“Wah… rasanya enak banget.” (Kazuto)
Setelah menyelesaikan makan siang ku , aku pergi kekamar mandi di rumah Rinka.
Biarkan aku memberitahu mu sesuatu.
Aku tidak datang ke kamar mandi untuk muntah.
Aku hanya ingin melakukan hal kecil.
Aku keluar dari kamar mandi setelah mencuci tangan.
Dan ketika aku ingin kembali ke Rinka, ponsel ku berdering.
…… Sudah berapa kali hari ini?
Maaf untuk mengatakannya, tapi saranmu sama sekali tidak berguna, Kurumizaka-san.
“Yah, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja………….
Halo?” (Kazuto)
“Ah, Kazu-kun. Apa yang terjadi di sana sekarang?” (Nana)
“Aku baru saja menghabiskan semangkuk nasi goreng yang memiliki sesuatu yang istimewa di dalamnya.” (Kazuto)
“Sesuatu yang istimewa, apa itu?” (Nana)
“Aku juga ingin tahu tentang itu……. Tidak, aku benar-benar tidak ingin tahu.” (Kazuto)
Setelah kau tahu, mungkin tidak ada jalan untuk kembali.
Mari kita mengingatnya sebagai nasi goreng yang sangat enak.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” (Nana)
“Yah……. Aku tidak ingin keluar sekarang, jadi aku mungkin hanya tinggal di rumah ini.” (Kazuto)
“Tidak~. Berapa lama aku harus berada di belakang tiang telepon?” (Nana)
“Kenapa kau tidak pulang saja? Kau tidak melakukan apa-apa di sana, kan?” (Kazuto)
“Uuu. Aku ingin melakukan sesuatu yang akan membuat Rin-chan bahagia, meski hanya sedikit. Tolong bekerja sama denganku.” (Nana)
“…… Sudah lama aku ingin menanyakan ini padamu, kenapa kau bekerja begitu keras demi Rinka, Kurumizaka-san?” (Kazuto)
“Itu ……” (Nana)
“Kau melakukannya bukan hanya sebagai teman. Dan itu juga bukan hanya untuk bersenang-senang.” (Kazuto)
“……” (Nana)
Keheningan berat melayang dari ponselku.
Lagipula, sepertinya ada sesuatu.
Aku sudah merasakan keputusasaan dalam tindakan Kurumizaka-san untuk beberapa waktu sekarang. Tidak peduli berapa banyak energi yang dia miliki, itu terlalu banyak.
……Yah, jika itu kepribadiannya, aku tidak bisa mengatakan apa-apa tentang itu.
“Sebenarnya, akulah yang mengajak Rin-chan menjadi idola.” (Nana)
“Jadi begitu, ya.” (Kazuto)
“Ya……. Tapi kau tahu, aku membuat Rin-chan melewati masa yang sangat sulit.” (Nana)
“Itu bukan salahmu, Kurumizaka-san. Lagi pula, kalian berdua sudah sukses sekarang.” (Kazuto)
“Itu tidak benar. Jika bukan karena Kazu-kun, aku yakin Rin-chan akan hancur. Aku merasa semua tanggung jawab ada padaku……. Aku membuat Rin-chan menderita dengan melibatkannya untuk mewujudkan impian ku sendiri.” (Nana)
Ini bukan nada suaranya yang ceria seperti biasanya.
Aku bisa merasakan rasa bersalah yang menyakitkan datang dari kata-kata Kurumizaka-san.
Aku tidak tahu masa lalu keduanya.
Beberapa minggu yang lalu, aku bertanya kepada Rinka tentang kapan dia mulai bekerja sebagai idola.
Tapi Rinka terang-terangan mengalihkannya ke topik lain.
Bahkan aku, yang seperti ini, bisa tahu.
Pasti masa lalu yang tidak ingin dia bicarakan.
Dan itu sama untuk Kurumizaka-san.
“Jadi, jika itu demi Rin-chan, maka aku akan――――” (Nana)
“Ah! Itu Kurumizaka Nana-chan, kan?”
“Kau benar! Astaga, dia sungguhan! ……Kenapa kau berpakaian seperti itu?”
Suara-suara yang tampaknya seperti wanita biasa terdengar.
Sepertinya identitas Kurumizaka-san telah terungkap.
“Nana-chan! Aku penggemarmu! Tolong jabat tanganku!”
