DOWNLOAD NOVEL PDF BAHASA INDONESIA HANYA DI Novel Batch

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi Volume 2 Chapter 3 Bahasa Indonesia

Bicara Soal Musim Panas, Pasti Tentang Resor Musim Panas

 

Kemudian datanglah tanggal 1 Agustus. Pada pagi hari kami berangkat ke vila—

Kami janjian pada pukul 10 di depan gerbang tiket stasiun.

Dibutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke stasiun terdekat dengan kereta, dan dari sana dibutuhkan sekitar 30 menit untuk berganti ke bus untuk sampai ke daerah pegunungan tempat vilanya berada, jadi jika semuanya berjalan lancar, kami akan sampai di sana pada jam 12, bahkan jika kami beristirahat ditengah jalan.

Kami sudah membeli tiket kami dan sedang menunggu Eiji dan Izumi datang, tapi…….

Ketika aku melihat layar ponselku, waktu tepat menunjukkan pukul sepuluh.

“Izumi-san dan Eiji-kun, mereka belum datang juga, ya.”

“Ya……Yah, kurang lebihnya aku bisa menebaknya.”

“Izumi sama seperti biasanya ya. Karena sudah sangat biasa, sebaliknya aku malah tenang.”

Kami bertiga yang bisa menebak situasinya tersenyum pahit.

Singkatnya, kesimpulannya adalah Izumi pasti ketiduran.

Izumi sangat payah di pagi hari sampai-sampai dia akan terlambat ke sekolah kalau Eiji tidak pergi membangunkannya setiap pagi.

Menurut Eiji, karena dia tidak bangun sampai lewat tengah hari pada hari libur, dia terlambat satu jam untuk kencan. Baru-baru ini, mereka tidak menetapkan waktu pertemuan dan Eiji menjemput Izumi di rumah setelah dia bangun.

Aku belum pernah mendengar tentang pasangan yang seperti itu, tapi kalau orangnya sendiri tidak keberatan, maka itu tidak apa-apa.

Namun, ada kami juga hari ini. Saat aku membayangkan bahwa Eiji mungkin dengan terburu-buru membangunkan Izumi sekarang, sebuah pesan masuk ke ponselku pada waktu yang tepat.

Aku membuka pesan dan benar saja.

《Maaf……sepertinya dia terlalu bersemangat tadi malam jadi dia tidak bisa tidur. Dia baru saja bagun.》

Aku ingin mengatakan, ‘Apa kau anak SD yang akan berangkat karyawisata?’

Tapi aku menjawab pada Eiji, 《Tidak perlu terburu-buru, datang saja dan hati-hati dijalan,》 dan meletakkan ponselku.

“Izumi ketiduran jadi mereka akan terlambat sekitar satu jam.”

Aoi-san tersenyum pahit dan Hiyori terlihat sudah terbiasa dan tidak terkejut.

“Ingin pergi ke kedai kopi untuk menghabiskan waktu?”

“Ya. Mari kita lakukan itu.”

Kami pindah ke kedai kopi di stasiun sambil menarik koper kecil kami.

Kami memesan minuman yang kami suka, duduk di konter dekat jendela dan menunggu mereka berdua sambil melepas dahaga.

“Mungkin kita seharusnya bertemu lebih awal. Dengan begitu, bahkan jika terlambat, kita sudah bisa berangkat saat ini.”

Aoi-san mungkin sedang memikirkan Izumi dengan caranya sendiri.

Memang benar seperti yang dikatakan Aoi-san, jika tahu dari awal kalau dia akan terlambat, maka kita harus bertemu lebih awal.

“Tapi, itu tidak semudah kelihatannya…….”

“Apa maksudmu?”

Aoi-san sedikit memiringkan kepalanya seperti biasa dan bertanya.

Omong-omong, gerakan yang lucu ini adalah pose favoritku.

“Aku tidak berpikir Aoi-san mengetahui hal ini, tapi dari dulu, ketika kami janjian dengan Izumi, kami memberitahukan waktu pertemuan satu jam lebih awal. Jika kami pergi jam sepuluh, kami katakan padanya jam sembilan. Dengan begitu, kami bisa datang tepat waktu.”

Aoi-san mengangguk dan berkata, “Ya, ya. Itu benar,”.

“Tapi, kami tidak pernah bisa berkumpul pada jam sepuluh. Bahkan hari ini, Eiji memberi tahu Izumi kalau kita akan berkumpul pada jam sembilan, tapi pada akhirnya, beginilah……”

“Begitu ya……”

“Di masa lalu, waktu terburuk Izumi ketiduran adalah saat darmawisata sekolah di SMP, dia ketiduran pada hari keberangkatan, jadi dia berangkat ke lokasi berkumpul dengan sensei setelahnya. Pada hari kedua dan ketiga, dia ketiduran lagi dan semua orang terlambat, dan pada hari terakhir, tentu saja, dia ketiduran dan pulang lagi berdua dengan sensei. Yang mengerikan adalah bahwa teman-teman sekelasnya sudah terbiasa dan menikmatinya, bukannya marah. Mereka bertaruh camilan apakah dia bisa bangun atau tidak besok.”

Omong-omong, aku bertaruh pada Izumi yang ketiduran sepanjang hari dan menghasilkan banyak keuntungan.

“B-Begitu ya……”

Kebiasaan ketiduran Izumi pasti lebih dari yang dia bayangkan.

Aoi-san kehilangan kata-kata, dipenuhi dengan rasa kekosongan dan tanpa ekspresi.

Omong-omong, ketika kami pergi ke kolam renang, Eiji sepertinya menjemputnya dua jam sebelum waktu pertemuan. Tidak seperti kereta, keberangkatan bus lebih sedikit dan jika kami melewatkannya, kami harus menunggu selama satu jam, jadi Eiji juga terburu-buru.

Seriusan, aku hanya bisa mengucapkan terimakasih atas kerja kerasnya.

Aoi-san juga orang yang payah di pagi hari, tapi dibandingkan dengan Izumi, dia lucu.

“Trik untuk janjian dengan Izumi adalah dengan tidak menentukan waktunya.”

Hiyori mengatakannya sambil meminum matcha latte-nya.

Dengan kata lain, tindakan balasannya sepertinya sama dengan Eiji dan bertemu saat dia bangun, tanpa menentukan waktunya.

Memang benar, setiap kali Hiyori pergi keluar dengan Izumi, Izumi selalu meneleponnya mengatakan, “Aku baru saja bangun!” dan Hiyori menjemput Izumi……Bukankah itu sudah tidak bisa disebut lagi janjian?

Omong-omong, Hiyori memanggil Izumi dengan namanya saja sejak tadi, tapi ini normal.

Tln : 呼び捨て/Yobisute, manggil orang ngga pake honorifik, kaya -san, -kun, -chan dll

“Yah, mari kita toleransi kalau hanya ketiduran. Izumi sudah melakukan banyak hal untuk kita.”

“Ya. Tentu saja.”

Sambil mengobrol seperti ini, kami menunggu mereka berdua.

Setelah menunggu beberapa saat, tiba-tiba kami melihat Izumi di balik jendela kaca.

Di belakang Izumi yang berlari ke arah kami, sambil melambaikan tangannya lebar-lebar, Eiji, yang terlihat lelah dari pagi hari, membawa dua tas jinjing. Terima kasih atas kerja kerasmu…….

Segera setelah Izumi masuk ke dalam toko, dia melompat dan memeluk Hiyori.

“Hiyori-chan, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu!?”

Izumi memeluk Hiyori seolah dia adalah seekor kucing.

Rasanya, kontak fisik ini sudah berlebihan.

“Lama tidak bertemu. Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu, Izumi?”

“Aku baik-baik saja, tapi aku sudah lama tidak melihatmu dan aku menderita kekurangan Hiyori-chan. Boleh aku menciummu sebentar?”

Tln : mencium disini, mencium pake hidung

Izumi tidak menunggu jawaban Hiyori, langsung membenamkan wajahnya di rambut halus Hiyori dan menarik napas dalam-dalam.

“Haaaaaaaaah……”

Aku melihat para pencinta kucing di situs web video yang membenamkan wajah mereka ke dalam kucing, menarik napas dalam-dalam dan mencoba memasukkan kucing ke dalam mulut mereka seolah memakannya, dan bagi Izumi, itu pasti perasaan yang sama.

Inilah yang dimaksud dengan menyayangi kucing, dan inilah yang dia lakukan setiap kali dia bertemu Hiyori.

Tln : ehm, agak susah jelasin bagian ini, Akira pake kata 猫可愛がり/Nekokawaigari, idiom yang artinya doting on someone/ menyayangi seseorang, neko sendiri artinya kucing dan sebelumnya Akira bahas tentang kucing, jadi begitulah

“Ah~ Aku sudah tenang…….”

Izumi mendapatkan kembali ketenangannya dengan ekspresi meleleh di wajahnya.

Hiyori juga sudah terbiasa dengan hal ini, dan tanpa perlawanan dia menepuk-nepuk kepala Izumi.

Adegan ini entah bagaimana membuatku berpikir bahwa Hiyori lebih tua darinya, tapi aku bisa mengerti hubungan di antara mereka, dengan Hiyori memanggil Izumi dengan namanya saja dan menepuk kepalanya seperti ini.

Aku tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah itu tidak apa-apa…….

“Ngomong-ngomong, Hiyori-chan, bagaimana rencana sebelumnya?”

“Jangan khawatir. Tidak ada kesalahan apapun. Aku akan membaginya denganmu nanti.”

“Seperti yang diharapkan dari Hiyori-chan. Sangat bisa diandalkan♪”

Aku tahu kalian berniat membicarakan itu dengan berbisik, tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.

Sebenarnya apa yang mereka bicarakan?

“Baiklah. Hiyori-chan selesai. Berikutnya adalah Aoi-san.”

“A-Aku juga?”

