Setelah jam pelajaran kedua berakhir. Ishida yang duduk di sebelahku, tiba-tiba memanggilku.
“Hei… Yuu, bagaimana kalau kita pergi keluar dan makan kari khas India?”
“Di luar? Maksudmu meninggalkan kampus? Pergi sejauh itu hanya untuk makan kari?”
…. Aku merasa penasaran dengan ajakannya yang begitu tiba-tiba.
Itu karena di kampus kami terdapat sebuah kafetaria yang menyediakan menu lengkap, seperti kari, naan dan makanan lainnya dengan harga 500 yen. Harga yang aman bagi kami mahasiswa/i yang tinggal sendirian. Selain itu, makanan disini juga cukup higenis bahkan sudah menerima Sertifikat Halal dari agama Islam. [TN: Masyaallah brother]
“Ayolah, kawan … Sesekali makan di luar. Kebetulan, aku menemukan toko yang menghidangkan prasmanan, ada Naan dan Kebab juga. Aku yang traktir dah..” kata Ishida, sambil menepuk pundakku dan mendorongku keluar kelas. [TN: Naan adalah sejenis roti pipih beragi yang terbuat dari tepung gandum. Makanan populer dari Asia Barat, Asia Tengah, Subbenua India dan Asia Tenggara]
Karena desakannya, aku memutuskan ikut dengannya dan meninggalkan kelas, lalu pergi menuju kawasan kuliner.
“Jadi, kau bertemu dengan Touko-senpai dan apa yang kalian bicarakan?”
Di tengah perjalanan, Ishida tiba-tiba menayakan sesuatu yang menarik perhatianku.
Kalau dipikir-pikir, aku belum memberitahu Ishida tentang apa yang terjadi setelah bertemu dengan Touko-senpai.
Mungkin ini yang membuatnya penasaran …
“Hm… Kami membicarakan tentang “Mengawasi” dan “Menunggu”. Hal-hal seperti mendapatkan bukti nyata untuk membuktikan bahwa mereka selingkuh.”
“Bukti nyata? Bukankah kau sudah memiliki screenshot yang kau ambil dari pesan Karen-chan dan Kamokura-senpai?”
“Dia mengatakan bahwa jika screenshot saja masih belum cukup untuk dijadikan bukti. Touko-senpai sepertinya bertekad untuk menemukan bukti nyata yang membuktikan bahwa si brengsek itu berselingkuh. Sesuatu seperti, hotel cinta atau semacamnya.” [TN: Maksudnya, Touko-senpai baru percaya kalau dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Terus kenapa hotel? Lu tau lah, orang jepun kalau selingkuh maennya ke hotel atau rumah bordil]
“Kalau hotel pasti akan sulit. Tapi, bukankah Kamokura-senpai tinggal sendiri di daerah perkotaan? Kalau begitu, bukankah mengawasi di dekat apartemennya saja sudah cukup?”
“Aku juga berpikir begitu. Tapi menurut Touko-senpai, dia tinggal bersama Kakak laki-lakinya.”
“Kalau begitu, kau tidak bisa mengatakan bahwa apartemennya sebagai sarang cinta mereka.” [TN: Bercocok tanam :v]
“Tapi, hari Sabtu ini adalah hari ulang tahun Karen dan di hari itu…”
“Ah, ini dia, Yuu. Ini tokonya.”
Menyela kalimatku saat aku ingin mengatakannya, dia menunjuk ke gedung di depan kami.
Pintu masuk gedung memiliki papan yang menonjol bertuliskan, ‘Masakan Asli dari India’. Gedung itu tampaknya memiliki 2 lantai.
Jarak antara gedung ini dari kampus kurang lebih dari 10 menit jika berjalan kaki.
Meskipun belum jam makan siang, toko itu di penuhi dengan orang-orang kantor. [TN: PNS indo mah cukup ke Warteg, ngopi+udud yee kan, awokwawk]
“Uwah, ramai sekali! Kupikir kita akan baik-baik saja kalau kita datang pada jam ini.. Tapi..”
Ketika kami sedang melihat-lihat sekeliling. Tiba-tiba, pelayan laki-laki yang tampak keturuan dari India mendatangi kami dan dengan bahasa Jepang yang fasih, bertanya kepada kami.