“Eeeh!? T-tidak, itu…… Ahahaha.” (Nana)
“Kenapa kau berpakaian serba hitam? Apakah kau kembali dari semacam acara?”
Seorang penggemar wanita biasa sepertinya tidak bisa menghentikan kegembiraannya. Tentu saja.
Bagaimanapun, dia bertemu dengan center dari grup idol paling populer di dunia.
“Eh, Nana-chan ada di sini?”
“Kudengar Kurumizaka Nana dari StarMines menyelinap di balik tiang telepon!”
Keributan semakin menjadi-jadi.
Suara-suara yang datang dari ponselku semakin keras.
“Kurumizaka-san, kau baik-baik saja?” (Kazuto)
“Haha, terima kasih sudah mengkhawatirkan ku~…………. Aku pikir aku sedikit tidak baik-baik saja. ” (Nana)
“Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan, tapi haruskah aku pergi membantumu?” (Kazuto)
“Tidak. Kazu-kun, kau tinggal bersama Rin-chan.” (Nana)
“Tapi……” (Kazuto)
“Aku baik-baik saja! Tolong jaga Rin-chan ya!” (Nana)
Bip!
“……” (Kazuto)
Aku menatap ponsel ku, yang telah terputus, dan aku diselimuti perasaan yang tak terlukiskan.
“Kurumizaka-san……dia tidak memberiku nasihat yang baik sampai akhir.” (Kazuto)
Yah, mari kita berharap dia bisa mengatasi keributan dengan aman. Hanya itu yang bisa saya lakukan.
□
“Maaf membuatmu menunggu. Apakah ada yang ingin kau lakukan?” (Kazuto)
Aku datang ke kamar Rinka dan bertanya siapa yang duduk di tempat tidurnya.
“Yang ingin ku lakukan, ya? ……. Aku tidak keberatan apapun asalkan aku bisa bersama Kazuto-kun……” (Rinka)
“A-aku mengerti……” (Kazuto)
Dia mengatakannya secara langsung sehingga aku merasa malu hanya dengan mendengarnya.
Jika kita resmi menjadi kekasih, apa yang harus kita lakukan dalam situasi ini?
……Lagi pula, apakah itu hal seperti itu atau hal itu?
Aku sangat fokus pada perencanaan di luar sehingga aku belum memikirkan polanya jika kita pindah ke rumah.
“Aku akan jujur padamu. Aku ingin bercumbu denganmu, Kazuto-kun.” (Rinka)
“Itu terlalu jujur ……!” (Kazuto)
(TLN : WTF??? )
Meskipun dia akan tersipu jika aku memegang tangannya, namun dia luar biasa dengan pernyataannya.
Aku pikir, tapi pipi Rinka samar-samar diwarnai bunga sakura.
Meski begitu, tidak merusak suasana sejuk yang dimilikinya.
“‘Kazuto-kun, kau merasakan hal yang sama denganku, kan? Meskipun itu saran Nana, kau mengajakku berkencan.” (Rinka)
“……Jadi kau tahu itu, ya.” (Kazuto)
“Daripada ‘tahu’, kupikir ‘memperhatikan’ adalah kata yang tepat. Lagi pula, Nana mengikuti kita berkeliling dengan pakaian yang aneh.” (Rinka)
Semuanya tampak benar-benar terlihat.
Aku cenderung melupakan ini karena perilaku istri yang biasa, tetapi Rinka asli adalah idol keren yang berperilaku dingin dan sempurna.
Sulit untuk menipu mata Rinka hanya dengan aku dan Kurumizaka-san.
“Mungkin, kau membawaku ke rumahmu untuk menghindari Kurumizaka-san?” (Kazuto)
“Itu juga salah satunya. Aku ingin Kazuto-kun memakan makanan buatan rumahku, selain itu, tidak mungkin bisa berkonsentrasi pada kencan jkita ika Nana mengikutinya dengan pakaian aneh itu.” (Rinka)
“Memang.” (Kazuto)
“Akan menyenangkan jika kita bertiga bisa hang out bersama, tapi ………… aku yakin bukan itu yang kalian berdua kejar, kan.” (Rinka)
“……Iya.” (Kazuto)
Seberapa jauh kau melihat nya?
Idol keren ini, menakutkan……!
“Itulah mengapa Kazuto-kun…… Apa kau ingin melakukan sesuatu seperti pasangan suami istri?” (Rinka)
“――――” (Kazuto)
Rinka, dengan matanya yang mempesona, bangkit dari tempat tidur dan bersandar di dadaku.