“Tentu saja♪”

Izumi memeluk Aoi-san seolah dia akan menyerangnya.

Izumi melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan dengan Hiyori pada Aoi-san.

“……Yang ini juga rasanya berbeda dengan Hiyori-chan.”

“Ah……Izumi-san, jangan……hnn!”

Aoi-san mengangkat bahunya terlihat geli, tapi Izumi menciumnya sebanyak yang dia bisa, tanpa mempedulikannya.

Aoi-san yang mati-matian menahannya dan Izumi yang dengan senang hati terus menciumnya.

Apa-apaan ini……tergantung pada bagaimana kau melihatnya, bisa dibilang ini tidak senonoh, atau perlu pembatasan usia, atau perlu adanya sensor, dengan kata lain, ini adegan yang sepertinya tidak boleh diperlihatkan kepada anak-anak.

Melihat Aoi-san menahan rasa malunya dan menggeliat, seperti yang dilakukannya di kolam renang, aku tidak bisa menahan perasaan bahwa sesuatu yang baru di dalam diriku terbangun.

“Musim panas ini adalah pertandingannya, jadi lakukan yang terbaik.”

“Y-Ya……aku akan melakukan yang terbaik.”

“Serahkan padaku dan Hiyori-chan, jadi jangan khawatir!”

Sudah kubilang, aku bisa mendengarnya dari tadi.

“Baiklah. Pengisian daya selesai! Maaf membuat kalian semua menunggu!”

Semangat Izumi meledak seolah dia akhirnya terbangun.

Aku tidak tahu apa yang mereka bertiga bicarakan, tapi ketika Izumi melakukan sesuatu yang tidak kumengerti, biasanya aman untuk mengasumsikan bahwa dia sedang merencanakan hal yang tidak-tidak.

Dengan firasat buruk, kami berangkat satu jam lebih lambat dari jadwal.

*

 

“Sampa~i!”

Terlambat satu jam dari yang direncanakan, setelah diombang-ambing di kereta—

Ketika kami tiba di stasiun terdekat dan melewati gerbang tiket, Izumi membuka tangannya dan berteriak dengan gembira.

“Kita hanya baru tiba di stasiun terdekat, bukan? Masih ada tiga puluh menit naik bus dari sini, terlalu cepat untuk bersorak seperti itu.”

“Ya, tapi ketika kamu datang ke tempat yang tidak kau kenal, bukankah kamu jadi ingin mengatakannya. Kan, Hiyori-chan.”

Izumi memeluk bahu Hiyori dengan lengan kirinya dan meminta persetujuannya.

“Ya. Akira hanyalah pria yang membosankan, jadi kurasa kamu tidak perlu memperdulikannya.”

Hei, Hiyori, bukankah kau sedikit terlalu kasar pada kakakmu?

“Ya, ya. Kamu juga berpikir begitu, kan, Aoi-san?”

Kemudian, kali ini, dia memeluk bahu Aoi-san dengan lengan kanannya dan meminta persetujuannya.

“Y-Ya……kamu benar.”

Izumi mengangguk puas dengan dua gadis cantik yang mendampinginya.

Aoi-san memberiku tatapan minta maaf sambil dipeluk Izumi.

Jangan khawatir, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, cukup temani Izumi saja.

“Meskipun begitu, ini benar-benar pedesaan…….”

Apa yang terhampar di depan kami adalah pemandangan yang khas pedesaan.

Stasiun ini sepi dan tidak berawak, tanpa gerbang tiket otomatis dan bangunan stasiun yang agak besar seperti rumah pabrikan. Peron dan tangganya sudah menunjukkan usianya, dan trotoarnya retak di beberapa tempat.

Di depan stasiun terdapat hutan atau mungkin bukit, dengan beberapa area perumahan di tengahnya.

Kami datang ke tempat yang luar biasa…….

“Eiji, di mana halte busnya?”

“Sekitar lima belas menit berjalan kaki akan membawa kita ke jalan prefektur. Sedikit lebih jauh, ada supermarket dan halte bus di sana. Aku berniat akan membeli bahan makanan di supermarket sambil menunggu bus.”

Ketidaknyamanan ini memang khas pedesaan, tapi mengeluh tentang hal itu tidak membantu apapun.

Eiji memimpin jalan menuju supermarket, membawa tas di tangan.

“Bagaimanapun, ini sangat panas ya……”

Matahari bersinar tanpa henti, bahkan di pagi hari, dan secara bertahap menguras staminaku.

Berbeda dengan Izumi, yang berjalan dengan penuh semangat berjalan didepan, Aoi-san memiliki ekspresi yang agak pahit di wajahnya.

“Aoi-san, kamu baik-baik saja?”

“Ya. Kurasa.”

Aku menawarkan Aoi-san air botolan yang kubeli di stasiun.

“Minum ini.”

“Apa tidak apa-apa? Terima kasih.”

Ketika aku membuka tutupnya dan menyerahkannya padanya, Aoi-san berdiri diam dan menghilangkan dahaganya.

“Terima kasih. Akira-kun, kamu juga sebaiknya minum.”

“Ya. Kamu benar.”

Ketika aku menerima botol dan membawanya kemulutku.

Tanpa sadar tanganku berhenti saat aku hendak meminumnya tanpa berpikir dua kali.

“Akira-kun, ada apa?”

“Ah, tidak……tidak ada apa-apa.”

Bagaimanapun, bukankah ini ciuman tidak langsung?!

Aoi-san tidak terlihat mengkhawatirkannya, tapi apa tidak apa-apa? Apa benar-benar tidak apa-apa?

Ini bukan seperti kita berada di sekolah dasar dan mungkin malah aneh untuk mengkhawatirkan setiap hal, tapi……pubertas adalah peristiwa besar bagi anak laki-laki SMA yang sensitif, dan membuat jantung mereka berdebar-debar.

Biasanya aku akan menahan diri karena malu, tapi hari ini sangat panas sampai-sampai aku takut terkena serangan panas. Ada kemungkinan besar bahwa jika aku tidak minum air, aku bisa berada dalam masalah serius.

Benar. Sebut saja, kekuatan musim panas yang tak bisa dihindari, banzai.

Memang benar ini adalah musim ciuman tidak langsung.

“H-Hidrasi itu sangat penting, ya~”

Saat aku hendak meminumnya sambil mengatakan itu, hanya untuk berjaga-jaga.

“Aku juga ingin minum.”

Hiyori mengulurkan tangan dari samping dan mengambil botol plastik dariku.

“Aaaaaaahhhhhhh!”

Tanpa sadar aku mengangkat suaraku dan bergema di jalan pedesaan ini.

Tangisan sedihku sia-sia dan Hiyori meneguk air dalam satu tegukan.

“Akira, ada apa?”

Eiji yang terkejut oleh teriakanku berbalik untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Eiji melihat apa yang sedang terjadi dan melemparkan botol plastik yang dipegangnya di tangannya.

“Aku sudah meminumnya, minumlah jika kau mau.”

“Terima kasih…….”

Tidak, bukan itu.

Yang ingin kuminum bukanlah air botol ini……tidak mungkin aku bisa mengataknannya.

Aku menghargai kebaikan Eiji, tapi berpikir bahwa pasangan ciuman tidak langsung pertama musim panas ini adalah laki-laki……aku merasa airnya anehnya asin (menangis)

Tln : 泣/naki, menangis, mungkin semacam emoticon kaya (笑/tertawa/tersenyum) yang bisa diartiin (lol) tapi aku gatau gimana ngartiin si 泣 ini, jadi kutulis apa adanya

Setelah itu, sambil berjalan dengan menahan air mata, kami segera tiba di sebuah supermarket.

Udara sejuk di dalam toko menyelimuti seluruh tubuhku dan mendinginkan tubuhku yang terbakar.

“Yang kita butuhkan hanya bahan makanan dan beberapa barang kebutuhan sehari-hari?”

“Ya. Kami sudah punya semua peralatan rumah tangga, jadi kita hanya butuh bahan makanan, barang kebutuhan sehari-hari, arang dan jaring untuk barbekyu. Lalu mungkin beberapa obat nyamuk untuk mengusir serangga.”

“Barbekyu!?”

Izumi bereaksi berlebihan dan berbalik.

“Eiji-kun, kita bisa barbekyu-an di vilamu!?”

“Ya. Halamannya luas dan kami juga punya pemanggang barbekyu.”

“Yosh. Malam ini, ayo langsung saja kita barbekyu-an!”

Tanpa perlu mendapatkan persetujuan semua orang, Izumi menyatakannya dengan lantang.

Yah, tidak ada juga yang menentangnya.

“Aoi-san, kamu juga menantikannya, kan♪”

“Aku menantikannya. Aku belum pernah barbekyu-an sebelumnya.”

“Benarkah?”

“Ya. Aku tidak pernah punya kesempatan melakukannya.”

Izumi pasti terkejut dan pada saat yang sama menyadari situasi keluarga Aoi-san.

“Oke……aku akan mengajarkanmu kegembiraan barbekyu dengan seluruh tenagaku!”

Izumi berbicara dengan kuat dengan wajah tegas.

Naik turunnya tensinya benar-benar terlalu tajam.

“Kalau sudah diputuskan begitu, aku, Aoi-san dan Hiyori chan akan bertanggung jawab atas bahan makanannya. Eiji-kun dan Akira-kun, kalian bertanggung jawab membeli semua hal lain yang kita butuhkan. Kalau begitu, kita bertemu lagi setelah selesai. Aoi-san, Hiyori-chan, ayo pergi!”

Izumi bergegas ke sudut bahan makanan sambil mendorong troli belanja.

Sambil melihat Aoi-san dan Hiyori yang berlari mengejarnya, Eiji dan aku juga mulai berkeliling toko dengan troli di tangan.

*

 

Setelah 30 menit berbelanja, kami naik bus menuju vila.