“Meja untuk dua orang, ya?”
Setelah kami menyatakan persetujuan kami, pelayan itu membawa kami ke meja lebih jauh di dalam toko.
“Silahkan duduk..”
Pelayan itu menunjuk ke meja untuk empat orang. Melihat pelanggan yang sudah duduk di sana, tubuhku membeku.
…. Si brengsek itu!
Pria yang bersama Kamokura menoleh untuk melihat kami. dia adalah, Nakazaki-san.
Nakazaki-san seumuran dengan Kamokura, seorang Senpai di bidang teknik elektro dan seperti yang kau duga, dia juga lulusan dari SMA yang sama dengan kami.
Mereka sudah saling kenal sejak SMA, atau lebih tepatnya, mereka di klub yang sama. Klub sepak bola.
“Oh? Isshiki dan Ishida? Kalian datang ke toko ini juga?”
Nakazaki-san berbicara kepada kami dengan riang.
Namun, untuk beberapa saat, aku tidak bisa bergerak. Memikirkan bahwa dia duduk di sebelah pria yang baru saja kita bicarakan, pria bajingan yang berani meletakkan tangannya pada Karen! [TN: “Meletakkan tangannya” artinya “Merebut”, biar keliatan keren dikit lah. Lol]
Kemungkinan besar, Ishida juga terperangah pada waktu yang sangat buruk.
“Ada apa, kalian berdua? Jangan cuma berdiri saja. Ayo duduk.” kata Nakazaki-san, sambil menunjuk ke kursi di sampingnya.
Ishida dan aku dengan patuh duduk mengikuti arahannya. Aku duduk di sebelah Nakazaki-san, secara diagonal di depan Kamokura.
“Oh ya! Hari ini spesial lho! Ada ayam mentega dan kari kacang. Selain itu, kebab dan ayam Tandoori menjadi menu utama hari ini.” [TN: Ayam mentega atau Makhan murg adalah hidangan, yang berasal dari subbenua India]
Nakazaki-san memberi tahu kami saat dia memberikan menu kepada kami.
Ishida dan aku mengambil menu dan memesan menu spesial hari ini.
“Ngomong-ngomong, kalian berdua, bisakah kalian membantuku membuatkan brosur untuk stand minuman yang akan kita buat untuk festival sekolah?”
Nakazaki-san kembali mengangkat topik pembicaraan.
“Eh? Bukankah sudah diputuskan bahwa siswa kelas dua ‘Suzuki-san’ yang akan membuat brosur itu?”
Nakazaki-san menggelengkan kepalanya ke samping pada respon Ishida.
“Suzuki sekarang tidak mampu melakukannya. Orang itu, dia bilang dia akan meninggalkan grup. Sepertinya dia juga tidak datang ke kampus.”
“Apakah terjadi sesuatu?”
“Dia dicampakkan oleh pacarnya. Lebih parahnya lagi, setelah mencapakkan Suzuki, pacarnya langsung mendapatkan cowok baru. Kudengar, karena alasan itulah dia jarang masuk. Sekarang, dia benar-bemar hancur secara emosional.” [TN: Kena mental, semua cewek sama aja]
Nakazaki-san menjawab dengan suara pasrah. Menjaga wajahku tetap menunduk ke bawah, aku melirik Nakazaki-san dari sudut mataku.
Kalimat yang baru saja dia sebutkan bisa diterapkan padaku juga… Saat itulah pikiran-pikiran itu melintas dikepalaku.
“Membosankan sekali.”
Kamokura mengatakannya dengan nada yang sama sekali tidak berarti.
“Itu adalah hal normal bagi wanita untuk berganti pacar. Apalagi, ketika wanita itu menemukan pria yang lebih baik dari pacarnya. Justru karena dia resah atas setiap hal kecil seperti itu, para wanita mencampakkannya.” [TN: Teruntuk kalian para Readers, terutama laki-laki. Kalo gak bisa good looking, setidaknya kalian good rekening lah. Mimin yakin, nyari cewe gampang tapi mungkin dah seken (bekas) Lol]
“Itu hanya omong kosong.”
Secara spontan aku mengungkapkan keluhanku.
Setelah mengatakannya, Kamokura menatapku dengan terkejut. Dia pasti tidak pernah membayangkan bahwa aku akan menegurnya.
