Ketika aku sedang bekerja paruh waktu, aku mengingat apa yang aku bicarakan dengan Ichinose di sekolah hari ini.
Meskipun ia memiliki petunjuk, percakapan kami telah membocorkan hubungan antara aku dan Saito. Dari caranya bertindak, aku yakin kalau ia tidak akan menyebarkannya, tetapi aku tidak menduga kalau ia sangat berwawasan. Apa ia seorang detektif atau sesuatu?
Tentu saja, bukan berarti mustahil kalau itu memang yang terjadi, hanya saja kemungkinannya sangat kecil. Jika itu memang terjadi, aku rasa aku perlu meningkatkan kemampuanku. Aku tidak tahu apakah itu ada hubungannya dengan keinginannya yang aku lihat di akhir.
Ichinose tadi sudah mengatakannya. Ia bilang, “Jika kamu mengenal seseorang, kamu akan dengan mudah mengenalinya, bahkan jika dia menggunakan penyamaran.”. Tentu saja, ia mungkin mengatakannya untuk menunjukkan kalau ia sangat jeli, tetapi kata-kata itu masih terngiang di pikiranku.
Jika cowok itu datang ke tempat aku bekerja paruh waktu, ada kemungkinan kalau ia akan tahu. Ya, tempat ini untuk golongan atas dengan harga yang mahal, jadi aku tidak perlu terlalu khawatir dengan siswa-siswi yang juga datang ke sini. Tidak ada gunanya memikirkan hal itu, jadi aku mendorongnya kembali ke pikiranku.
Apa yang paling menggangguku adalah bahwa Saito membantah rumor itu. Itu keputusannya, jadi aku tidak punya hak untuk mengatakan apa-apa, tetapi aku agak sedih. Aku tampak sangat depresi sehingga Saito menghampiriku dan bertanya [Apa kamu baik-baik saja?] untuk mengecekku.
Tentu saja, aku tidak bisa memberi tahunya apa yang menggangguku secara langsung, kemudian aku pergi dengan hati yang bergejolak. Karena hal itu, aku menghela napas.
[Haa…]
[Ada apa? Kamu tampak tidak terlalu sehat.]
Aku tidak menyangka kalau aku akan dipanggil, dan tubuhku gemetaran. Ketika aku berbalik arah, aku melihat Hiiragi-san memandangiku dengan wajah yang khawatir.
Aku rasa dia baru saja mengobrol dengan pelanggan dan menghampiriku setelah mereka pergi dan dia datang padaku karena dia mengkhawatirkanku. Aku merasa sedikit bahagia karena perhatian darinya dan mulai menjelaskan.
[Aku sebenarnya sedikit depresi karena suatu hal…]
[Apa itu?]
Matanya yang indah, gemetar dengan sedikit cemas dan memandangiku. Suara yang hangat dan agak lembut meresap ke dalam hatiku.
[Kami berpegangan tangan, dan itu menjadi rumor di sekolah. “Apakah dia berpacaran dengan cowok itu?” begitulah, dan dia dengan tegas membantahnya. Meskipun dia tidak perlu membantahnya dengan tegas, dan aku tidak mempunyai hak untuk menghentikannya, tetapi… aku ingin membuat kehadiranku diketahui setidaknya sedikit saja.]
Apa sih yang aku tidak suka…? Perasaan yang tidak bisa digambarkan tertinggal di dalam dadaku. Bukan berarti membicarakan hal ini akan memperbaiki apa-apa. Ini hanya ocehanku yang tidak berguna.
Tidak peduli jika dia membantahnya. Faktanya, semakin sedikit rumor, semakin sedikit aku akan dicurigai. Walaupun begitu, ada sesuatu yang menyangkut di dalam pikiranku dan aku tidak dapat menyingkirkannya.
[Ahh, aku mengerti. Kamu kepikiran sesuatu seperti, “Kamu ditolak sebagai bunga cinta” kan?]
(TL Note: Bunga cinta sama artinya dengan ketertarikan cinta/love interest.)
Mendengar kata-kataku, Hiiragi-san membuka matanya dan terkikik. Kata-katanya semakin jelas bagiku saat aku terpukau sejenak oleh senyumannya.
[….Iya. Mungkin begitu.]
Itu mungkin benar. Saat aku diberi tahu, perasaanku mulai terbentuk. Sekali lagi aku menyadari perasaanku, kebingungan yang aku rasakan sebelumnya mereda, tetapi tidak menghilang.
[Jangan khawatir. Dia pasti menyukai Tanaka-kun. Tidak mungkin baginya melirik orang lain selain Tanaka-kun. Itu jelas dari apa yang aku telah dengar.] (TL Note: Dia yang bilang langsung tuh, gak ada lagi yang bisa ngalangin lu lagi sekarang, Bang. Tentu saja, tergantung kebodohan lu.)
Matanya menyipit dan memberikan senyuman lembut. Itu terasa agak senang, tetapi juga hangat.
[Begitu ya?]
[Pastinya!]
Aku dijawab dengan tegas, dan perasaanku bertambah tenang. Hiiragi-san benar-benar orang yang bisa diandalkan. Aku telah terganggu begitu lama, kemudian itu menghilang hanya karena itu. Akhir-akhir ini, aku telah banyak bertanya padanya, dan aku ingin membalas kebaikan itu.
[Maafkan aku karena selalu meminta saran. Apakah Hiiragi-san tidak memiliki pertanyaan apapun?]
Dia selalu mendengarkanku, jadi aku rasa itu akan baik-baik saja jika bisa bantu mendengarkannya sekali-sekali. Jadi aku bertanya padanya.
[Pernyataan… ya?]
Hiiragi-san mengangkat dagunya dan memikirkannya. Dia mengeluarkan [hmmm…] dan merenung, tidak dapat kepikiran apa-apa.
[Dengar, jika kamu memiliki masalah dengan cowok yang kamu bicarakan sebelumnya, aku dengan senang hati mendengarkannya.]
Itulah satu-satunya hal yang dapat aku pikirkan yang sepertinya ada dalam benak Hiiragi-san, jadi menyarankannya. Kemudian dia langsung mengalihkan pandangannya.
[Eh? Bu-Bukankah itu agak…]
[Apa kamu sangat tidak menyukainya…?]
[Bukannya begitu! Hanya saja, kamu tahu! Hati seorang gadis itu rahasia! Jadi, aku hanya akan menerima perasaanmu. Jika kamu memiliki masalah apapun lagi, jangan ragu untuk berkonsultasi denganku.]
Pipinya semakin memerah ketika menjelaskannya, badannya juga tersentak saat dia melanjutkannya. Tampaknya, aku telah salah paham atas sesuatu.
[Jadi begitu ya. Aku mengerti. Aku akan bergantung padamu kalau begitu.]
Saat kami membicarakan ini, pintu toko terbuka.
[ [Selamat datang.] ]
Kami menyapa pelanggan dan langsung melayani mereka. Ketika aku berdiri di depan pelanggan itu, dan melakukan kontak mata, aku terdiam secara tidak sengaja. Pria di depanku memiringkan kepalanya, tampak penasaran.
[Apa ada masalah?]
[Ti-tidak, akan kami tunjukkan di mana meja Anda.]
Aku berhasil mengeluarkan kata-kata menunjukkan rasa panikku. Yang ada di depanku ini adalah Ichinose, berdiri bersama seseorang yang sepertinya adalah pacarnya.