?]
[Tidak, itu….]
Aku tidak bisa memberi tahunya kalau dia adalah senpai-ku di pekerjaan paruh waktuku. Aku bekerja paruh waktu, dan itulah apa yang aku sembunyikan.
Ia sepertinya menyadari kalau aku mengalami kesulitan dalam mengatakannya dan dengan ringan menepisnya.
[Ah, jika itu sulit untuk dikatakan, tidak masalah. Aku hanya akan melakukan sesuka hatiku.]
[Sesuka hatimu?]
[Hanya melakukan hal-hal yang tidak melibatkan kalian berdua secara langsung. Seperti, sebagai contoh, memastikan kalau rumor-rumor itu tidak bertahan terlalu lama, kamu tahu?]
[Kamu bisa lakukan itu?]
Ketika aku menatapnya sambil bertanya-tanya, ia menjelaskannya dengan bahasa yang apa adanya.
[Jika rumor yang lebih besar tersebar, itu akan menghilang secara alami. Terutama jika rumor itu ternyata benar adanya.]
[Ahh, itu pasti tentang pacarmu, ya?]
Ia menjelaskannya padaku dan aku paham. Memang benar kalau Ichinose punya seorang pacar, persis seperti rumor tentang Saito. Terlebih lagi, kali ini gadis yang dicap adalah seorang senpai yang terkenal di sekolah, jadi itu adalah topik yang agak panas saat ini.
[Iya, itulah apa yang aku bicarakan. Berkat hal itu, rumor tentang Saito-san mereda. Begitulah, aku rasa itu tidak ada banyak gunanya bagiku untuk melakukan sesuatu tentang itu.]
[Apa maksudmu?]
[Eh? Kamu tidak tahu? Ada seseorang yang menanyakan Saito-san secara langsung. [Apakah kamu berpacaran dengan cowok itu?]. Begitulah, memang tidak sulit untuk memahami alasan mengapa mereka panik karena seorang pesaing tiba-tiba muncul entah dari mana.]
[Begitu, ya.]
Aku rasa itulah yang akan terjadi ketika kamu sepopuler itu.
[Jadi Saito-san membantahnya dengan sikap yang dingin. “Rumor itu sangat mengganggu, jadi tolong hentikan.” dia juga bilang begitu.]
[Heeh, begitu ya.]
[Iya, itulah alasan mengapa rumor-rumor itu mereda. Setidaknya sampai ke titik di mana itu sulit untuk dibicarakan di kelompok berskala besar.]
Aku bisa membayangkan mengapa dia membantahnya dengan sangat kuat. Setelah berada di sekitarnya, memang mudah untuk memahami kalau dia tidak menyukai rumor-rumor dan hal-hal yang dibicarakan di belakangnya.
[…Sekali lagi, mengapa Ichinose bertindak sejauh itu?]
Itulah yang paling membuatku penasaran. Memang benar kalau cowok ini telah memberikan banyak nasihat cinta kepada orang-orang, dan aku telah melihatnya senang melakukan hal itu. Ia juga seseorang yang pantang menyerah pada orang-orang yang membutuhkan bantuan. Namun, aku tidak kepikiran alasan apapun mengapa ia akan membantuku ketika aku tidak terlalu terlibat dengannya.
[Karena itu tampak menarik…. tidak bekerja ya.]
Ketika aku menatapnya dengan mata yang serius, Ichinose menghapus senyuman sombongnya, mengangkat bahunya dan menghela napas kecil.
[Iya, aku rasa kamu bisa bilang kalau ini karena aku ingin. Selain daripada itu, itu rahasia.]
Aku rasa Ichinose memiliki rahasianya sendiri. Ia mengacungkan jarinya dan memasang ungkapan “Syyt.”, itu mungkin imut jika itu seorang gadis yang melakukannya, tetapi itu sama sekali tidak imut ketika seorang b*jingan yang melakukannya.
[Jangan lakukan itu, bahkan jika kamu pikir itu imut. Itu menjijikkan.]
[Kamu buruk sekali.]
Ketika aku memberinya komentar yang buruk, sekilas pemikiran batin Ichinose terlihat sejenak, dan ia tertawa dengan gembira tanpa perhatian khusus.