“Tapi, itulah kebenarannya, kau tahu? Tujuan makhluk hidup adalah mewariskan gen mereka sebanyak mungkin. Itu sebabnya, laki-laki bisa memperoleh lebih banyak wanita dan wanita bisa memilih laki-laki yang lebih baik untuk menjadi pasangannya. Dengan mengikuti aturan sederhana inilah makhluk hidup berevolusi menjadi seperti sekarang ini. Ini adalah hukum Survival Of The Fittest.” [TN: “SOTF” artinya, keberlangsungan hidup makhluk yang paling ‘fit’. Kata ‘fit’ di sini artinya, “yang paling mudah beradaptasi dengan lingkungkan masa kini”]
“Dan kau menerapkannya teori itu pada manusia?”
“Manusia juga binatang. Sudah sewajarnya bagi laki-laki dan perempuan sama-sama mencari pendamping selain dari pasangannya sendiri. Pria bisa memiliki lebih banyak keturunan dengan selingkuh dan wanita dapat mengambil gen yang lebih menonjol dengan selingkuh.”
Mendengar itu keluar dari mulut Kamokura. Aku merasa ada sesuatu di dalam diriku yang hancur.
“Maksudmu, wanita selingkuh karena mereka mencari pria dengan gen superior?”
“Aku berani bertaruh bahwa itu bagian dari itu.”
Kamokura berbicara dengan wajah seolah-olah itu adalah hal yang paling masuk akal di dunia.
…… Dasar bajingan yang nggak tahu diri!
Bajingan ini sama sekali tidak punya malu!
“Tapi manusia punya etika, kan? Dan etika itu mengatakan bahwa mereka tidak boleh selingkuh.”
“Tidak ada yang lebih dipertanyakan daripada etika itu sendiri. Teori game membuktikan itu.”
Hal yang bisa kulakukan saat ini adalah mencegah emosi muncul di wajahku. Setelah itu, Kamokura melanjutkan pidatonya.
“Jika pasanganmu berselingkuh, bukankah kau sendiri juga akan melakukan hal yang sama? Kalau kau cuma dia saja sedangkan pasanganmu melakukannya (berselingkuh) adalah pilihan terburuk yang bisa kau ambil.”
Ishida mengintip untuk melihat bagaimana keadaanku. Tenang saja, Ishida. Aku bukan orang idiot yang dengan mudahnya terpancing oleh bacotannya ….
“Meskipun pasanganmu bukan tipe orang yang seperti itu. Tapi, tetap saja rute perselingkuhan adalah hak yang paling menguntungkan. Singkatnya, terlepas dari apakah pasanganmu selingkuh atau tidak, pilihan terbaikmu adalah selalu bertujuan untuk berselingkuh.”
“Itu hanya ‘Prisoner’s Dilemma’, kan? Tapi, pelajaran dari teori itu adalah, lebih dari saling mengkhianati, pada akhirnya ada keuntungan lebih besar yang bisa diperoleh kedua belah pihak jika mereka bekerja sama.” [TN: ‘Prisoner’s Dilemma’ adalah contoh kanonis dari sebuah permainan yang dianalisis dalam teori permainan yang memperlihatkan mengapa dua individu mungkin tidak akan bekerja sama, bahkan jika demi kebaikan mereka sendiri untuk melakukan hal tersebut]
“Itu benar. Jika masing-masing dari mereka adalah ‘orang baik’, maka mereka semua akan dapat diuntungkan secara normal. Namun, jika saat salah satu dari mereka adalah ‘pengkhianat’, mereka akan menjadi pemenang tunggal yang menimbun semua keuntungan.”
“Dengan kata lain, bahwa adanya ‘pengkhianat’ itu adalah fakta?”
“Begitulah hukum alam. Kecuali kau memiliki kekuatan nyata, kau tidak bisa menjadi pengkhianat. Saat orang lemah mengkhianati kelompoknya yang akan terjadi hanyalah mereka menerima ‘pembalasan’ dari orang lain.”
….. Sebenarnya, kau ingin mengatakan bahwa kau memiliki kekuatan nyata karena itu kau bisa melakukan apapun dengan Karen sambil tetap menjaga hubunganmu dengan Touko-senpai. Dan karena aku lemah, wajar saja jika pacarku akan dicuri dariku?
