“…Aku kembali~”
“Selamat datang… Apa itu koper besar?”
“Yah, repot kan kalau bolak-balik terus? Jadi aku membawa semua yang ku butuhkan.”
Lalu ku letakkan kotak karton di ambang pintu dengan bunyi berat.
Huff… lenganku sakit.
“Kamu membawa banyak barang ya? Bukankah kamu bilang sebelumnya? Bahwa kamu hanya akan membawa apa yang kamu butuhkan.”
“Itulah rencananya, tapi ketika aku pulang ke rumah orang tuaku, ayah dan ibuku memaksaku untuk membawa ini dan itu. Ah, mereka bilang tupperware di bagian atas kotak karton berisi acar mentimun.”
“Terima kasih, tapi… itu banyak pekerjaan ya?”
Ya. Aku menginap semalam di rumah orang tua. Tidak, bukan perjalanan menginap yang jauh. Yah, ketika aku datang kesini, semua yang ku bawa hanyalah setelan pakaian dan sejenisnya, dan aku pikir aku harus membawa sesuatu yang akan kupakai sekali-sekali. Jadi kemarin aku tinggal di rumah untuk merapikan barang-barangku.
“Apa ada hal lain terjadi selama aku pergi?”
“Kamu berlebihan. Itu hanya satu hari… Pokoknya itu banyak barang bawaanmu. Kerja bagus.”
“Benar kan? Sedikit memalukan naik kereta dengan ini.”
Ini adalah kotak karton besar setelah semua. Tatapan dari semua orang membuatku tidak nyaman.
“Jadi… apa saja yang kamu bawa?”
“Aku membawa beberapa buku referensi dan bola basket… Beberapa manga favoritku juga konsol video game dan softwarenya.”
“Video game? Kamu main video game?”
“Tidak begitu sering sih… tapi lebih baik punya mereka saat ada tamu datang ke sini. Aku punya game balapan dan papan.”
Aku tidak main RPG atau semacamnya. Sisanya adalah game aksi kecil-kecilan, olahraga, teka-teki serta beberapa lainnya.
“Begitu ya…”
Mengatakan demikian Kiryu menatap konsol permainan dalam kotak karton dengan matanya bersinar entah kenapa.
“U-Um.. Higashi Kujo-kun..”
“Apa salah?”
“Apakah permainannya… menarik?”
“Hmm… Yah tentunya tidaklah membosankan meski bukan tipe yang suka bermain tetapi kadang—”
Ah baru tersadar!
“Ingin mencoba?”
“I-Iya.. Aku belum pernah main video games sebelumnya… jadi aku agak tertarik.”
“Ah, kamu kan gadis muda. Apakah permainan dilarang di rumahmu?”
“Itu bukan masalahnya. Keluargaku adalah orang baru kaya. Sebenarnya ayahku sering pergi ke arcade ketika dia masih muda… Dan ingat aku bilang bahwa perusahaannya bergerak di bidang IT? Komputer adalah suatu keharusan, dan kami pasti akrab dengan industri game. Yah setidaknya dia tidak bilang “Game adalah hal yang mutlak tidak boleh!” atau semacam itu.”
“Lalu kenapa?”
Atas pertanyaanku, Kiryu menarik dagunya sedikit ke belakang.
“Karena… Aku tidak punya teman.”
“Video games dimainkan bersama teman-teman kan? Karena aku tidak punya, jadi tidak ada alasan untuk…”
“…Aku merasa buruk.”
Entah kenapa aku merasa sedih..
“… Nah lalu, mari kita santai bermain video games hari ini.”
“Apa itu oke?”
“Aku juga nggak sibuk kok, jadi nggak apa-apa.”
“Benarkah? Yay!!”
Mengatakan itu, Kiryu melompat-lompat di tempat. Eh? Kamu sangat bersemangat ya. Apakah kamu benar-benar ingin bermain game sebegitu rindunya?
“Ini pertama kalinya ku!”
“–Kamu sengaja kan?”
“Apa?”
“…… Tidak apa-apa. Jadi? Mana yang ingin kamu mainkan?”
“Pilihannya apa saja?”
“Uh… backgammon, game teka-teki, game pertarungan, game sepak bola… dan juga beberapa game balapan.”
“Mana di antara itu yang menarik?”
“Aku tidak tahu, aku rasa tergantung selera mu.”
Mengatakan itu, aku membawa kotak karton ke ruang tamu. Ku letakkan di depan TV dan merogoh isinya.
“Uh… yah, jika kamu mau mulai mungkin ini atau ini?”