Kami telah membeli sejumlah besar bahan makanan dan barang kebutuhan sehari-hari, dan memiliki banyak barang bawaan karena kami akan tinggal selama dua minggu. Kami semua sudah penuh dengan koper dan tas belanja di kedua tangan.

Kami seharusnya mengirimkan koper kami ke vila.

Sambil berpikir seperti itu, setelah sekitar 30 menit bus diombang-ambing di jalan pegunungan—

Bus tiba di halte bus terdekat dengan area vila.

“Seperti yang diharapkan dari area vila, seperti berada di tengah alam…….”

Ketika kami turun dari bus, kami disambut dengan pemandangan hutan hijau yang lebat.

Kicau burung bergema entah dari mana dalam kehijauan yang terhampar di seluruh bidang pandang kami.

Udara di sini jauh lebih sejuk daripada di dataran, mungkin karena naungan yang disediakan oleh pepohonan, atau mungkin karena ketinggiannya yang tinggi. Suhunya mungkin berbeda hampir sepuluh derajat Celsius.

Matahari yang bersinar melalui pepohonan di atas kepala menyinari jalan dengan menakjubkan.

“Ayo pergi.”

Eiji membawa kami menjauh dari halte bus.

Segera setelah kami meninggalkan halte bus, kami melihat sebuah bangunan yang anehnya seperti kantor untuk area vila.

“Itu kantor manajemen area vila.”

“Kantor manajemen?”

“Pada dasarnya, ada perusahaan yang mengelola semua area vila seperti ini. Jika kau membayar mereka, mereka akan mengelola vila ketika pemiliknya tidak ada, menerima paket atas namamu, mengumpulkan sampah, dan lainnya. Perusahaan mengumpulkan biaya manajemen dari pemilik, dan perusahaan manajemen mengurus vilanya.”

“Aku mengerti.”

Inikah yang dinamakan situasi unik area vila.

“Seberapa jauh vilamu dari sini, Eiji?”

“Kurang dari sepuluh menit berjalan kaki, tapi jalannya menanjak, jadi mungkin agak melelahkan.”

“Mengerti. Kalau begitu, ayo kita pergi.”

Kami hampir sampai di tempat tujuan. Kami berlima berjalan mendaki bukit yang landai.

Tapi seperti yang dikatakan Eiji, nafas kami semua segera mulai tersengal-sengal.

Kemiringan bukitnya tidak begitu terasa, tapi tangan kami semua penuh dengan barang bawaan yang banyak.

Bagi kami semua anggota klub pulang ke rumah dan tidak aktif berolahraga, itu cukup sulit. Aoi-san dan Hiyori juga terlihat menderita, dan bahkan Izumi yang selalu energik menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

“Aoi-san. Aku akan membawa barang bawaanmu.”

“Ya. Terima kasih.”

“Hiyori, aku akan membawakan barang bawaannya, tolong kopernya.”

“Ya.”

Aku menyerahkan koperku pada Hiyori dan membawa tas belanja kami bertiga di kedua tangan.

“Ugh……”

Tanpa sadar suaraku keluar karena berat yang melebihi dugaanku.

Aku membawa barang bawaannya berpikir kalau hanya tiga kantong belanja aku baik-baik saja, tapi ada beberapa botol air mineral besar didalamnya. Mungkin mereka membagikannya agar tidak terlalu berat ketika dimasukkan dalam kantong belanjanya.

Pegangan plastiknya menggali ke dalam jari-jariku karena sangat berat.

Ini mungkin bukan ide yang bagus.

“Akira-kun, kamu baik-baik saja? Aku akan membawanya juga.”

Aoi-san menatap wajahku dengan cemas.

Sejujurnya, ini berat, tapi aku tidak bisa menunjukkan betapa tidak kerennya aku sekarang.

“Tidak apa-apa. Tidak perlu khawatir.”

Aku memaksakan senyum palsu.

“Aoi-san, Akira-kun sedang mencoba yang terbaik untuk menunjukkan sisi baiknya sekarang, jadi biarkan ia.”

“Diam! Karena itulah biarkan aku sendiri!”

Izumi menggodaku dengan wajah terlihat kelelahan.

Ketahuan memaksakan diri itu adalah yang paling tidak keren, jadi tolong berhenti.

“M-Maaf ya……aku mengatakan sesuatu yang tidak perlu.”

“Ah, tidak, Aoi-san tidak perlu meminta maaf…….”

Apa yang harus kulakukan dengan suasana ini.

“Sudah sampai.”

Sementara kami melakukan pertukaran itu, kami tiba di vila.

Ketika aku mendongak, aku melihat sebuah rumah kayu dua lantai di ruang terbuka di tengah hutan.

Bangunan ini memiliki dek kayu yang lebar, berdiri di ruang yang dikelilingi pepohonan.

Taman berumput yang cukup luas untuk bisa membiarkan anjing berlarian dengan bebas, tapi juga ditumbuhi rumput liar, mungkin karena tidak dirawat. Jika dilihat lebih dekat, akan terlihat bahwa bangunan ini secara umum menunjukkan usianya.

Dengan standar apapun, kondisinya tidak bisa dibilang bagus, sebaliknya, itu menciptakan suasana misterius.

Apa ini……kupikir itu akan tersampaikan dengan baik jika aku mengatakan itu adalah ruang yang terlihat seperti Totoro mungkin muncul.

Tln : Totoro dari anime tonari no totoro mungkin

“Luar biasa……tempat yang indah ya.”

Aoi-san berseru dengan kagum.

“Memang. Tapi kalau seperti ini akan mereoptkan untuk membersihkannya.”

“Sebagai ganti tinggal disini, kita harus bekerja keras.”

Aoi-san mengatakan itu dengan binar di matanya.

“Tunggu sebentar.”

Eiji mengeluarkan kunci dari tasnya, membuka gerbang dan kami semua melangkah masuk ke pekarangan.

Setelah membuka kunci pintu depan rumah kayu, Izumi langsung berlari ke dalam.

Segera setelah kami masuk, kami mencium bau yang aneh, seperti campuran kayu dan debu. Seperti yang dikatakan Eiji, udaranya pasti pengap karena sudah lama tidak digunakan.

Membersihkan vila adalah syarat untuk diizinkan menggunakannya, tapi ini mungkin lebih sulit dari yang kubayangkan.

Begitulah pikirku.

“Wah! Luar bias~a!”

Teriakan Izumi datang dari bagian belakang ruangan.

“Semuanya cepat datang kesini!”

Ketika kami pergi karena Izumi memanggil, kami segera mengerti kenapa dia meninggikan suaranya.

Ada ruang keluarga yang bergaya di sana, menyatu dengan kayu berwarna terang.

Dinding dan lantainya semuanya terbuat dari kayu, menciptakan suasana hangat unik rumah kayu. Pencahayaan dan perabotannya juga memiliki warna yang serupa, mungkin dengan mempertimbangkan nada warna ruang.an

Yang paling menarik perhatian adalah tungku pembakaran kayu di salah satu sudut ruangan.

Meskipun tidak digunakan karena sedang musim panas, namun itu adalah simbol dari vila.

Aku diliputi oleh perasaan luar biasa seperti yang hanya bisa dimiliki oleh tempat persembunyian.

“Aku terkejut, vila ini bahkan lebih bagus dari yang kupikirkan.”

Aoi-san yang biasanya tenang, sangat bersemangat.

Aku mengerti perasaan itu. Aku juga merasa kalau aku sedang dalam liburan, itu membuat suasana hatiku naik.

Tentu saja, aku tahu bahwa kami di sini bukan untuk bermain, tapi aku tidak bisa menahan kegembiraanku dengan vila yang indah ini, yang berada di luar imajinasiku.

“Kalian semua, ke arah sini juga!”

Sosok Izumi yang berada di ruang keluarga sebelumnya menghilang, dan kali ini sebuah suara bergema dari tempat yang agak jauh.

Saat kami meninggalkan ruang keluarga, mengandalkan suaranya, kami melihat wajah Izumi mengintip di ujung koridor.

“Cepat, cepat!”

“Apa sekarang?”

Saat aku ke tempat Izumi, aku tidak bisa berkata-kata.

Hal ini karena kamar mandi besar seperti fasilitas pemandian air panas terbentang di depanku.

Bak mandinya terbuat dari batu dan sepertinya bisa menampung empat orang, dan di luar jendela kaca terdapat sebuah taman kecil. Jika kau membuka jendela, kau bisa keluar ke taman, persis seperti pemandian setengah terbuka.

Aku yakin kita bisa melihat langit berbintang yang indah di malam hari.

“Sebenarnya, kamar mandi ini memiliki sumber air panas.”

“Seriusan!?”

“Eh—Luar biasa!”

Kalau begitu, kita bisa mandi seperti di pemandian air panas setiap hari?

“Ada pemandian air panas di dekat sini. Sumber air panas mengalir dari sana ke area vila, dan jika kau menandatangani kontrak, mereka akan mengalirkannya langsung ke vila. Aku mengonfirmasinya pada orang tuaku dan mereka mengatakan bahwa kontraknya masih ada.”

“Yeay♪”

Izumi mulai melakukan tarian kecil dengan gembira, menggandengkan tangannya dengan Aoi-san dan Hiyori.

Aku tahu bagaimana perasaanmu. Sejak kami berempat, minus Hiyori, pergi ke fasilitas pemandian air panas pribadi setelah ujian akhir semester, aku sebenarnya ingin kembali ke pemandian air panas.

Ini luar biasa, bisa mewujudkannya dengan cara ini.

“Aku ingin sekali langsung masuk ke dalam bak mandi dan membasuh keringat, tapi harus membersihkannya terlebih dahulu?”

“Benar. Sekilas terlihat bersih, tapi sudah diabaikan selama sekitar dua tahun, jadi jika melihatnya lebih dekat, kamu bisa melihat debu dan kotoran di sana-sini. Kupikir sebaiknya kita tidak mengalirkan air panas sebelum membersihkannya.”