“Sudah cukup, Kamokura. Kau tidak perlu melanjutkannya lagi. Karena hal inilah kau selalu disalahpahami oleh orang lain.”
Nakazaki-san membuat wajah pahit saat dia mengatakan itu.
“Maksudmu seperti bagaimana pionir dan revolusioner selalu dipandang dengan permusuhan oleh massa?”
Kamokura mengangkat bahunya dengan sikap dramatis.
Melihat Kamokura seperti itu, aku tahu itu.
…. Tidak diragukan lagi. Orang ini selingkuh dengan Karen. Lebih buruk lagi, dia bahkan tidak memikirkannya.
Pada saat itu, empat porsi makanan dibawa ke meja kami. Kami menghentikan percakapan kami dan mulai menyatap hidangan kami. Namun, saat itu, aku tidak bisa merasakan rasa kari India asli yang sudah lama ditunggu-tunggu. Yang ada di dalam perutku hanyalah kemarahan yang kumiliki terhadap Kamokura.
Setelah selesai makan, aku meminum lassi. Lalu, aku bangkit dari tempat duduk. [TN: ‘Lassi’ minuman yogurt yang sering diminum di India]
“Aku harus bersiap untuk kelas berikutnya. Jadu, aku akan pergi dulu.”
Mendengar itu, Ishida buru-buru meminum lassinya dan berdiri.
“Oke. Sampai jumpa lagi.”
Nakazaki-san mengatakan bahwa Kamokura tidak memberikan perhatian khusus padaku.
Aku menatap Kamokura dan berbicara.
“Kamokura-senpai. Pembicaraan barusan, itu menarik. Kupikir, seperti yang kau katakan, wajar jika orang yang lebih unggul dari yang lain, lebih populer daripada mereka dan pengkhianat yang memiliki kekuatan yang meningkatkan pengaruh mereka juga merupakan fakta. Namun, metode dari teori game di mana pengkhianat menerima pembalasan dan sekutu bekerja sama adalah strategi yang memberikan skor setinggi mungkin. Dan itulah yang ingin kutuju.”
Kamokura memelototiku. Tapi, dia pasti tidak menganggapku sebagai lawan yang setingkat dengannya.
“Bukankah itu bagus juga? Untuk masing-masing dari mereka.”
‘Dia tidak pantas dianggap sebagai lawanku … ‘ Tatapan matanya seperti mengatakan hal itu.
Aku berbalik dan menuju pintu keluar toko.
Ini adalah peringatanku untuk Kamokura. Dan saat kami menemukan bukti kuat tentang perselingkuhan mereka, kata-kata ini kemudian akan menjadi deklarasi perang.
“Maaf. Aku membuatmu melalui semua itu.”
Segera setelah kami meninggalkan toko, Ishida menundukkan kepalanya dan mengatakan itu.
“Ini bukan salahmu, Ishida. Ini adalah apa yang kau sebut kebetulan. Jadi, mau bagaimana lagi.”
Ishida mengkhawatirkanku. Tentu saja, aku membayangkan dia juga memiliki rasa ingin tahu tertentu sebagai penonton.
“Meski begitu …”
Ishida berhenti sejenak.
“Si bajingan itu, orang itu benar-benar sampah. Jelas dia tahu tentang hubunganmu dengan Karen-chan. Tapi, dia masih berani mengatakan hal itu tepat di depanmu…”
Aku tidak mengatakan apa-apa lagi tentang masalah itu.
Yang tersisa hanyalah menemukan buktinya.
Dan hari dimana kami akan melaksanakan rencana kami adalah hari Sabtu ini, di hari ulang tahun Karen.
* * *
Dan hari Sabtu di akhir bulan Oktober pun tiba. Hari ini adalah hari ulang tahun Karin.
Aku mengambil penuh hari liburku dan membuat reservasi di restoran Italia.
Meskipun itu tidak cukup berkelas untuk dicatat di Michelin Guide. Tapi, dari sudut pandang mahasiwa sepertiku itu cukup berkelas.
Aku bertemu dengan Karen di Shibuya sebelum tengah hari dan kami menuju restoran Italia sebuah restoran yang sudah kupesan (booking) sebelumnya.