Aku mengambil sebuah permainan papan dan sebuah permainan balap.
“Aku pikir aku pernah melihat ini sebelumnya. Bukankah ini kostum yang dikenakan Perdana Menteri saat Olimpiade?”
(Catatan: Ternyata Perdana Menteri Shinzo Abe pernah berdandan seperti Mario di Olimpiade Tokyo 2020. Aku menebak bahwa permainan balapannya adalah Mario Kart.)
“Kostum ya? Yah kamu tidak salah sih, jadi mau main ini?”
“Aku selalu berpikir karakter-karakternya lucu.”
“Itu adalah pria tua dengan janggut loh..”
“Bukan itu. Di sini, yang tampak seperti dinosaurus.”
“Oh dia?”
Aku kira agak masuk akal? Tidak yakin apakah makhluk itu lucu atau tidak.
“… Ngomong-ngomong kenapa gadis ini memakai telinga kucing?”
“Uh.. karena tren?”
“Tren… Yah mungkin begitu juga ya. Ada penataan untuk rambut dan telinga kucing juga..”
“Begitukah?”
“Iya benar-benar begitu! Aktris-aktirs, idol-idol dan penyanyi kadang-kadang melakukan hal tersebut! Namun sudah cukup lama sehingga sulit mengatakannya masih tren atau bukan.”
“Heh.. Nah iya sih cewek pakai telinga kucing imut banget kok! Rasanya bikin orang ingin melindungi mereka.”
“Aku pikir aku tahu maksudmu. Seperti jika itu anjing akan setia dan jika rubah akan licik?”
“Itukah pendapatmu?”
Yah sejujurnya aku nggak begitu tahu sih.
“…”
“.. Apa?”
“Ngg… apakah kamu juga merasa telinga kucing imut?
“No comment.”
Bukan berarti aku bilang tidak imut.. Ada sesuatu yang… romantis tentang itu.
“Begitu ya…”
Kiryu menatapku ketika mengatakannya.
“Apa salah?”
“Uh..”
Kiryu perlahan membawa tangannya ke kepala dan membuat bentuk cakar dengan itu. Lalu dia miringkan kepalanya ke samping…
“Nya~”
“…”
Aku menutup mulutku dengan tangan kanan dan berbalik. Tidak, apa-apaan itu! Astaga! Itu sangat merusak! Bagaimana dia bisa seimut itu?!
“Ara~? Ada apa—Ada apa nya~?”
“Tidak ada..”
“Gimana, nya? Imut, nya?”
Aku melirik Kiryu dan… dia tersenyum bahagia.
“Kamu suka kan Higashi Kujo-kun—Tunggu nggak kamu suka ya~? Bagaimana menurutmu, nya~?”
“Tolong jangan begitu. Aku menyerah.”
“Ah..! Tunggu sebentar… lalu pasti..”
Mengatakan itu, Kiryu berlari keluar dari ruang tamu..
“Syukurlah…”
Tidak, aku rasa aku tidak benar-benar senang dia pergi. Malahan aku merasa sayang sekali. Tapi…
“..Yeah, itu cukup berbahaya.”
… memang begitu ya.
“Maaf telah membuatmu menunggu, nya!”
–Maksud ku bwah—!
“Hei wa-wa-apa?!”
“Fufu~ Bagaimana pendapatmu, nya? Aku melihatnya di majalah beberapa hari lalu, nya! Penataan rambut telinga kucing sederhana yang bisa dilakukan oleh siapa saja, Nya!”
Ya.
Ketika Kiryu kembali, dia memiliki sepasang “telinga kucing” yang indah di kepalanya. Huh? Apakah itu benar-benar dibuat dari rambutnya? Luar biasa. Mereka benar-benar terlihat seperti telinga kucing.
“Menakjubkan..”
“Apa pendapatmu, nya? Kamu suka, nya? Aku pikir Higashi Kujo-kun mungkin menyukainya, jadi aku mencobanya, nya!”
“… Ya. Secara sederhana, kamu terlihat hebat.”
Maksudku, Kiryu memiliki karakter seperti kucing… Meski kita mulai mengenal satu sama lain sedikit demi sedikit, aku tidak merasa seperti memberi makan kucing jalanan yang selalu waspada.
“..Uh…Eh…. T-Terima kasih..”
Mungkin malu dengan kata-kataku atau telah mengingat apa yang dia lakukan, Kiryu berbalik dengan pipinya memerah seolah-olah dia telah lupa pengaturan karakternya.
“Nya..”