Seperti yang dikatakan Eiji dan Izumi, akan aman kalau membersihkannya terlebih dahulu.

Pertama-tama, aku ingin membuka semua jendela dan mengganti udara yang pengap ini.

“Aku tahu ini adalah pekerjaan yang berat karena ada begitu banyak ruangan, tapi mari kita mulai dengan melakukan sebanyak yang kita bisa. Kita tidak harus menyelesaikan semuanya hari ini, jadi kita bisa membersihkannya sedikit demi sedikit selagi kita berada di sini.”

“Benar. Untuk sekarang, mari kita letakkan barang-barang kita di kamar sebelum kita mulai. Apa kamar tidurnya di lantai atas?”

“Ya. Ada dua kamar di lantai atas.”

“Kalau begitu, mari kita bagi antara laki-laki dan perempuan—”

Tentu saja, itulah yang kupikir harus kita lakukan.

“Tunggu sebentar!”

Izumi menyelaku seolah-olah dia keberatan.

“Apa? Apa kau ada masalah?”

“Aku~selagi kita sedang liburan, aku ingin bersama Eiji-kun~♪”

Apa ini hanya imajinasiku kalau nada suaranya seperti dibuat-buat?

Aku tidak keberatan, tapi jika itu terjadi, kami bertiga – aku, Aoi-san dan Hiyori – akan berada di ruangan yang sama. Meski bertanya-tanya akan jadi seperti apa jika bersama Aoi-san, tapi karena Hiyori juga ada disana, itu tidak akan menuju ke sesuatu yang aneh.

“Jika Aoi-san dan Hiyori tidak masalah jika aku berada di ruangan yang sama dengan mereka—”

“Tunggu sebentar lagi!”

Apa maksudmu, sebentar lagi itu.

“Aku~ sudah lama tidak bertemu Hiyori-chan~ jadi aku ingin bersama Hiyori-chan~♪”

“Tidak, kau tidak bisa melakukan itu.”

Jawaban langsung. Sangat jelas kalau Izumi bertingkah aneh dan aku hanya bisa berpikir kalau dia sedang merencanakan sesuatu.

Yah……paling-paling dia berencana untuk menempatkan aku dan Aoi-san di kamar yang sama. Hiyori mengkhawatirkan keperjakaanku……begitu ya, Izumi, kau juga.

“Kamarnya akan dipisah untuk laki-laki dan perempuan. Itu saja, aku tidak akan mendengarkan keberatan.”

Aku mengatakannya dengan sedikit enggan, tapi kalau tidak, aku akan kurang tidur selama dua minggu.

Aku mengabaikan Izumi yang tidak puas dan melanjutkan pembicaraan.

“Nah, lalu saatnya untuk memutuskan siapa yang akan membersihkan bagian mana…….”

“Untuk amannya, kita bisa melakukannya dengan batu-kertas-gunting.”

Eiji menyarankan agar orang yang menang memilih tempat yang mereka suka.

Omong-omong, tempat-tempat yang harus dibersihkan adalah ruang keluarga di lantai satu, kamar tidur di lantai dua, dapur dan kamar mandi, menata barang bawaan dan menjemur futon, lalu……yang paling berat, memotong rumput taman di bawah terik matahari.

Semuanya memfokuskan kekuatan pada tangan mereka, memberikan aura hanya memotong rumput saja yang ingin mereka hindari.

“Batu, kertas, gunting♪”

Batu, kertas, gunting dimulai dengan teriakan Izumi, dan Hiyori, yang pertama keluar, membersihkan kamar tidur di lantai atas.

Izumi, yang kedua, bertanggung jawab atas kamar mandi, dan Eiji, yang ketiga, bertanggung jawab untuk mengatur barang bawaan dan menjemur futon.

“”……””

Dan yang tersisa adalah aku dan Aoi-san.

Tempat yang tersisa yang harus dibersihkan adalah ruang keluarga di lantai satu dan rumput liar di taman.

Dan hasil dari batu-kertas-gunting adalah……dengan terpaksa aku yang menang.

“Kalau begitu, aku akan memotong rumput di taman.”

“Eh……”

Aoi-san bergumam terkejut, dan yang lainnya juga terlihat seolah-olah mereka ingin mengatakan sesuatu.

“Eiji, apa kau punya alat atau apapun untuk memotong rumput?”

“Kupikir ada sabit dan mesin pemotong rumput manual di gudang di belakang. Kurasa kau harus memotong rumput liar yang halus dengan sabit, tapi kupikir lebih mudah menggunakan mesin pemotong rumput di tempat yang memang bisa.”

“Mengerti. Kalau begitu, sampai nanti lagi.”

Aku mengatakan tanpa jeda pada mereka untuk meninggalkan barang bawaan di kamar lantai dua dan menuju ke taman.

Seperti yang kuduga, aku tidak bisa membiarkan Aoi-san melakukan pekerjaan berat dalam cuaca panas ini.

Meski begitu……

“Yang benar saja……”

Di depan taman yang luas, aku tertegun, dengan mesin pemotong rumput manual yang kubawa dari gudang di tanganku.

Ketika aku pertama kali melihatnya, kupikir itu adalah ruang misterius karena itu adalah taman yang berantakan dan tak tersentuh, tapi kemana suasana hati itu sekarang. Memotong rumput di bawah sinar matahari yang terik bagaikan sebuah permainan hukuman.

Aku ingin meninju diriku yang sebelumnya karena berpikir seperti itu.

Sekarang aku tidak merasakan apa-apa selain keputusasaan di depan halaman rumput yang tumbuh berserakan di mana-mana…….

“……ayo lakukan.”

Tidak ada gunanya mengeluh.

Mengenakan topi jerami yang telah disiapkan Eiji untukku, aku memotong rumput dari satu ujung ke ujung lainnya.

Meskipun suhunya sedikit lebih rendah berkat ketinggian yang tinggi, namun matahari pertengahan musim panas bersinar tanpa ampun.

Aku terus memotong rumput sambil menyeka keringat di wajahku dengan handuk, aku mulai merasa lemas karena panas dan bau rumput di udara.

Aku melanjutkan selama hampir satu jam, menghidrasi diriku beberapa kali, dan akhirnya menyelesaikan setengah dari taman.

Aku memutuskan bahwa memang tidak mungkin untuk menyelesaikannya sekaligus dan memutuskan untuk melakukan sisanya di sore hari saat cuaca lebih sejuk, atau mungkin aku akan melakukannya besok. Sambil membuat rencana seperti itu, aku memasukan rumput dan gulma yang sudah dipotong ke dalam kantong sampah.

“……Hmm?”

Ketika aku mendongak untuk menyeka keringat yang menetes, mataku bertemu dengan mata Aoi-san, yang sedang mengelap jendela ruang keluarga.

Aku ingin tahu apakah dia sedang menghiburku. Dia melambaikan tangan ke arahku sambil tersenyum.

Ketika aku berdiri untuk menanggapinya.

“Ah……?”

Aku merasakan pusing yang hebat dan pada saat yang sama penglihatanku terguncang.

Aku melangkahkan kaki untuk mengokohkan berdiriku, tapi tidak ada tenaganya sama sekali.

Gawat—

“Akira-kun!?”

Aku merasa aku mendengar seseorang berteriak di ujung kesadaranku, yang memudar lebih cepat dari yang kukira.

“Nn……”

Ketika aku membuka mata, langit-langit kayu yang asing menarik perhatianku.

Aku segera menyadari kalau aku telah tertidur, tapi ingatan tentang apa yang terjadi sebelumnya telah hilang.

Merasakan berat yang aneh di kepalaku, aku memejamkan mata sekali dan berusaha untuk memilah-milah ingatanku.

Aku janjian dengan semuanya untuk pergi ke vila Eiji hari ini, dan kami naik kereta api dan bus ke vila dan……seingatku, kami berbicara tentang membersihkan vila terlebih dahulu.

Aku mendapat bagian memotong rumput di taman……!

“Aku masih belum selesai—aduh!”

Saat aku teringat dan mencoba mengangkat tubuhku, rasa berat di kepalaku berubah menjadi rasa sakit.

Perlahan-lahan aku membuka mata sambil memegang kepalaku.

“Kamu baik-baik saja……?”

“……Aoi-san?”

Sosok Aoi-san yang menatap wajahku dengan cemas masuk dalam pandanganku.

“Aku, seharusnya berada di tengah-tengah memotong rumput…….”

“Akira-kun, kamu pingsan saat mencoba berdiri. Mungkin karena serangan panas ringan.”

Ah……aku ingat.

Aku sedang memotong rumput ketika aku melihat Aoi-san dan ketika aku mencoba berdiri, aku terjatuh.

Meskipun terhidrasi, aku bekerja tanpa suara di bawah terik matahari. Itu hal yang wajar.

“Maaf. Aku membuatmu khawatir.”

“Aku juga minta maaf.”

“Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf, Aoi-san.”

“Akira-kun……mengambil alih memotong rumput untukku, bukan?”

Ekspresi Aoi-san sedikit berawan.

“Itu…….”

Sejujurnya, aku tidak yakin harus menjawab apa.

Sangat mudah untuk menjawab “bukan begitu” disini dan sekarang, dan mungkin itu jawaban yang tepat. Tapi selama Aoi-san menyadarinya, tidak mungkin perasaannya akan lega dengan membohonginya.

Kalau begitu, kupikir akan lebih baik untuk mengatakannya dengan benar.

“Di luar sangat panas dan mataharinya juga sangat terik, aku tidak ingin Aoi-san melakukan pekerjaan yang berat. Aku berniat untuk terlihat keren tapi malah pingsan dan merepotkanmu. Benar-benar tidak keren, ya.”

“Tidak. Itu tidak benar.”

Aoi-san menggelengkan kepalanya.

“Terima kasih, Akira-kun.”

“……Tidak perlu berterima kasih.”

Seperti yang kuduga, aku malu kalau dia berterima kasih dihadapanku langsung.

