Meskipun itu cuma iseng, aku dan Saito memutuskan untuk ber-Hatsumode.
Dia tampaknya menantikannya sedikit, dan meskipun dia sedang membaca, dia tampak agak resah dan gelisah.
Aku tidak bisa apa-apa selain tersenyum melihatnya. Ketika dia menyadari kalau aku tersenyum, pipinya agak memerah selagi dia melirikku seolah-olah berkata, [Ada apa sih?]. Ini terulang beberapa kali.
[Aku akan mengganti pakaian.]
Itu sudah larut malam, setelah pukul 10 malam, ketika dia menutup buku dengan bantingan dan bangkit dari duduknya.
[Eh? Bukankah tidak masalah untuk pergi dengan mengenakan pakaian itu saja?]
Aku kira dia akan mengenakan pakaiannya yang saat ini, jadi aku membantah.
Apakah itu perlu untuk mengganti pakaian?
Aku sebenarnya berpakaian dengan niat untuk pergi keluar, jadi aku tidak memiliki masalah apapun, tetapi jika dia ingin pergi keluar seperti dia saat ini, mungkin akan sedikit kasar, tetapi tidak sepenuhnya tidak wajar.
[Aku tidak bisa membiarkan orang-orang melihatku mengenakan pakaian santaiku.]
Dia mengeluarkan desahan dan memberiku tampang tercengang.
Itu memang jelas bukanlah pakaian yang sesuai untuk dikenakan seorang gadis di luar, dan dia mungkin sadar tentang hal itu.
Aku merasa seolah-olah matanya memberi tahuku untuk peka terhadap seorang gadis.
[Kamu tidak keberatan jika aku melihatnya?]
[Kamu itu berbeda… Aku tahu kalau kamu itu bukanlah tipe orang yang akan mengubah sikapmu hanya karena aku berpakaian seperti ini.]
[Terima kasih untuk itu.]
Jika dia peduli terhadap penampilannya, dia akan berdandan dengan benar saat di depanku juga, tetapi sepertinya aku telah dikecualikan.
Aku mengeluarkan senyuman masam pada pemikiran yang aku percaya dengan cara yang aneh lagi.
[Aku akan berganti pakaian di kamar mandi.]
[Oke.]
Setelah berkata begitu, dia berjalan ke arah pintu keluar ruangan.
Aku kira dia akan pergi, tetapi ketika dia meletakkan tangannya di gagang pintu, dia berbalik ke arahku.
[Benar juga, jangan mengintip, ya?]
[Aku tidak akan mengintip…]
[Aku tahu. Cuma bercanda.]
Aku menatapnya, bertanya-tanya apa yang dia bicarakan, dan dia tertawa menggoda.
Matanya menyipit dengan nakal dan dia terkikik, yang mana itu lebih s*ksi dari kepolosannya yang biasa, dan untuk sesaat aku lupa untuk bernapas.
Itu memang manis, namun sedikit membangkitkan senyuman yang aku belum pernah lihat sebelumnya. Itu adalah senyuman iblis dengan tanda kedewasaan, dan itu cukup untuk membuat jantungku berdebar.
Aku merasakan pipiku memanas, tetapi aku berhasil untuk mengeluarkan kata-kata.
[…Pergi buruan.]
[Iya, aku akan mengganti pakaian.]
Dia meninggalkan ruangan, mulutnya longgar seperti seorang anak kecil yang berhasil berbuat jahil.
Aku merasa seperti aku sudah terbiasa, dan aku tidak yakin bagaimana yang seharusnya aku rasakan.
Aku harap dia akan menghentikan godaan semacam ini, karena itu buruk untuk jantungku dalam banyak cara.
Aku mengeluarkan desahan kecil saat dia menghilang ke belakang pintu.