[… Terima kasih sekali lagi karena telah mengizinkan aku meminjam buku-bukumu.]
[Tidak masalah, ini yang berikutnya.]
Aku berbicara dengan Saito di perpustakaan bukan di rumahnya karena aku punya pekerjaan paruh waktu hari ini.
Aku sudah terbiasa dengan Saito meminjamkan buku-bukunya karena itu terasa seperti pengiriman buku akhir-akhir ini.
Meskipun aku gugup karena memberinya kado ulang tahun kemarin, dia bertingkah seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Terlihat tidak peduli, dia mengeluarkan buku itu dari tasnya dan memberikannya padaku.
Dia memiliki wajah datar tak berekspresi yang biasanya, dan tidak ada jejak senyum lembut yang dia gunakan kemarin.
Tentu saja, ini Saito yang normal, tetapi entah mengapa senyuman yang kulihat kemarin seperti mimpi.
Iya, aku bisa saja gelisah jika harus melihat ekspresi yang sama terus menerus, jadi aku hanya akan membiarkannya seperti itu.
Aku merasa lega kalau dia memiliki sikap yang sama seperti biasanya.
Selagi aku melihat ke arahnya lagi, aku menyadari kalau dia memiliki tampang yang luar biasa.
Dia memiliki mata yang jernih, bentuk hidung yang bagus, bibir yang lembut, dan rambut hitam terawat yang sangat halus sehingga kamu bisa menjalani jari-jemarimu melalui itu dengan mulus.
Aku bisa mengerti mengapa banyak sekali cowok yang menyukainya, tetapi jantungku tidak berdetak secepat yang kemarin.
Dia mengejutkanku kemarin. Aku tidak membantah kalau dia sebenarnya cantik ketika aku bertemu dengannya tetapi jantungku berdegup kencang ketika dia menunjukkan padaku senyumannya yang mempesona. Itu adalah pada saat aku menyadari kalau dia itu, tanpa keraguan, seorang gadis cantik…
Selagi aku menghela nafas dengan pelan, mengingatkan diriku kalau aku tidak memiliki perasaan romantis terhadapnya, aku menyadari sesuatu di buku yang dia baca.
Penanda buku yang berkilauan bisa terlihat di antara kedua halaman yang terbuka.
[Ada apa nih…?]
Dia menyadari lirikanku dan bertanya padaku dengan suara yang dingin.
Suaranya dingin seperti biasanya, tetapi ada peraknya kelembutan yang terselip ke nadanya yang entah mengapa mengurangi jarak di antara kami.
[Tidak, aku hanya terkejut karena kamu benar-benar menggunakan penanda buku itu.]
Aku tidak berpikir kalau dia berbohong ketika dia bilang dia akan menggunakannya, tetapi dia benar-benar melakukannya, aku merasa gatal.
Aku bisa lihat kalau dia benar-benar menyukai penanda buku itu dan apa yang dia bilang bukan hanya sanjungan kosong dan sebagai hasilnya, itu menghangatkanku dari dalam.
[Itu tidak masalah, bukan? Itu terserah padaku apakah aku menggunakannya atau tidak.]
[Iya, gunakan itu sesukamu.]
Dia menjawab dengan cara dinginnya yang biasa, tetapi itu normal baginya. Aku mengangkat bahuku dan menyengir.
Kata-katanya blak-blakan seperti biasanya, tetapi itu tampak sedikit tajam.
Mungkin dia memaafkanku karena aku temannya.
[….Asal kamu tahu ya, ini milikku sekarang dan aku tidak akan memberikannya kembali bahkan jika kamu memintanya, oke?]
[Aku tidak akan bilang begitu.]
Dia pasti salah paham padaku ketika aku melihat penanda buku itu, karena dia dengan cepat meraihnya dan menutupinya.
Dia pasti benar-benar menyukainya. Caranya menyembunyikan itu memang lucu dan membuatku tertawa.