“Karen berharap hari ini Yuu-kun tidak membuat reservasi di restoran keluarga. Tapi, di tempat yang indah, seperti yang diharapkan.”
Kata Karen puas dengan dirinya sendiri. Aku memberi tahu dia bahwa aku sudah membuat reservasi untuk hari ini sebelumnya.
Aku sudah memesan kursus makan siang di restoran. Dibandingkan dengan harga makan malam, ini hanya sekitar setengahnya. Tapi, tetap saja.. harganya 8000 yen per orang. Juga, harga minumanya sendiri. [TN: “8000 Yen” dirupiahkan sekitar “1jt lebih]
Namun, saat kami tiba di depan restoran, ekspresi Karen menjadi murung.
“Ini tempatnya?”
“Ya, emang kenapa?”
Mendengar jawabanku, Karen menghela napas berat dan memasang ekspresi rumit di wajahnya. [TN: Fiks, nih cewe emang matre :v]
Kami memasuki restorannya dan di bawah bimbingan pelayan, kami tiba di meja kami.
“Bolehkah saya menanyakan minuman apa yang ingin Anda pesan?”
Tanya pelayan itu.
Makanan sudah diurus berkat reservasi sebelumnya. Tapi, untuk minumannya harus dipesan di restoran. Aku melihat kolom harga dari menu.
“Kalau begitu, kami ingin memesan ini.”
Di antara berbagai jenis anggur yang mereka miliki, aku memilih satu dari yang non-alkohol.
Mempertimbangkan apa yang akan terjadi setelah ini, aku tidak bisa membiarkan diriku terbawa suasana dan minum alkohol di sini.
“Tentu. Segelas Vintense Merlot untuk dua orang, benar, Tuan?”
Setelah mengkonfirmasi pesanan kami, pelayan itu pergi. Saat aku berpikir bahwa bahkan minuman non-alkohol cukup mahal, Karen sekali lagi memasang tampang tidak puas.
“Jadi, bukan botol, melainkan gelas? Dan terlebih lagi, non-alkohol?” [TN: maksudnya, nih cewe mintanya satu set (botol) biar bisa minum sepuasnya. Kalau gelas kan, cuma setengguk. Mau nambah lagi harganya dobel keecuali All You Can Eat]
“Kita tidak bisa menghabiskan satu botol penuh. Terlebih lagi, dua anak di bawah umur yang meminum alkohol di siang hari akan terlihat buruk, kau tahu?”
Karen cemberut tidak puas dengan jawabanku.
“Karen lebih suka pacarnya, memesan sommelier sebotol, lalu dengan elegan membuka tutupnya dan menyajikan anggur untuk mereka berdua di gelas mereka, sebelum mencicipinya dan meminumnya bersama…”
Seluruh proses pencicipan anggur itu konon dilakukan oleh orang yang memesan anggur. Aku memang memiliki setidaknya banyak pengetahuan umum, tetapi aku tidak tahu etiket dan tata krama untuk itu.
“Tidak, aku tidak memiliki kemampuan kelas atas seperti itu.”
“Karen tidak berpikir itu kemampuan kelas atas. Tapi, bagian dari Yuu-kun yang seperti itu sangat menyebalkan…”
Dia mengatakan bagian terakhir dari kalimat itu dengan suara yang sangat kecil sehingga aku tidak bisa mendengarnya.
“Karena ini hari ulang tahunku. Karen berpikir bahwa Yuu-kun akan melakukan sesuatu seperti menyiapkan sebotol anggur… Tidak ada kejutan seperti itu?”
Begitu suasana hati Karen memburuk, sangat sulit untuk membuatnya ceria kembali.
Jika aku bertindak seolah-olah aku tidak menyadarinya, dia pasti akan meluapkan emosinya padaku.
Seolah-olah mengatakan, ‘Lebih memperhatikan kemarahanku!’. [TN: Peka dikit napa!]
Itu sebabnya, sebelum suasana hati Karen benar-benar memburuk, aku bergerak untuk menenangkannya.
“Maaf. Aku tidak memikirkannya sejauh itu. Tapi, aku memang menyiapkan hadiah yang pantas untukmu. Aku akan memberikannya padamu nanti.”