Oh dia lupa untuk berganti karakter.
“Itu sangat memanjakan mata. Terima kasih Kiryu. Itu sudah cukup.”
Ya itu pasti tampak bagus padanya dan jujur saja itu sangat imut. Meski dia begitu imut aku harus menghentikannya dari eskalasi lebih lanjut. Terutama demi rasionalitas ku sendiri.
“… Itu benar ya nya?. Senang mendengarnya nya.”
“… Kamu masih melanjutkan hal itu?”
Aku sudah penuh.
“Do-Jangan bicara hal-hal seperti itu nya!”
“Baiklah oleh seba—”
“Tidak bisa ya~, Tidak bisa ya~!”
Sambil berkata ini Kiryu melangkah mendekatiku
“Bahkan… Sekarang ini aku adalah kucing nya~!”
Apa maksudmu? Eh?
“… Apa? Kamu mabuk?”
Kamu baik-baik saja kan Kiryu? Entah kenapa tiba-tiba aku menjadi sangat tenang. Apa maksudmu “Sekarang saya adalah seekor kucing”?
“..Ka-Kamu tiba-tiba tenang sekali.”
“Tidak… Kata-katamu begitu tidak masuk akal sehingga membuatku langsung sadar.”
Aku tidak bercanda loh! Hei Kiryu kamu lelah atau apa?
“Hei! Jangan menatapku seperti seorang kakek menatap cucunya! Padahal kamu sempat ‘bersemangat’ melihat penampilanku sebelumnya…” (Catatan: ‘Bersemangat’ di sini artinya … yah kamu tahu.)
“Nah bersemangat sedikit berlebihan sih tapi memang salah ku karena bereaksi berlebihan tadi sih. Maaf atas hal itu tapi..”
“Rrr…. rrr.”
“Jangan menggeram padaku.”
Apakah dia benar-benar seekor kucing?
“..Rrrr”
“Hei tunggu! Itu berbahaya!”
Tiba-tiba, dia menatapku dengan tatapan tajam di matanya dan Kiryu melemparkan dirinya kepadaku. Awas!
“Siap nya”
“Siap?”
“Jika kamu mengelus kepala ku, nya. Aku tidak akan melawan, nya.”
“… Ada apa? Kamu sedang bad mood hari ini?”
Tidak serius loh! Apa masalahmu? Kamu demam? Aku mulai khawatir.
“…”
“Kiryu?”
“Nah … uh..I-
–cukup merasa kesepian..”
“…”
“… Kamu pulang kemarin kan? Aku sendirian di rumah… dan aku merasa sangat kesepian.”
“Kiryu.”
“Aku makan malam sendirian, dan ketika aku keluar dari kamar mandi, tidak ada orang disana… dan bahkan jika aku menonton TV atau membaca buku, rasanya sepi. Biasanya kita makan malam atau minum kopi sambil berbicara… tapi aku merasa begitu sepi dan ingin melihat Higashi Kujo-kun sesegera mungkin jadi ketika aku melihatmu tadi aku senang sekali.”
“..Uh..Nah maaf ya atas itu..”
Aku paham. Makanya kamu sedikit bersemangat saat ku kembali.
“Itu bukan salahmu… Aku hanya merasa kesepian sendiri saja.”
Meski merasa sedih untuk Kiryu aku juga sedikit senang. Dia menyadari perubahan ekspresiku dan membusungkan pipinya.
“Tampaknya saya telah tersenyum maaf.”
“Apa hubungannya dengan ‘meong’ tadi?”
“Oh Tuhan! Itu bukan masalahnya! Saya merindukanmu! Jadi siap-siap!”
“Biasa aja biasa aja. Astaga… Aku terkesan loh kamu benar-benar seperti kucing ya.”
“Begitukah?”
“Tahu kan yang ada di video-video tersebut? Ketika pemiliknya pulang dari perjalanan mereka memanjakan hewan peliharaan yang sangat gembira dengan kata-kata “Ada deh ada deh””
Aku agak dalam suasana hati seperti itu sekarang ini. Nah tentunya saya senang dong kan?
“Sedikit tidak suka dengan perlakuan seperti kucing tapi oh baiklah sudahlah.”
Mengatakan ini Kiryu tersenyum nakal seperti Kucing Chesire di Alice in Wonderland dan mendekatkan bibirnya ke telingaku.
“Ayane-nya sering kesepian jadi manja dia banyak-banyak ya? Tuan…”
..Berhenti sudah. Hidup Higashi Kujo sekarang di titik nol!