Jika itu adalah Aoi-san yang dulu, di saat seperti ini, dia akan terus meminta maaf dengan ekspresi bersalah di wajahnya. Tapi sekarang, dia mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan kata-kata dan mata yang lugas seperti saat ini.

Itu membuatku merasa senang, malu dan gatal yang tidak bisa kukatakan. Apa itu akan tersampaikan kalau aku mengatakan itu adalah perasaan malu karena dia berterima kasih padaku tanpa ada yang memintanya?

“Terima kasih. Aku baik-baik saja sekarang.”

Aku mencoba mengangkat tubuhku, berniat menyembunyikan rasa maluku.

Kemudian, Aoi-san meletakkan tangannya di dadaku dan menghentikanku.

“Beristirahatlah sedikit lebih lama. Eiji-kun dan Izumi-san sedang membersihkan taman, jadi jangan khawatir. Mereka akan segera selesai. Karena itu……ya?”

“Begitu ya. Jika itu masalahnya, aku akan menerima kata-katamu.”

Saat aku menurunkan kepalaku lagi, aku merasakan sensasi aneh di belakang kepalaku.

Berbeda dengan bantal atau alas duduk, kelembutannya benar-benar pas.

Namun terasa halus saat disentuh dengan kehangatan tertentu.

Rasanya begitu nyaman disentuh sampai-sampai aku ingin mengelusnya selamanya.

“Hnn……”

Aoi-san mengeluarkan suara manis saat aku terus mengelus dengan perasaan ini sepertinya akan menjadi kebiasaan.

Pipinya memerah dan tubuhnya menegang seolah-olah dia berusaha mati-matian untuk menahan sesuatu.

“Aoi-san, ada apa?”

“Umm, itu……ah……”

Entah kenapa, Aoi-san memiliki ekspresi malu di wajahnya.

Melihat ekspresi Aoi-san yang seperti itu, aku merasa seperti aku melakukan sesuatu yang tidak boleh kulakukan. Apa ya, perasaan ini……ini adalah perasaan yang sama seperti ketika aku melihat Aoi-san yang malu-malu di kolam renang.

Aku tahu itu seharusnya tidak boleh, tapi aku tidak tahan untuk melihatnya lebih banyak lagi.

Maksudku, Aoi-san jelas-jelas bertingkah aneh.

Sambil bertanya-tanya, aku melihat sekeliling untuk memastikan situasiku lagi.

“……Eh?”

Pada saat aku mengerti, sebuah suara aneh keluar dari mulutku.

“Tung, Aoi-san ini, paha—!”

Benar. Aku berbaring di sofa dan berada di pangkuan paha Aoi-san.

Lebih buruknya lagi, itu adalah kaki telanjang Aoi-san yang kuraba-raba sejak tadi.

Sekarang setelah aku menyadarinya, aku tidak bisa terus menyentuhnya.

Masih merasakan sensasi kaki telanjang di rambut belakang kepalaku, aku mencoba mengangkat tubuhku, berpikir bahwa itu akan canggung untuk tetap ada di pangkuannya, tapi Aoi-san menahan dadaku dan tidak membiarkanku bangun.

“Tidak apa-apa, istirahatlah sedikit lebih lama.”

Aoi-san mengucapkannya sambil menahan rasa malunya.

Bisakah kamu mengatakan dengan jelas yang mana yang tidak apa-apa, apakah itu tidak apa-apa untuk tetap di pangkuanmu atau apakah itu tidak apa-apa untuk menyentuh kaki telanjangmu? Secara pribadi, aku memilih yang kedua, dan kalau bisa, keduanya.

Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal bodoh seperti itu.

“Tapi, tidur di pangkuanmu itu……”

“Izumi-san memberitahuku. Dia bilang, kamu akan lebih cepat baikan jika aku melakukan ini.”

Dasar Izumi, dia mengajari Aoi-san hal yang tidak jelas lagi…….

Aku selalu mengatakannya. Aoi-san itu sangat polos jadi dia benar-benar akan mempercayai semuanya.

Tapi, yah…….kalau jadinya seperti ini, tolong terus ajarkan dia.

Aku sudah bekerja keras selama lebih dari satu jam di bawah terik matahari untuk memotong rumput. Tidak ada salahnya jika aku menerima tawarannya sebagai hadiah, bukan?

“Kalau begitu, kupikir aku akan beristirahat sedikit lebih lama…….”

“Ya. Tapi……itu geli, jadi bisakah kamu menyentuhnya sedikit saja?”

“M-Mengerti.”

Yang benar saja.

Sepertinya, menyentuhnya tidak sepenuhnya dilarang. Kau serius?

“Misi pertama selesai.”

“Whoa! H-Hiyori?”

Ketika aku melihat ke arah suara itu dengan terkejut, aku melihat wajah Hiyori mengintip dari balik sofa.

Dia memandang kami dengan ekspresi yang tidak bisa kubaca emosinya seperti biasa.

“Lakukan hal semacam itu saat kalian hanya berdua.”

Dengan kata lain, itu. Sepertinya dia ingin mengatakan jangan bermesraan di depan umum.

Tidak, aku tidak bermaksud bermesraan.

Tln : hizamakura banzai~!

“Kamu tidak ingin hal ini menjadi begitu panas dan jadi tidak terkendali, bukan? Aku sudah meletakkan futon yang baru dijemur di kamar tidur lantai atas, jadi silahkan lanjutkan di sana. Pastikan saja kamu sudah selesai sebelum waktu makan malam.”

“Aku tidak akan melakukannya!”

Aku keliru. Sepertinya dia lebih ingin mengatakan agar kami bermesraan.

Kumohon, jangan khawatir tentang keperjakaan kakakmu, wahai adikku……

Di samping Aoi-san yang menyembunyikan wajahnya yang merah padam dengan kedua tangannya, Hiyori berbisik, tanpa ekspresi seperti biasanya, “Kita sekarang akan melanjutkan ke misi kedua.”

Apa maksudmu dengan misi.

Tapi tetap saja……melihat ekspresi wajah Aoi-san saat dia menahan rasa malunya menggelitik rasa jahilku, atau lebih tepatnya, aku merasakan ketidakmoralan, seolah-olah aku melangkah ke area di mana aku seharusnya tidak berada.

Perasaan ini bukan lagi suatu kesalahan.

Pada hari ini, aku merasa seakan-akan aku telah membuka pintu ke dunia baru.

*

 

Matahari sudah terbenam ketika Eiji dan Izumi selesai membersihkan taman.

Berkat istirahat dan minum air sambil dengan tenang menikmati pangkuan paha, aku memulihkan kondisi fisikku dengan aman.

Kami telah selesai membersihkan bagian dalam vila untuk saat ini, tapi masih ada hal-hal lain yang harus dilakukan, seperti membersihkan dinding luar, membersihkan daun-daun yang berguguran dari selokan dan memangkas pohon-pohon di taman, tapi kami akan melakukannya besok dan seterusnya.

Menjelang waktu makan malam, kami memutuskan untuk mulai menyiapkan barbekyu.

“Bagaimana pembagian tugasnya?”

Aku bertanya pada Izumi sambil mengeluarkan bahan makanan dari kulkas di dapur.

“Akan lebih baik jika Eiji-kun menyiapkan kursi dan meja, kan. Soalnya kami tidak tahu di mana semuanya disimpan.”

“Baiklah. Aku akan mengurus persiapan di luar, termasuk menyiapkan meja dan kursi.”

Eiji segera keluar dari jendela ruang keluarga ke dek kayu dan mulai bersiap-siap.

“Hiyori-chan akan membuat salad dan saus untuk barbekyu bersamaku. Karena ini adalah hidangan sederhanya, hanya memanggang daging dan sayuran, aku ingin membuat beberapa saus yang berbeda jadi kita tidak bosan.”

“Mengerti. Aku akan membantu Izumi.”

Hiyori menjawab dengan ekspresi kering sama seperi biasanya, tapi sepertinya dia sedang penuh motivasi saat dia membuat gerakan kecil di depan dadanya. Dia juga entah kenapa terlihat mengayunkan badannya.

Suasana hati Hiyori sebenarnya bisa dideteksi dari gerakannya, karena dia tidak menunjukkannya di wajahnya.

“Izumi, jika memungkinkan, aku ingin membuat saus Jepang juga.”

“Benar juga! Diterima!”

Pilihan saus gaya Jepang adalah khas mereka berdua.

Izumi dan Hiyori sama-sama menyukai makanan Jepang, teh, dan hal-hal lain dengan cita rasa Jepang. Mereka lebih suka manisan Jepang daripada manisan Barat, dan mereka lebih tertarik pada kimono daripada gaun.

Keduanya sangat bertolak belakang dalam kepribadian, tapi selera mereka yang mirip mungkin menjadi salah satu alasan mengapa mereka bisa bergaul dengan baik.

“Kalau begitu, aku dan Aoi-san yang memotong-motong bahan-bahannya?”

“Ya. Aku tahu itu pekerjaan yang cukup banyak karena harus menyiapkan untuk lima orang, tapi lakukan yang terbaik dengan Aoi-san♪”

“Aku baik-baik saja dengan itu, tapi Aoi-san tidak pandai memasak…….”

Sejujurnya, terkadang aku khawatir membiarkannya memegang pisau.

Aoi-san juga sepertinya sama, dia terlihat sedikit bermasalah.

“Karena itulah.”

“Karena itulah?”

Tanpa sadar aku mengembalikan kata-kata itu persis seperti apa adanya dan memiringkan kepalaku.

