[Hah?]
Aku tidak menyangka akan dimintai nasihat, dan sebuah suara bodoh keluar begitu saja.
[Aku tidak keberatan jika kamu tidak mau.]
[Tidak, tidak, aku hanya terkejut. Tidak apa-apa! Aku akan mendengar permasalahanmu!]
Fakta bahwa aku tiba-tiba membeku dan tidak merespons bisa jadi dianggap sebagai penolakan, dan aku buru-buru menjelaskannya dan mencoba membalasnya dengan memberikan cara yang mudah menyinggung.
Itu merupakan sesuatu yang tidak terduga, tetapi karena dia memintaku untuk itu, maka aku mendengarkannya, dan mempertimbangkan apa yang aku dapat lakukan.
[…Hari ini, aku didekati oleh seorang pria yang belum kukenal. Aku merasa waspada terhadapnya ketika ia menghampiriku, tetapi ia hanya ingin mengembalikan barang yang aku hilangkan. Dari sana, aku ingin berterima kasih padanya dan setelah itu, aku terlalu terkejut untuk melakukannya jadi….]
[Dengan kata lain, kau ingin bertanya padaku apa yang bisa kau kasih padanya sebagai rasa terima kasihmu? Itu aneh…]
(TL Note: Hmmm… Si MC gak sadar kalau peristiwanya agak mirip dengan yang telah terjadi padanya.)
Aku ingin sekali membantunya, namun aku tidak bisa bantu banyak dengan sedikitnya informasi yang didapat.
Bahkan jika kita tahu tentang pakaian atau usianya, itu masih akan sulit untuk menemukannya.
[Tidak, aku tahu dia dari sekolahku, jadi aku bisa menemuinya sendiri. Aku berpikir untuk memberikannya sedikit makanan ringan (snack) besok sebagai rasa terima kasihku, tetapi aku tidak tahu apa yang ia sukai. Aku sangat butuh pendapatmu, karena aku belum pernah memberikan sesuatu sebelumnya kepada lawan jenis…]
[Ah, jadi begitu, aku mengerti.]
Itu terlihat normal baginya untuk mengucapkan terima kasih pada pria itu.
Asalkan itu sebuah hadiah, tetapi dia ingin memberikan sesuatu yang wajar, jadi dia bertanya padaku, yang juga seorang pria, menurut pendapatku.
Aku berpikir keras tentang itu, mencoba menjadi orang yang berguna untuknya.
[Pertama-tama, aku sarankan hindari sesuatu yang terlalu manis.]
[Apakah sesuatu yang manis tidak akan mempan?]
Hiiragi-san memandangiku dengan kebingungan dan terasa dibingungkan dengan kata-kataku.
Sangat lucu melihatnya dengan ekspresi yang seperti itu, dibandingkan dengan muka datarnya yang tidak berekspresi seperti biasanya.
[Tidak, itu bukan hal yang buruk, tetapi para anak laki-laki, termasuk diriku, tidak menyukai sesuatu dengan kadar kemanisan yang berlebihan, jadi aku lebih memilih sesuatu yang kurang manis.]
[…Aku mengerti.]
Ekspresi serius dari wajahnya ketika dia mendengarkan aku menunjukkan bahwa dia ingin berterima kasih padanya dengan tepat.
[Kupikir akan lebih baik jika menghindari kue bolu atau sejenisnya, soalnya makanan mentah (raw food) itu tidak bagus. Kukis (kue kering), madeleines*, atau bahkan… kue mangkok (cupcake) mungkin akan bagus.] (TL Note: Madeleines)
[Hal yang seperti itu ya… Aku mengerti. Ngomong-ngomong apakah ini akan mengganggunya?]
Hiiragi-san menurunkan alis matanya dan bertanya padaku. Mungkin dia merasa galau jikalau pria itu akan merasa terganggu karena hal ini.
[Tidak apa-apa, aku tidak merasa itu mengganggu atau tidak diperlukan.]
Jika kau mempunyai perasaan tulus yang seperti itu, itu akan dirasakan oleh pihak lain itu, karena ini berkaitan dengan makanan, aku tidak berpikir ini akan menjadi sebuah gangguan, jadi aku memotivasinya dengan kuat.
[Jadi begitu ya…]
Kurasa dia tidak terbiasa menyerahkan sesuatu kepada beberapa orang secara sering. Dia terlihat tidak dapat melepaskan kegalauan hatinya, bahkan setelah mendengarkan kata-kataku, dia masih tampak agak khawatir.