“Dengan ini kita sudah mendapatkan hasil ujian terakhir kita, tapi……”
Setelah kelas selesai, kami mengelilingi tempat duduk Aoi-san dan menahan napas.
Hasil tes Aoi-san sejauh ini semuanya terhindar dari nilai merah.
Tln : nilai merah disini artinya nilai gagal, bukan semata-mata karena pakenya bolpen merah
Meskipun nilainya dalam semua mata pelajaran tidak mencapai rata-rata, namun nilainya mencapai nilai minimum. Meskipun kami mengadakan kamp belajar, fakta bahwa Aoi-san mampu mencapai hasil yang begitu baik dalam waktu belajar yang singkat adalah hasil dari kerja kerasnya.
Dan hanya hasil ujian ini yang tersisa.
Meskipun bisa menghindari nilai merah dalam mata pelajaran lain, namun menghindari nilai merah dalam semua mata pelajaran adalah hal yang diinginkan jika ingin membuat kesan yang benar-benar baik pada guru.
“Aoi-san……bagaimana?”
“Aoi-san……bagaimana?”
Izumi bertanya dengan menggenggamkan tangan seakan sedang berdoa.
Kemudian, Aoi-san mengangkat hasil ujian tersebut seolah untuk menyembunyikan setengah wajahnya.
“Ooohh……”
Nilai yang ditulis dengan warna merah adalah enam puluh tiga poin—
“Yeay!”
Izumi berteriak kegirangan dan memeluk Aoi-san.
Siswa-siswi di sekeliling kami kaget dengan suaranya yang terlalu keras, tapi aku juga ingin menangkatkan suaraku.
“Kamu berhasil, Aoi-san!”
“Terima kasih. Ini berkan kalian.”
Aoi-san menunjukkan ekspresi lega saat dia memeluk Izumi.
Aku dan Eiji juga merasakan hal yang sama, dan kami menghembuskan nafas panjang, mungkin karena kami merasa lega.
“Kamu benar-benar sudah bekerja keras, Aoi-san. Semoga hal ini akan mengubah kesan sensei padamu.”
“Pasti akan berubah bahkan jika mereka tidak menyukainya. Mereka memiliki siswa yang mendapat nilai merah dalam hampir semua mata pelajaran di ujian tengah semester mereka, dan sekarang dia mendapat nilai tinggi ini.”
Mendengar kata-kata Eiji, aku sangat berharap itu yang terjadi.
Kemudian Izumi berbicara masih sambil memeluk Aoi-san.
“Berbicara tentang kesan sensei, aku mendengar kalau kepala panti asuhan yang kita kunjungi sebelumnya menghubungi sensei yang menemani kita, memintanya untuk menyampaikan terima kasih pada Aoi-san.”
“Seriusan?”
“Aoi-san, untuk menepati janji yang kamu buat pada seorang gadis saat itu, beberapa kali kamu menyempatkan diri untuk pergi dan menemuinya, kan? Kepala fasilitas dan yang lainnya mendengar tentang hal itu dan menelepon sensei untuk berterima kasih kepadamu.”
“Begitu ya……”
Seperti yang diduga, dia menemuinya.
“Dengan ini, kita sudah mencapai sebagian besar tujuan yang kita pikirkan di awal, bukan?”
“Benar juga.”
Seperti yang dikatakan Izumi, hampir……tidak, kupikir itu berjalan lebih baik dari yang kubayangkan.
Meskipun kami berusaha keras untuk mewujudkannya, namun ada rasa pencapaian yang berbeda saat hal ini terbentuk.
Selama liburan musim panas, Izumi memberikan kesempatan untuk pergi bermain dengan sekelas kami, dan ada kegiatan sukarelawan setiap hari Minggu. Tidak ada kekhawatiran bahwa libur panjang akan menghancurkan apa yang telah dibangun, seperti yang selama ini dikhawatirkan.
Jika ada satu hal yang belum kami selesaikan di semester pertama, itu adalah satu hal.
Itu adalah masalah tempat tinggal Aoi-san—
Kami masih belum bisa menemukan solusi untuk masalah ini, tapi kami tidak bisa mengatakan bahwa kami tidak punya pilihan. Mulai sekarang, persoalannya adalah bagaimana mengumpulkan informasi tentang nenek Aoi-san, tapi untuk saat ini, mari kita lepaskan saja dulu dan bergembira.
“Pokoknya, dengan ini kamu sudah terhindar dari kelas tambahan musim panas, ya!”
“Itu benar.”
“Kalau begitu, ayo kita adakan pesta!”
“Pesta katamu, kita sudah pergi ke pemandian air panas sebelumnya, lho.”
“Itu adalah pesta setelah ujian, kali ini adalah pesta hasil ujian.”
Izumi berkata dengan memamerkan ekspresi puas di wajahnya.
“Aku merasa kalau kau hanya ingin membuat keributan.”
“Aku tidak menyangkalnya, tapi tidakkah kamu ingin merayakannya?”
Yah, aku setuju dengan itu.
Jika upaya itu membuahkan hasil, aku ingin merayakannya.
Ketika kupikir mungkin Aoi-san bahkan belum pernah memiliki kesempatan untuk melakukan itu sebelumnya, aku jadi ingin merayakannya. Sampai-sampai aku berpikir untuk membeli semua puding dalam perjalanan pulang.
“Kalau begitu, sepulang sekolah hari ini, bagaimana kalau di rumah Akira-kun?”
“Ya. Aku juga punya sesuatu yang ingin kubicarakan dengan kalian, jadi ini sempurna.”
“Sudah diputuskan♪”
Dengan ini, pesta kedua diputuskan di rumahku sepulang sekolah.
Sambil menyaksikan mereka bertiga yang bergembira itu, aku memikirkan tentang apa yang harus kulakukan selama liburan musim panas.