[Hei, apa kamu pernah membaca buku sambil berjalan pulang?]
Aku berencana untuk mengembalikan bukunya dan berpisah seperti biasanya, tetapi karena kemarin aku melihat orang yang seperti “Saito” yang membaca sebuah buku saat perjalanan pulangku, aku memutuskan untuk bertanya padanya tentang itu.
[Ya, aku pernah, memangnya mengapa?]
Saito bertingkah seolah-olah itu perbuatan yang normal.
Tampaknya yang lihat benar, dan yang kulihat kemarin itu benar-benar Saito.
Ya, dia adalah seorang gadis yang mencolok yang orang akan dengan mudah menyadarinya, meskipun dia dari jarak yang jauh.
[Sudah kuduga, aku melihatmu kemarin, bagaimana bisa berjalan pulang dengan cara begitu?]
[Aku sudah terbiasa melakukannya. Aku membaca agar waktu luangku tidak terbuang sia-sia. Bagaimana kalau kamu melakukannya juga?] (TL English Note: Siapa juga orang waras yang mau jalan sambil baca dan berpotensi tinggi menyebabkan kematian.) (TL Note: Gue juga setuju, Bro!)
Aku sadar aku sangat suka dengan buku, tetapi dia menganggapnya terlalu jauh.
Kupikir dia menghabiskan waktu luangnya dengan membaca, sama seperti aku menghabiskan waktu tidurku untuk membaca.
Dalam kasusnya, dia melakukannya hampir sepanjang masa, karena dia dikelilingi oleh banyak gadis di sekolah, dan karena dia pintar, mungkin dia akan belajar juga di rumah.
[Aku tidak melakukan itu, daripada itu, apa kamu menyadari bahaya yang akan mengintaimu jika kamu melakukan itu? Kamu tidak akan tahu kalau akan ditabrak oleh mobil.]
Gadis yang aku lihat kemarin tidak memperhatikan pijakan kakinya, mungkin karena keasyikkan membaca.
Aku tidak ingin mengangkat topik ini tetapi melihatnya begitu membuatku khawatir.
[Aku belum terkena masalah sejauh ini, tidak usah terlalu khawatir….]
Meskipun aku perhatian, Saito bilang begitu dan mengabaikan komentarku.
×××
[Dia… Dia berjalan sambil membaca lagi…]
Sepulang sekolah, aku berangkat ke rumah karena sekolah sudah ditutup, dan aku melihat Saito lagi.
Tampaknya, rumahku dan rumahnya itu searah.
Aku pernah melihatnya beberapa kali sebelum aku terlibat, lalu “kejadian buku pegangan siswa” itu pun terjadi.
Dia berjalan dengan lambat, dengan cara yang berbahaya.
Mungkin karena terlalu larut dalam bukunya, dia berjalan dengan lambat dan terkadang berhenti beberapa kali.
Dia berjalan dengan cara yang tidak stabil, dan itu membuatku gugup hanya karena melihatnya.
Aku tidak yakin apa aku harus mengingatkannnya atau tidak, karena tidak seperti di perpustakaan di mana banyak orang di dalamnya, kami sedang ada di luar dan kami tidak tahu siapa yang akan memantau.
Aku tidak bisa bicara dengannya dikarenakan kondisi, jadi aku lebih memilih untuk mengikutinya, (TL Note; Dasar Stalker!)
Setelah memantau sejenak, sebuah truk datang dari lawan arah.
(TL English Note: Ah mulai lagi dah!) (TL Note: Tipikal cerita romcom!)
Kupikir dia akan menyadari suaranya selagi dia berjalan ke depan, tetapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan begitu.
[HEI!]
[Apa!]
Aku berlari dengan cepat ke arahnya dan menarik lengannya ke dinding.
Aku menyelipkan diri di antara dia dan truk itu agar diriku tetap selamat.
[……. A-ano.]
Dia ditarik ke dinding, dengan mata melirik ke bawah ingin meminta maaf, seolah-olah dia memahami sesuatu.
[… Itulah mengapa aku bilang padamu untuk berhati-hati.]
[… Maafkan aku.]
[Lupakan itu, berhati-hati saja mulai sekarang. Yang lebih penting, apa kamu terluka?]
[Tidak, aku baik-baik saja. Terima kasih karena telah menyelamatkanku.]
Aku tidak mau menyalahkannya lagi, jadi aku memutuskan untuk bertanya tentang kondisinya dan dia menjawabnya dengan santun.
Aku belum menyadarinya sebelumnya karena situasinya sangat kacau, tetapi aku menariknya mendekat dan menutupi tubuhnya dalam rangka melindunginya, jadi posisinya seperti kabedon.
(TL English Note: Jika kalian tidak mengetahui apa itu kabedon, cari saja di Google. Meskipun aku tahu kebanyakan dari kalian pasti telah mengetahui artinya.) (TL Note: Ini Mimin kasih linknya ya: Kabedon)
Dalam posisi seperti ini, gadis itu menatapmu dari jarak yang dekat, dan sekali kamu menyadarinya, kamu akan menjadi tidak nyaman.
Aku tidak pernah memiliki banyak keberuntungan dengan wanita, tetapi jarak yang seperti ini buruk untuk jantungku, tetapi saat ini, aku sedang berada di posisi yang sangat buruk dengan seorang gadis cantik.
Walaupun tidak ada perasaan romantis dari kedua belah pihak, kupikir itu bukanlah hal yang bagus untuk tetap seperti ini.
Dia sepertinya masih belum menyadarinya, jadi aku secara perlahan menaruh tanganku dan melepaskannya menjauh dariku sebelum rasa malu sampai ke wajahku.
[… Berhenti lakukan itu mulai dari sekarang, oke?]
[Iya… Aku akan menahan diri untuk melakukan itu mulai sekarang.]
Untungnya, dia tampaknya belum memperhatikan di posisi apa kita tadi.
Dia tidak terlihat menyadari kalau kita menempel dengan sangat dekat beberapa saat yang lalu, dan memiliki emosi yang normal di wajahnya.
Kalau menurutku, aku mengerti alasan gadis seperti Saito, yang disukai oleh banyak pria, pasti akan marah, tetapi aku tidak bisa apa-apa selain tersenyum ketika aku melihat ekspresinya yang acuh tak acuh.
[Ta-tadi hampir saja…]
Itu mungkin terjadi dikarenakan itu hanya kabedon yang semu.
Aku tidak memperhatikan suara gumaman pelan dan fakta bahwa telinganya, yang ditutupi oleh rambut hitam panjangnya, agak memerah.