“Aoi-san dan Hiyori-chan tidak pandai memasak, jadi aku dan Akira-kun tidak bisa bekerja bersama, bukan? Aku akan mengajari Hiyori-chan, dan kamu akan mengajari Aoi-san dengan penuh perhatian, atau jika kamu mau, kamu bisa memegang bahu, pinggul, dan pantatnya♪”

Tln : jadi gini, Izumi itu bilang mengajari Aoi-san dengan ‘tetoriashitori’ yang artinya dengan penuh perhatian, tapi secara harfiah itu artinya memegang tangan dan memegang kaki, nah sama Izumi dilanjutin ke katatori/memegang pundak, koshitori/memegang pinggul, oshiritori/memegang pantat, permainan kata-kata

Kalau sampai bahu dan pinggul, itu adalah pelecehan seksual, dan kalau memegang pantat, itu pencabu*an.

Tln : di raw-nya pake kata 痴漢/chikan, bener ngga kalo kuartiin pencab*lan?

Apa-apaan ini……seperti yang dikatakan Izumi, tapi aku tidak bisa menahan perasaan bahwa kombinasi ini disengaja.

Mereka mencoba menempatkan aku dan Aoi-san di kamar yang sama, mereka mencoba membuatku dan Aoi-san berduaan saat aku pingsan, dan sekarang Izumi dan Hiyori berpasangan terlebih dahulu untuk membuatku dan Aoi-san bekerja bersama.

……Dua anak ini, bukankah rencana mereka terlalu jelas?

“Bagaimana, Aoi-san? Jika kamu tidak nyaman dengan itu, aku akan memintamu untuk melakukan tugas lain.”

“Tidak. Aku juga ingin melakukannya.”

Aoi-san tampak sedikit bimbang, lalu menunjukkan matanya yang penuh motivasi.

Kalau yang bersangkutan mengatakan seperti itu, aku akan berdiri di sampingnya di dapur dan mulai memasak.

Setelah mengenakan celemek, mencuci tangan, kami menyusun bahan-bahan, talenan dan pisau di dapur.

“Nah, kita hanya memotong bahan makanannya, jadi tidak sesulit itu.”

“Y-Ya.”

Aku memutuskan untuk memotong bawang bombai terlebih dahulu dan menyerahkan satu pada Aoi-san.

Kemudian Aoi-san mengayunkan pisau dengan mata serius yang menakutkan.

“T-Tunggu sebentar!”

“Hm? Ada apa?”

Apanya yang ada apa, itu tadi hampir menjadi sesuatu, kamu tahu……

Ketika kami mengadakan kamp belajar sebelumnya, Aoi-san memasak dengan Izumi tanpa menggunakan pisau, jadi aku tidak tahu tentang hal ini……tapi aku tidak berpikir dia akan memegang pisau dengan terbalik dan mengayunkannya hanya untuk memotong bawang.

Tln : dia megang pisaunya kek megang kunai

Satu saja gerakan salah dan itu bisa saja menjadi insiden di vila, sama seperti di teater thriller.

Musik latar belakang mulai berputar di dalam otakku, kau tahu.

“Bagus kalau kamu termotivasi, tapi mungkin kamu terlalu banyak memberikan kekuatan di bahumu.”

“Terlalu banyak kekuatan?”

“Ya. Sedikit lebih santai saja.”

Aoi-san meletakkan pisau di atas talenan dan memutar bahunya.

“Ya. Kupikir aku sudah lebih santai sekarang.”

“OK, jangan mengayunkan pisaunya, cukup pegang dekat dengan bawangnya…….”

Aoi-san menarik napas dalam-dalam untuk mengatur napasnya dan dengan lembut meletakkan pisau di atas bawang.

“Ya ya. Seperti itu. Tidak perlu memberikan banyak kekuatan.”

“Ya. Lalu apa yang harus kulakukan selanjutnya?”

“Selanjutnya, tangan kirimu menggenggam seperti kucing.”

“Kucing?”

Aoi-san memiringkan kepalanya dengan manis seperti biasa, seolah itu tidak tersampaikan dengan baik padanya.

Setelah tanda tanya muncul di kepalanya, dia tampak seperti ada sesuatu yang melintas di benaknya dan dia mengangkat tangan kirinya yang tergenggam ke sisi wajahnya dan menekuk pergelangan tangannya.

“Seperti ini?”

“Ha—!?”

I-Ini, jangan-jangan, apa kau sedang meniru kucing!?

Memang benar aku menyuruhmu untuk membentuk tanganmu menjadi seperti kucing, tapi aku tidak menyuruhmu untuk meniru kucing. Maksudku, kenapa kau berpikir aku akan menyuruhmu meniru seekor kucing padahal aku sedang mengajarimu cara menggunakan pisau.

Apa yang harus kulakukan……gerakannya terlalu imut, aku tidak bisa mengatakan kalau itu salah.

Terlebih lagi, celemek yang dikenakan Aoi-san bermotif kucing, yang menurutku merupakan keajaiban.

“Kukukku…….”

Kemudian suara Izumi, yang berusaha mati-matian menahan tawanya, terdengar dari ruang keluarga.

Saat aku berpikir, ‘Jangan menikmatinya, lakukan sesuatu tentang hal itu’, Izumi memberikan senyuman.

“Ya, ya. Aoi-san seperti itu. Jika kamu mengatakan nyaa dalam pose itu, kamu bisa memotongnya dengan baik!”

Lagi-lagi kau, jangan katakan hal yang tidak jelas seperti—

“Nyaa—?”

“Buhaha—!?”

Sementara aku berusaha keras untuk menahan diri, Izumi meledak lebih dulu.

Kupikir dia tidak akan menganggapnya serius, tapi akhirnya dia mengatakannya!

Dia mengatakannya, tapi dia sangat imut, jadi apa pun itu tidak masalah, kan!

“Eh……?”

Melihat reaksi mencurigakan kami, Aoi-san mungkin menyadari bahwa dia telah ditipu.

Ketika wajahnya berubah jadi merah padam seperti ketel yang terbakar, dia berjongkok di tempat, menyembunyikan wajahnya dengan tangannya seperti biasa dan merengut dengan suara lirih.

“””…………”””

Oi Izumi, apa yang harus kita lakukan dengan ini?

Aku bertanya dengan mataku, tapi Izumi juga tersenyum pahit, sepertinya reaksi Aoi-san diluar dugaannya.

Seperti yang diduga, bahkan Aoi-san yang lembut bisa rusak suasana hatinya karena itu, dan dia menyusut di sudut dapur sambil mengembungkan pipinya dan cemberut.

Meskipun tidak sampai membuatnya marah, itu adalah pertama kalinya bagiku dan Izumi melihat Aoi-san merajuk.

Kami merasa bahwa kami berada dalam bahaya, jadi kami meminta maaf dengan tulus padanya dan mencoba mengembalikan suasana hatinya. Setelah beberapa saat, dia tampaknya mendapatkan kembali ketenangannya dan melanjutkan memasak tanpa ada insiden.

Kali ini, kami mengajarinya maksud dari kaki kucing, dan pemotongan bahan makanan pun selesai dengan aman.

Aku merasa bersalah pada Aoi-san, tapi aku bisa melihat sesuatu yang baik, jadi tidak apa-apa.

Setelah menyelesaikan persiapan bahan makanan, aku menuju dek kayu.

Tln : perasaanku aja atau emang penempatan ilustrasi di bab ini agak ngga pas ya?

Pekerjaanku dan Aoi-san selesai lebih awal dari yang kupikirkan, tapi Izumi dan Hiyori anehnya terpaku untuk membuat saus dan itu masih akan memakan waktu.

Aku menyerahkannya pada Aoi-san untuk membantu mereka, dan aku memutuskan untuk memeriksa Eiji.

“Eiji, bagaimana persiapannya?”

Di atas dek kayu, Eiji tengah menyiapkan meja dan kursi.

Cahaya dari lentera yang menggantung di atap dan warna dek kayu saling berpadu satu sama lain, menciptakan suasana, dan suara serangga yang datang dari taman terasa sangat musim panas dan khas pedesaan.

Aroma obat nyamuk di tepi dek kayu juga membuatku merasakan musim panas.

“Tidak ada masalah.”

“Begitu. Apa kau memerlukan bantuan?”

“Panggangan barbekyu-nya ada di gudang penyimpanan tempat mesin pemotong rumput berada, bisa kau membawanya kesini? Sekalian jika bisa bawakan beberapa ikat kayu bakar dari gudang kayu di sebelah gudang.”

“Oke.”

Aku pergi ke gudang seperti katanya dan menyalakan lampu.

Ketika aku mencari-cari di dalam lagi, aku menemukan gudangnya dipenuhi dengan berbagai macam barang.

Ada mesin pemotong rumput yang digunakan pada siang hari, tentu saja, tapi ada juga selang penyiraman, kolam renang plastik dan payung untuk berteduh. Barang-barang rekreasi yang kulihat di sini pasti sudah banyak digunakan di masa lalu.

Aku segera menemukan pemanggang barbekyu dan membawa dua ikat kayu bakar.

“Ini dia.”

“Terima kasih.”

Panggangan barbekyu ditata di dekat meja.

Aku membuka ikat kayu bakar dan menyusunnya di dalam panggangan, dan menyalakannya dengan korek api di atas selembar koran yang diberikan Eiji. Ketika api di atas kayu mulai stabil, aku memasukkan beberapa arang yang telah dibeli dan terus mengawasinya.

Dalam keheningan malam musim panas, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah suara serangga dan letupan kayu yang terbakar.

“……Rasanya, waktu seperti ini sangat mewah, bukan?”

“Ya, benar. Kupikir kita tidak bisa mengalami yang seperti ini di kota kita.”

“Sungguh, entah apa yang akan dikatakan orang jika kita barbekyu-an di area perumahan.”

Aku tidak mengatakan bahwa kota tempat kami tinggal itu buruk.

Terdapat fasilitas transportasi dan fasilitas umum yang baik. Ada dua pusat perbelanjaan, jadi tidak ada kekurangan tempat untuk berbelanja, dan untuk kota pinggiran, kota kami cukup berkembang dengan baik dan mudah untuk ditinggali.

Namun, juga benar bahwa karena hal ini, kami selalu dikelilingi oleh hiruk-pikuk dan kesibukan dan tidak merasa tenang.