Dia agresif seperti biasanya dalam hal menyerang.
Tapi aku belum menyatakan cintaku padanya.
“Itu benar, Rinka! Aku sudah lama ingin menanyakan sesuatu padamu.” (Kazuto)
“…… Apa yang ingin kau tanyakan?” (Rinka)
Bibir Rinka cemberut kesal karena diinterupsi.
Raut wajahnya yang sedikit pemarah juga lucu.
……Lalu, apa yang harus ku lakukan?
Itu adalah sesuatu yang saya katakan untuk mengembalikan tempat itu ke jalurnya, tetapi pada kenyataannya, tidak ada satu hal pun yang ingin ku tanyakan.
Apakah ada, atau tidak ada …… tidak, ada satu.
Aku memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang ku miliki ketika aku datang ke ruangan ini sebelumnya.
“Rinka. Apa yang ada di lemari itu?” (Kazuto)
“Kenapa …… kau menanyakan itu padaku?” (Rinka)
“Suatu hari, ketika Nonoa-chan pulang, kau membuatku bersembunyi di tempat tidur, kan? Tapi jika kau benar-benar tidak ingin aku ketahuan, bukankah lebih baik menyembunyikanku di lemari?” (Kazuto)
Pada akhirnya, aku tetap ketahuan, tetapi lemari adalah satu-satunya tempat kubisa menemukan tempat yang cocok untuk bersembunyi.
Gadis cerdas seperti Rinka harus memahami ini.
“Alasan kenapa kau repot-repot mendorongku ke tempat tidur …… Aku hanya ingin tahu apakah ada sesuatu di lemari.” (Kazuto)
“………… Ada, itu. Saat Kazuto-kun melihat, aku punya sesuatu yang tersembunyi di lemari.” (Rinka)
“sesuatu?” (Kazuto)
“Em.” (Rinka)
Rinka mengangguk dengan ekspresi misterius di wajahnya.
“Itu membuatku penasaran ketika kau mengatakannya seperti itu.” (Kazuto)
“…… Aku tidak ingin menunjukkannya terlalu banyak. Jika aku menunjukkannya pada Kazuto-kun, kau pasti akan menganggapku gadis yang aneh.” (Rinka)
“Itu tidak benar. Aku akan menerima apapun yang Rinka lakukan.” (Kazuto)
“Betulkah?” (Rinka)
Aku mengangguk percaya diri pada Rinka, yang ingin memastikan.
“… Aku mengerti. Akan kutunjukkan padamu.” (Rinka)
Rinka berjalan menjauh dariku dan menuju lemari.
Dia meletakkan tangannya di pegangan lemari, melirikku sekali, dan dengan ragu membukanya.
“……” (Kazuto)
Baju-baju di lemarinya cantik-cantik, mulai dari baju santai hingga kostum idola.
Tidak ada yang salah di dalam…….
Tunggu, ada empat boneka kain di bawahnya.
Mereka sedikit lebih kecil dari kepala manusia.
Boneka-boneka itu terlihat familier bagi ku.
Tidak, bukan hanya karena mereka terlihat akrab.
Jika kau melihat ke cermin, kau akan selalu melihat pantulan …….
Ya, itu aku.
Ada empat boneka lucu dari Ayanokouji Kazutoduduk dengan bangga di lemari Rinka.
“I-ini adalah……?” (Kazuto)
“Boneka Kazuto-kun.” (Rinka)
“……” (Kazuto)
Aku tetap diam saat melihat keempat boneka Kazuto-kun yang dibuat dengan manis.
Apakah mereka dibuat oleh Rinka sendiri?
Meskipun aku subjeknya, aku dapat mengatakan bahwa mereka dibuat dengan sangat baik.
“Itu, kau tahu. Aku selalu memeluk boneka Kazuto-kunku setiap kali aku pergi tidur……” (Rinka)
“O-oh.” (Kazuto)
“Baru-baru ini, keinginan untuk memeluk lebih banyak boneka Kazuto-kun telah berkembang…………. Bahkan Kazuto-kun, seperti yang diharapkan, akan marahkan, kan?” (Rinka)
Rinka bertanya padaku dengan takut, wajahnya merah dan dia terlihat malu saat dia gelisah dengan tangan kiri dan kanannya terjalin.