Mungkin kata ‘hadiah’ akan berhasil, karena untuk saat ini, tatapan murung Karen menghilang.
Sesaat setelah itu, pelayan datang dengan hidangan kami. Hors d’oeuvres adalah salad tomat, mozzarella dan basil caprese. Selanjutnya disajikan ke meja kami adalah sup tomat dan pasta carbonara.
“Primo piatto Italia selalu merupakan hidangan yang kaya akan karbohidrat, kan?” kata Karen, sambil melihat-lihat hidangan di depannya.
Ketika aku bertanya apa itu primo piatto, dia menjelaskan dengan wajah yang sedikit angkuh.
“Artinya ‘hidangan pertama’. Hidangan utamanya disebut ‘secondo piatto’ dan merupakan piring berat protein dengan daging atau ikan.”
“Hee, kau cukup berpengetahuan.”
Aku mengatakannya tanpa makna khusus di baliknya. Meski begitu, Karen menjawab dengan bingung.
“Eh? Serius! Bukankah ini hal biasa?”
Dia melanjutkan tanpa berhenti.
“Pertama, Yuu-kun yang terlalu kurang informasi! Pertama-tama, jika seseorang membawa pacar mereka ke tempat semacam ini, bukankah wajar jika pacar mereka tahu sebanyak itu?”
Karena itu, dia sekali lagi mengarahkan tatapan mencela padaku.
Hidangan utamanya adalah ikan air tawar yang dibungkus dengan puff pastry.
Melihat itu, Karen berbisik.
“Karen lebih suka yang Prancis.”
…. Jangan mengatakan hal seperti itu ketika aku bahkan sampai rela membuat reservasi hanya untuk merayakan ulang tahunmu…
Aku mulai merasa bahwa aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi.
Aku merasa Karen sangat cepat menemukan kesalahanku hari ini.
Apakah itu imajinasiku? Apa aku hanya merasa seperti itu karena gagasan bahwa Karen dan Kamokura selingkuh terus-menerus ada di pikiranku? Seandainya aku tidak melihat isi pesan di smartphonenya, bisakah aku menikmati hari ini dan berpikir tingkah lakunya hari ini “Imut?”
… Tidak, terlalu curiga itu tidak baik. Setidaknya di hari ulang tahunnya, cobalah untuk percaya pada Karen…
Aku menggelengkan kepalaku dengan ringan ke samping dan membuang pikiran itu.
Kami menghabiskan salad kami dan setelah itu makanan penutup (dessert) datang terakhir.
Makanan penutupnya adalah gelato. Saat itulah Karen, yang telah selesai memakan miliknya, berbicara.
“Tempat ini terkenal dengan ‘cannoli’-nya. Bolehkah Karen memesannya?”
“Tidak apa-apa, tapi, apa itu ‘cannoli’?”
Ini adalah kue Italia yang terdiri dari adonan tepung terigu goreng yang digulung menjadi silinder dan diisi dengan keju ricotta dan cokelat atau pistachio.
“Begitu, ya … Karen, kau sangat tahu tentang ini. Apa kau pernah mendengar tentang restoran ini sebelumnya?”
Untuk sesaat, matanya menghindari tatapanku.
“Y,-Ya. Sedikit. Itu ditampilkan di majalah.”
“Hmm, seperti yang orang katakan, wanita pasti memiliki pengetahuan tentang manisan.”
Pada saat itu, aku tidak mengorek lagi, juga tidak terlalu memikirkannya.
Semua piring hidangan lengkap telah dibawa kepada kami dan saat kami menunggu cannoli yang dipesan Karen datang, aku mengeluarkan kotak hadiah.
“Karen, selamat ulang tahun. Ini hadiahmu.”
“Terima kasih! Bolehkah Karen membukanya?”
Karen bertanya sambil tersenyum saat dia mengambil hadiah itu.
“Ya, silakan.”
Saat aku menjawab, aku teringat kebahagiaan yang kurasakan pada saat aku memilih hadiah ini.
Selama waktu itu, aku tidak berpikir sedikit pun tentang Karen yang selingkuh.
Bahkan ketika aku bekerja di pekerjaan paruh waktuku demi membeli hadiah ulang tahun ini, aku merasa sangat senang membayangkan saat-saat dimanaa aku memberikan hadiah ini kepadanya.