Jika kau bertanya padaku apakah aku ingin tinggal di area vila ini sepanjang waktu, aku akan merasa tidak nyaman untuk mengatakannya…….Aku tahu kalau aku meminta sesuatu terlalu banyak, itulah sebabnya aku merasa bahwa waktu yang kuhabiskan sesekali seperti ini adalah sebuah kemewahan.

“Terima kasih ya…….karena mengizinkan kami menggunakan vila yang sebagus ini.”

Aku berterima kasih lagi sambil membalikkan bara api, yang mulai memanas.

“Tidak perlu berterima kasih. Aku juga bersenang-senang.”

“Bagiku, ini adalah liburan musim panas terakhirku di sini, jadi aku hanya bisa berterima kasih karena telah membiarkanku membuat kenangan seperti ini. Tapi—ini adalah hari terakhir aku bisa bersantai seperti ini.”

Kami tidak datang ke sini hanya untuk membuat kenangan selama satu musim panas.

Membuat kenangan itu juga penting, tapi itu adalah yang kedua bagi kami.

“Apa pun yang terjadi, kita akan menemukan rumah nenek Aoi-san selama liburan musim panas ini.”

“Kau benar. Karena itu kita setidaknya harus bersenang-senang hari ini.”

Sambil menatap bara api yang terbakar, aku memperbaharui tekadku di dalam hatiku sendiri.

Ya—selama kita menemukan rumah neneknya, Aoi-san tidak perlu pergi ke rumah ayahnya.

“Maaf membuatmu menunggu♪”

Kemudian Izumi dan yang lainnya, yang telah menyelesaikan persiapan mereka, datang ke dek kayu dengan piring-piring makanan di tangan mereka.

Tidak apa-apa mereka membawa makanan dan minuman satu demi satu dari dapur, tapi…….

“Bukankah, rasanya bahan makanannya bertambah…..?”

Jelas lebih banyak daripada jumlah yang kupotong dengan Aoi-san.

Terutama dagingnya. Sayurannya tetap sama, tapi hanya dagingnya yang bertambah.

“Kupikir itu tidak cukup untuk lima orang, jadi aku meminta Aoi-san memotong lebih banyak lagi.”

“Ya. Itu tidak cukup.”

Hiyori mengangguk, ya ya, di samping Izumi.

“Tidak cukup……?”

Kau serius?

Tidak, bukan hanya lima porsi, tapi ini dua kali lebih banyak.

Ketika aku ragu-ragu di bawah tekanan jumlah makanan yang sangat banyak, ingatan tentang kamp belajar sebelumnya di rumahku kembali muncul dalam pikiran.

Waktu itu juga, Izumi bersikeras bahwa dia bisa makan semua makanan dan memasak terlalu banyak hidangan, dan akibatnya, dia roboh karena terlalu banyak makan.

Namun, dia bersikeras bahwa untuk manisan memiliki perut yang terpisah, jadi Eiji dan aku pergi ke toserba untuk membelinya. Dan ketika kami kembali, kami terkejut menemukan bahwa dia sudah memakan semua sakura mochi.

Itu adalah malam dimana aku pertama kalinya mengerti apa yang dimaksud para gadis ketika mereka mengatakan ‘manisan memiliki perut yang terpisah’.

“Jangan khawatir. Jika kita berlima, kita bisa memakan semuanya♪”

Baru sekitar satu bulan sejak saat itu.

Aku hanya khawatir ketika dia mengatakan kalimat serupa padaku.

“Yah, tidak apa-apa, tapi pastikan jangan terlalu berlebihan.”

Setidaknya aku memberinya peringatan, lalu semua orang mengambil tempat duduk mereka dan barbekyu pun dimulai.

Awalnya semuanya merasa terhibur dan berkumpul di sekitar panggangan untuk menyaksikan pemanggangan, tapi setelah beberapa saat mereka bosan dan mulai duduk dan mengobrol, dan tanpa sadar hanya aku yang memegang penjepit ditangan.

Aku terus memanggang makanan sementara yang lainnya mengobrol dengan gembira.

Sama halnya dengan nabe dan yakiniku, biasanya salah satu orang yang bertanggung jawab memasak dalam situasi ini.

……Yah, aku sudah memprediksi kalau akulah yang bertanggung jawab atas hal itu.

“Saus ini lezat……!”

Aoi-san mengangkat suaranya dengan binar di matanya saat dia menyuap daging.

Izumi kemudian mulai menjelaskan tentang sausnya pada Aoi-san dengan ekspresi sombong di wajahnya.

“Itu adalah saus Jepang yang dibuat dengan wasabi. Daging yang enak rasanya enak meski dengan wasabi saja, tapi bagi mereka yang tidak menyukainya, bisa jadi terlalu kuat, jadi kami telah mengaturnya dengan berbagai cara dan memasukkan bumbu untuk mengeluarkan rasanya.”

“Aku belum pernah mencicipinya sebelumnya, tapi sangat menyegarkan dan mudah dimakan.”

“Kan~♪? Saus yang lainnya juga enak, jadi makanlah lebih banyak. Akira-kun, apa daging berikutnya sudah siap?”

“Aku akan segera memanggangnya, tunggu saja sebentar.”

Aku terus memanggang daging dan sayuran satu demi satu, lalu mengambil makanan yang sudah matang ke piring.

Namun, panggangannya terlalu kecil untuk memanggang untuk lima orang dan ada batasan jumlah daging yang bisa dimasak dalam satu waktu. Akibatnya, kecepatan makan lebih cepat daripada kecepatan memanggang, dan daging berulang kali menghilang ke dalam perut segera setelah dimasak.

Rasanya, aku seperti seorang pelayan di restoran wanko soba.

“Akira, daging.”

Saat aku mati-matian memanggang daging, Hiyori juga menyerahkan piringnya padaku.

Dagingnya belum dimasak, jadi aku memberinya jamur tiram sebagai gantinya, tapi dia menatapku dengan tatapan tidak puas.

“Kita semua makan terlalu cepat katanya. Makanlah sedikit lebih pelan.”

“Soalnya ini enak. Kan, Aoi-san♪”

“Ya. Sangat lezat, sangat menyenangkan.”

“Kan? Inilah yang disebut barbekyu♪”

Jangan terlalu sombong dalam hal itu, bantu aku memanggang sedikit.

Pikirku, tapi bagaimanapun juga, sejujurnya aku senang bahwa Aoi-san menikmatinya.

Ketika aku mendengar Aoi-san belum pernah barbekyu-an sebelumnya, perasaanku campur aduk.

Mengingat lingkungan keluarga Aoi-san, dia mungkin tidak pernah berkesempatan untuk menikmati barbekyu bersama keluarganya. Bukan hanya barbekyu, tapi dia tidak tahu tentang kesenangan yang dirasakan keluarga normal sebagai hal yang biasa.

Itulah sebabnya aku ingin dia merasakan berbagai hal sebelum aku pindah sekolah.

Selain menyiapkan fondasi kehidupan Aoi-san, aku baru-baru ini mulai memikirkan hal-hal seperti itu.

“Dagingnya memang enak, tapi makanlah sayurannya juga. Dan juga, sisakan beberapa untukku juga.”

Aku bahkan belum makan sepotong pun.

“Kalau begitu, Aoi-san, suapi Akira-kun.”

“”Eh!””

Tanpa sadar, suaraku tumpang tindih dengan suara Aoi-san.

“Akira-kun sibuk memanggang dan sepertinya tidak punya waktu untuk makan, jadi seseorang harus menyuapinya makan ~ ♪”

Ketika Izumi lagi-lagi dengan sengaja mengatakannya, Aoi-san mengalihkan ekspresinya yang penuh tekad ke arahku.

Kemudian dia mengambil daging di piringnya dengan sumpitnya dan mengulurkannya di depan wajahku.

“S-Silahkan……”

Tidak, tidak, itu sangat memalukan untuk disuapi di depan orang lain!

Maksudku, Aoi-san juga bukan orang yang akan melakukan apa yang Izumi katakan.

“Kalau kamu tidak cecpat memakannya, nanti sausnya menetes.”

“Y-Ya……kalau begitu, aku akan memakannya.”

Karena diburu-buru akhirnya aku memakannya.

Memang enak. Rasa wasabinya sangat terasa.

Hanya saja……sumpit yang baru saja digunakan itu, yang digunakan Aoi-san, kan?

Mau bagaimana lagi kalau aku lebih tertarik pada hal itu daripada rasa dagingnya.

“Bagaimana?”

“Ya. Ini enak.”

“Kan? Baguslah.”

Melihat Aoi-san dengan senyuman tulus di wajahnya, aku merasa malu pada diriku sendiri karena memikirkan sesuatu yang aneh. Kesan ciuman tidak langsung yang tidak disengaja dengan lembut tersimpan di dalam hatiku—

“Mereka melakukan ciuman tidak langsung, ya.”

“Mereka melakukannya. Itu adalah ciuman tidak langsung yang sempurna.”

“Misi kedua selesai.”

“Aku bisa mendengar kalian meski kalian berbisik!”

Kalian merusak kegembiraannya.

Maksudku, dari tadi, apa yang kalian maksud dengan misi.

Sambil penasaran dengan percakapan mereka, aku menikmati dagingnya.

Setelah itu, aku melanjutkan memanggang makanan tanpa sempat makan sendiri.

Setelah beberapa saat, Eiji mengambil alih dan akhirnya aku bisa makan.

Setelah satu jam, kami kehabisan makanan dan mengobrol ringan di tengah angin malam…….seperti yang kupikirkan, Izumi menggosok-gosok perutnya dan terlihat menderita karena dia sudah makan begitu banyak.

“Izumi-san, kamu baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja……kalau aku makan sesuatu yang manis, aku akan baikan.”

Dia melontarkan kata-kata yang tidak diharapkan untuk didengar pada Aoi-san, yang menatapnya dengan cemas.