“Waaahh! Sebuah dompet Coach” kata Karen, dengan ekspresi ceria. [TN: kata “Coach” di sini mengacu pada nama Perusahaan terkenal di Amerika yang bergerak dibidang, Aksesoris, tas, dombet dan pakaian] [CP: Bro, daripada lu buang-buang duit buat beli dombet mewah buat tuh cewe, mending buat jajan di warkop. Haha]
“Aku ingat… Sebelumnya, kau pernah bilang padaku ketika pertama kali masuk ke kampus ini, bahwa kau menginginkan dompet baru. Itu sebabnya, aku membelikanmu itu. Tapi, aku tidak tahu merek apa yang lagi populer di kalangan perempuan. Jadi, maaf ya.. Kalau itu tidak sesuai seleramu.”
“Mnm (mengangguk).. Aku senang kamu masih ingat hal itu. Terima kasih, Yuu-kun!”
Melihat senyum bahagia Karen dalam waktu yang lama, aku merasa bahwa perasaan tidak enak yang selama ini kupendam sedikit hilang.
…. Tidak mungkin kau selingkuh dengan bajingan yang tidak berguna itu. Benar, kan? Karen…?
Aku mengumpulkan keberanianku dan memutuskan untuk bertanya padanya.
“Karen, apa yang ingin kau lakukan setelah ini?”
“Setelah ini?”
“Malam ini, misalnya.”
Untuk sesaat, sepertinya ekspresinya telah membeku.
Namun, segera setelah itu kembali ke senyum cerianya.
“Maaf~. Malam ini, ada seorang teman dari kampung halaman Karen yang mengatakan bahwa dia akan merayakan ulang tahunku. Itu sebabnya, Karen berpikir untuk pulang sore nanti. Karena itulah, Yuu-kun tidak perlu khawatir.”
… Aku tahu itu …
… Kau pasti bohong …
Pikiran-pikiran yang saling bertentangan itu saling berbenturan di dalam hatiku. Aku merasa penglihatanku tiba-tiba menjadi gelap.
“Yah, tidak apa-apa asalkan Karen meninggalkan Shibuya sekitar jam 6 sore. Jadi, kita masih punya banyak waktu untuk bersenang-senang. Ada toko yang baru buka dan toko yang ingin dikunjungi Karen. Jadi, mari bersenang-senang sampai saat itu tiba!”
Kata-kata Karen itu seperti suara tak berarti yang terdengar di dalam lubang yang kosong.
Setelah makan siang di restoran, aku pergi ke window shopping dengan Karen, bermain di game arcade dengannya dan hal-hal lain. Tapi, aku tidak begitu mengingatnya dengan baik. Seolah-olah ingatan itu kosong, seolah-olah tidak memiliki warna, sensasi semacam itu.
Jam 06:00 sore. Aku berpisah dari Karen di Stasiun Shibuya.
Rumah Karen berada di kota Koshigaya di prefektur Saitama. Kalau kau pergi dari Shibuya, kau bisa naik Hanzoumon Line dan tiba dengan naik satu kereta.
Rumahku berada di Makuhari, prefektur Chiba. Kau bisa mencapainya dengan mengambil Jalur Yamanote sampai Yoyogi dan kemudian beralih ke Jalur Soubu.
Rute di mana kau akan melintasi Kinshichou, tempat apartemen Kamokura berada.
Aku mengetik pesan SNS.
> (Yuu) Aku baru saja berpisah dengan Karen. Aku sedang menuju Stasiun Kinshichou sekarang.
Langsung mendapat balasan.
> (Touko) Baiklah. Aku akan melakukan hal yang sama setelah aku menyelesaikan urusanku.
> (Yuu) Oke. Aku akan menyewa mobil di stasiun.
Aku menutup SNS. Akhirnya, kami masuk ke bagian utama. Aku sudah memesan mobil sewaan.
Dengan langkah tergesa-gesa, aku menaiki tangga yang menuju ke area boarding Jalur Yamanote.
Yang tersisa setelah ini adalah apakah Karen akan muncul di apartemen Kamokura atau tidak.
Inilah saat cinta Karen dan cintaku diuji.