Kau berbohong, kan……?

“Hiyori-chan……ada beberapa ohagi yang kubeli di supermarket di dalam kulkas.”

“Oke. Aku akan segera membawanya.”

Hiyori menyuapi Izumi ohagi yang dia dapatkan dari supermarket seolah-olah dia sedang merawat orang sakit.

Izumi kemudian perlahan membaik dan pada saat dia makan yang kedua, dia sudah pulih sepenuhnya.

Aku pernah melihat adegan ini sebelumnya, tapi serius, struktur tubuh seperti apa yang kau miliki?

“Nah, kurasa saatnya untuk membicarakan apa yang akan kita lakukan besok.”

Ketika Izumi sudah lebih baik, Eiji mulai berbicara seolah-olah ia telah menunggunya.

Tentang besok dan seterusnya—dengan kata lain, tentang pencarian rumah nenek Aoi-san.

“Kau benar. Hiyori tidak ada saat terakhir kali kita membicarakannya, dan kita harus memilah-milah informasi lagi.”

Aku mulai berbicara tentang apa yang dikatakan Aoi-san di kolam renang.

Menurut ingatan Aoi-san, rumah neneknya berjarak sekitar satu jam perjalanan dari kota tempat kami tinggal.

Dia mengatakan bahwa karena dikelilingi oleh pegunungan dan sawah, kemungkinan besar itu berada di bagian utara atau barat prefektur, di mana ada banyak daerah pegunungan, dan bahwa ada kuil di dekat rumah dan dia masih ingat sebuah festival yang diadakan di musim panas.

Ketika aku menyebutkannya lagi, aku merasa informasinya terlalu sedikit.

“Kita hanya perlu mencarinya dengan mantap, tapi akan sulit memang…….”

Tanpa sadar pendapatku yang sebenarnya bocor.

Yang lainnya juga lain tutup mulut, seolah mereka juga memiliki kesan yang sama.

Kemudian hanya Hiyori yang menunjukkan isyarat sedang berpikir dan kemudian menggumamkan beberapa kata.

“Kupikir itu akan baik-baik saja jika kita tahu sebanyak itu.”

“Benarkah?”

“Ya. Tunggu sebentar.”

Hiyori meninggalkan dek kayu dan segera kembali dengan sesuatu di tangannya.

Kami membersihkan alat makan yang tersisa di atas meja dan membentangkan di atas meja apa yang ada di tangan Hiyori. Itu adalah peta, diperbesar dan dicetak seukuran poster.

“Kau membawa peta?”

“Ya. Aku bisa saja menggunakan aplikasi di ponselku, tapi kupikir peta yang lebih besar akan lebih baik untuk dilihat semua orang, jadi aku mencetak peta yang kutemukan diinternet sebelum aku pulang. Kupikir akan lebih mudah untuk menemukan tempat-tempat yang kita lihat di peta ini dan menandainya di aplikasi peta kita masing-masing.”

Saat aku terkesan, Hiyori mulai menulis di peta dengan pena hitam di ponselnya di satu tangan.

Dia memberi tanda bintang di area vila kami berada, dan kemudian dia membuat lingkaran di sekitar area tertentu pada peta, dan juga memberi tanda △ yang tak terhitung jumlahnya di dalam lingkaran itu.

Setelah beberapa saat, Hiyori meletakkan pena dan mendongak.

“Lihatlah.”

Kami melihat peta sambil mencondongkan tubuh ke depan.

“Tempat-tempat yang dilingkari kira-kira satu jam perjalanan dari kota tempat tinggal kita. Kita tidak bisa benar-benar mengandalkan waktu yang dialami saat kecil, jadi aku melingkari dengan memberikan margin kesalahan. Dan tempat-tempat yang ditandai dengan tanda △ adalah lokasi kuil. Ada lebih banyak kuil daripada yang kukira, lebih dari delapan puluh.”

“Lebih dari delapan puluh……”

Banyaknya kuil membuatku mengulangi kata-katanya.

Seperti yang diharapkan dari pedesaan, jumlah kuil tidak terkira.

Aku pernah melihat di suatu tempat bahwa ada sekitar 80.000 kuil di seluruh negeri, lebih banyak dari toko serba ada. Dan dengan kata lain, dulunya ada berkali-kali lipat dari jumlah itu, dan bahkan jumlah ini tampaknya telah menurun drastis.

Kesampingkan masalah terlalu banyak kuil di Jepang.

“Jika kita mempersempit daftar dengan mengecualikan daerah yang jauh dari pegunungan dan tanpa sawah, kita mendapatkan……”

Hiyori menggunakan pena merah untuk mengisi area yang tidak memenuhi kriteria.

Jumlah kuil yang dipersempit dengan cara ini adalah—

“Sekitar tujuh puluh. Kupikir salah satu dari ini adalah yang paling mungkin.”

“Ooh……”

Sebuah suara yang tidak jelas keluar.

Pada awalnya kupikir ini akan menjadi tugas yang berat, tapi ketika dia menggambarnya pada peta seperti ini, lebih mudah untuk dipahami.

Meski tujuh puluh tempat pun sudah sangat banyak, tapi sepertinya kami bisa menyelesaikannya dalam dua minggu ini.

Jadi yang harus kita lakukan adalah mencari dari satu tempat ke tempat yang lain dan kita bisa menemukan rumah nenek Aoi-san.

Seperti yang diharapkan dari Hiyori, sangat bisa diandalkan.

“Hanya saja, kupikir bahwa transportasi yang menjadi masalah. Bahkan jika kita menggunakan bus atau kereta api, itu tidak efisien.”

Memang benar…….

Sama halnya ketika kami datang ke sini, hanya ada satu bus setiap 30 menit di sekitar sini.

“Kalau itu, tidak perlu khawatir. Kantor manajemen yang sebelumnya juga merupakan pusat informasi wisata untuk daerah sini, dan mereka menyewakan sepeda. Kupikir ini lebih efisien daripada naik bus atau kereta api.”

“Itu sangat membantu.”

Ini terlihat jauh lebih penuh harapan, bukan?

Kalau seperti ini, rasanya kami benar-benar bisa menemukannya selama liburan musim panas.

“Itu juga tidak efisien bagi kita semua untuk pergi bersama-sama, jadi mari kita bagi menjadi dua tim dan mencarinya.”

“Kalau begitu, Hiyori-chan, mari kita cari bersama-sama!”

“Ya. Baiklah. Aku akan mencarinya dengan Izumi.”

“Aku khawatir membiarkan dua gadis sendirian, jadi aku akan pergi dengan kalian.”

“Terima kasih, Eiji-kun! Aku mencintaimu!”

“Ya. Aku juga mencintaimu.”

Eiji dengan sukarela menjaga mereka berdua sambil menyampaikan cintanya seperti biasanya.

“Kalau begitu, aku dan Aoi-san akan mencarinya berdua.”

“Ya.”

Dengan demikian, pembagian tim sudah selesai.

“Kalian bertiga, ambilah foto kuil dan jalan-jalan di dekatnya, setelah itu kita minta Aoi-san melihatnya di malam hari. Karena kalian tidak bergeliling dengan Aoi-san, jika kalian melihat seseorang yang tinggal di sekitar kuil, tanyakan kepada mereka apakah ada seseorang bernama Sotome yang tinggal di sekitar, atau periksa papan nama rumah.”

“Oke♪”

Semuanya, dipimpin oleh Izumi, menganggukkan kepala mereka.

“Kalau begitu, mari kita masing-masing menandai tempat-tempat yang telah di beri tanda oleh Hiyori pada aplikasi peta di ponsel kita masing-masing. Jumlah mereka banyak, jadi tidak mudah, tapi itu akan lebih mudah jika kita semua melakukannya bersama-sama.”

Semuanya segera mengeluarkan ponsel masing-masing dan dengan diam memasukkan tempat-tempat yang telah di beri tanda.

Di tengah-tengah semua ini—

“Terima kasih, semuanya.”

Melihat Aoi-san mengucapkan kata-kata terima kasih sambil tersenyum, aku berpikir lagi.

Ketika aku berpikir bahwa jika itu adalah Aoi-san yang sebelumnya, dia pasti akan mengatakan ‘Maafkan aku’ dengan raut wajah yang bermasalah, aku senang bahwa dia secara alami mulai mengucapkan terima kasih seperti ini.

Seperti yang dikatakan Eiji sebelumnya, Aoi-san mungkin berubah sedikit demi sedikit.

Aku yakin itu adalah perubahan yang baik.

 


Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi Bahasa Indonesia

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi Bahasa Indonesia

A Story Of Taking Home A Lonely Gal From My Class And Turning Her Into An Elegant Beauty,クラスのぼっちギャルをお持ち帰りして清楚系美人にしてやった話
Score 8.2
Status: Ongoing Tipe: Author: Artist: Dirilis: 2021 Native Language: Japanese
Dia pernah membantu seorang gadis yang kesepian dari kelasnya. Pada malam yang hujan, Akira Akamori, seorang siswa sekolah menengah yang akan pindah ke sekolah baru, melihat teman sekelasnya yang berambut pirang, Aoi Sotome, basah kuyup dari hujan di taman terdekat. "... Saya tidak punya rumah lagi." Meskipun Aoi benar -benar orang asing baginya, dia tidak bisa meninggalkan seorang gadis sendirian, jadi dia membawanya pulang. "Terima kasih untuk bantuannya." "Aku-baik saja ..." Ketika Akira mendengar tentang situasi Aoi yang rumit, dia memutuskan untuk membantunya dan membiarkannya tinggal bersamanya sampai dia dipindahkan ke sekolah baru. Sementara bingung dengan pertama kalinya mereka hidup bersama, keduanya perlahan -lahan saling dekat. Ini adalah kisah cinta dari dua orang yang berulang kali bertemu dan berpisah, seperti rekaman yang rusak.

Komentar

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset