–Ketika aku terbangun, aku berada di rumah sakit.
Diriku tidak dapat mengetahui apa yang sedang terjadi, tetapi ketika aku terbangun, hanya langit-langit putih yang ku lihat.
Aku mengulurkan tangan kiriku dan melihatnya, dan penglihatanku yang kabur perlahan-lahan menjadi jelas.
Sudah berapa lama sejak aku berada dalam kondisi seperti ini? Kata “rumah sakit” berputar-putar di kepalaku.
dengan hampa, saya menatap kosong ke langit-langit putih selama beberapa puluh detik.
Tiba-tiba, aku merasakan ketegangan di paha kanan ku.
Rasa dingin menjalar di tulang belakang ku.
Aku bingung karena aku tidak ingat apa yang telah ku lakukan sampai sekarang.
Dalam situasi ini, ketegangan di paha kanan ku membuat ku sangat gugup sehingga aku merasa ingin muntah.
aku terlalu takut untuk duduk dan memastikan sumber ketidaknyamanan ku.
–Bagaimana jika kaki ku tidak bisa bergerak?
–Bagaimana jika aku mengalami kesulitan dalam menggerakkan kaki ku?
Mempertimbangkan situasi ini, hal itu sangat mungkin terjadi.
aku mengatupkan bibir dan mengambil keputusan, lalu aku duduk dengan sekuat tenaga.
-Ada seorang gadis.
Seorang gadis?
Seorang gadis berbaring telungkup di atas pahaku.
“Err… apa kau baik-baik saja?”
Meskipun sudah jelas bahwa akulah yang tidak baik-baik saja, kata-kata ini secara alami keluar dari mulutku.
Rambutnya yang panjang berwarna keemasan, yang mencapai punggungnya, memantulkan sinar matahari.
Rambutnya terawat rapi, bergerak naik dan turun dalam irama yang teratur.
Jika aku mendengarkan dengan seksama, aku bisa mendengar nafasnya yang lembut.
Gadis yang berbaring telungkup di atas paha ku itu tampak tertidur lelap.
Aku tidak bisa melihat wajahnya, jadi aku tidak tahu siapa dia, tetapi menilai dari situasi ini, dia tampak seperti seseorang yang telah merawat ku.
Namun, tidak tepat menggunakan paha pasien sebagai bantal.
“Um, halo?”
Aku mencolek lengan kirinya dengan jari ku .
Dia tidak bangun.
Aku mencoleknya lagi.
Dia masih tidak bangun.
Kali ini, sambil berkata [Permisi], aku mengguncang tubuhnya. Kemudian tubuh gadis itu bergerak sedikit.
“Hah?”
Dengan gerakan cepat yang tak terduga, gadis itu mengangkat wajahnya ke arahku.
Mata biru yang besar dan hidung yang mancung.
Cairan transparan menetes dari bibirnya yang kecil dan berwarna merah ceri, mungkin karena tidur.
Berdasarkan penampilannya, dia sepertinya seumuran dengan ku.
Saat tatapannya beralih ke arahku, ada keheningan sejenak di antara kami.
“… Apa!? Kapan kau bangun? Jam berapa? Kenapa kau bangun saat aku sedang tidur?!”
Begitu mata kami bertemu, dia membombardir ku dengan berbagai pertanyaan, membuat ku secara naluri mengalihkan pandangan ku.
Suara nyaring yang agak kurang menyenangkan bagi seseorang yang baru saja bangun tidur.
Meskipun tampaknya tidak ada orang lain di kamar rumah sakit ini kecuali aku dan dia, aku ingin dia sedikit menurunkan volumenya.
“Wah, itu sapaan yang cukup unik. Aku bisa bangun kapan pun aku mau, bukan?”
Ketika aku menjawabnya, dia mengedipkan matanya dengan ekspresi kosong.
“Apa yang terjadi padamu? aku dengar tidak ada trauma serius, tapi apakah kau benar-benar melukai kepalamu?”
“Ya?”
“itu sangat tiba-tiba… juga, kita jarang bicara akhir-akhir ini.”
Benarkah begitu?
Dari situasinya, aku dapat menyimpulkan bahwa gadis yang tampak imut ini menghabiskan begitu banyak waktu untuk merawat ku sampai tertidur.
Dengan kata lain, kami cukup dekat.
Sungguh membingungkan, karena ada kalanya kami tidak saling berbicara.
Bahkan, dalam kondisi pikiran ku yang sedang bingung, kelucuannya tetap tidak berubah.
aku bertanya-tanya, apakah diriku memiliki hati yang keras untuk tidak berbicara dengannya, karena penampilan yang imut memiliki tempat yang kokoh dalam kehidupan seorang anak laki-laki.
Tapi itu benar. Melihatnya tidak merangsang emosi yang tidak murni.
Sebaliknya, aku 一一
“… Hei. Apa yang kau maksud dengan ‘akhir-akhir ini’? ”
“Apa? … Mungkin beberapa bulan yang lalu? Kita hampir tidak pernah berbicara sejak kita memasuki tahun kedua. Jangan bilang kau sudah lupa? ”
“Aku lupa.”
“Hei!”
“Tidak, ini berbeda.”
Dia hendak memukulku, dan akumenahannya dengan tangan ku.
Mungkin merasakan sesuatu yang aneh dalam gerak tubuhku, dia memasang ekspresi bingung.
“… Apakah kau baik-baik saja? Untuk saat ini, aku akan memanggil dokter.”
Dia berkata dan dia berdiri.
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara tombol panggilan perawat ditekan dari belakang.
“Aku sudah memanggil mereka. kupikir mereka akan segera datang-”
“Maksudku, siapa?”
“Apa?”
“kau, siapa kau?”
Kata-kata yang keluar dari mulutku tidak memiliki warna.
Tidak ada emosi di baliknya.
Terganggu oleh pertanyaanku, bibirnya bergetar.
“Juga, siapa aku?”
“Apa yang kau katakan–”
Pada saat itu, pintu berayun terbuka.
Suara kehidupan orang asing mulai bergema di benakku.
(TN: Kalimat [知らない人の人生が始まる音が、頭の中で鳴り響いた。Suara kehidupan orang asing mulai bergema dalam pikiranku] artinya dia mulai terpengaruh atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi yang berhubungan dengan orang yang tidak dia kenal, dalam hal ini mantan dirinya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan atau empati yang tumbuh terhadap kehidupan orang asing tersebut, meskipun tidak mengenalnya. cmiiw. )
“Berdasarkan diagnosis, ada kemungkinan besar bahwa Sanada-kun mengalami amnesia sistematis.”
“Haa.” ( suara menghelan nafas guys )
Secara naluri aku merespons nama ku sendiri seolah-olah itu nama orang lain.
Selama sesi konseling, aku mengetahui bahwa nama ku adalah Yuki Sanada. aku diperlihatkan sebuah cermin, tetapi diriku bahkan tidak mengenali wajah ku sendiri.
Ketika aku melihatnya untuk pertama kali, aku berpikir dari sudut pandang orang ketiga, [Apakah wajah seperti ini normal?]
Perasaan aneh yang muncul di dalam diri ku, ketika kesadaran bahwa wajah ini adalah wajah kusendiri, mulai tumbuh.
“Sederhananya, ini adalah hilang ingatan. Ada beberapa jenis, beberapa di antaranya melibatkan melupakan seluruh hidup seseorang. Dalam kasus Sanada-kun, itu tidak terlalu parah.”
Aku terkejut bahwa itu tidak dianggap parah, meskipun aku tidak dapat mengingat nama atau wajah ku sendiri. Ketika aku merenungkan hal itu, dokter mengeluarkan sebuah smartphone dari sakunya.
“Apakah kau tahu apa ini? Digunakan untuk apa?”
“Ini adalah smartphone. Ini digunakan untuk hal-hal seperti komunikasi seluler atau mirip dengan bagaimana seseorang menggunakan komputer.”
“Itu benar. Seperti yang bisa kau lihat dari percakapan ini, Sanada-kun mengingat pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya. Bagaimana dengan 3X6?”
“Sembilan.”
” …… ”
“… Maksudku, 18.”
“Itu benar. Untuk sementara, jangan menjawab hal-hal seperti itu dengan salah. Ini membingungkan.”
“Maafkan aku.”
Merasakan tatapan dingin yang mematikan, aku mengalihkan pandangan ke samping.
Menurut dokter, apa yang ku lupakan adalah hubungan pribadi ku.
Kenangan tentang orang tua, teman, dan orang-orang yang berinteraksi langsung denganku seakan hilang terlupakan. Tentu saja, tidak terkecuali gadis yang baru saja mengunjungiku.
Melihat wajahnya yang sedih, entah bagaimana, aku merasakan sedikit rasa sakit di hati ku.
“Dokter, ketika gadis yang menungguku itu terlihat sedih… aku juga merasa sedikit sedih. Apakah ada sesuatu seperti ikatan yang melampaui amnesia?”
“Tidak, tidak ada.”
“Tidak ada?”
aku terkejut karena aku berasumsi bahwa hal itu akan ditegaskan. Perawat di sebelah dokter berseru, [Dokter!]
Katanya dengan suara mencela. Namun, dokter tidak mengubah ekspresinya dan melanjutkan.
“Maaf, terlalu dini untuk menegaskan hal itu. Namun, itu mungkin hanya sifat bawaan mu. Kebanyakan orang memiliki sifat lembut yang berempati pada orang asing ketika mereka menangis. Itu saja.”
“Oh…itu membuatku lebih bahagia mendengarnya.”
Mungkin merasakan reaksi yang dibuat-buat dalam respons ku, perawat itu terkikik dan segera menutup mulutnya.
Tampaknya dia menahan diri untuk tidak tertawa.
… Tentu saja, karena ada seorang siswa SMA yang mengalami amnesia di depannya.
“Tidak apa-apa, kau bisa tertawa. Lebih mudah bagiku seperti itu.”
Sejak aku terbangun, semua orang yang berbicara denganku mengkhawatirkanku. Wajar jika aku mengalami cedera fisik, tetapi untungnya, tubuh kusehat.
Mungkin perasaan tidak ingin diperhatikan ini juga merupakan salah satu sifat ku.
“… Sanada-kun kuat. Mungkin itu adalah kekuatan yang melekat pada dirimu.”
“Mungkin. Sejujurnya, ini agak menarik. Aku menebak akan ada banyak pengalaman pertama yang baru mulai sekarang?”
Aku menoleh ke perawat dan memberinya sedikit senyuman.
Aku tidak tahu apakah aku merasa kasihan karena dia mengkhawatirkanku, atau aku secara tidak sadar memasang kedok yang kuat, atau apakah kata-kata ini benar-benar berasal dari hatiku.
Ketika aku mengembalikan pandangan ku ke dokter, dia menggerakkan mulutnya seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi yang keluar hanyalah desahan.
“Baiklah kalau begitu. Kita bicarakan apa yang akan terjadi nanti, dan untuk saat ini, kembalilah ke kamar rumah sakit.”
“Baiklah.”
Aku mengeluarkan jawaban yang ringan.
Aku masih tidak tahu siapa diriku.
Namun, emosiku yang awalnya bergejolak perlahan-lahan mulai tenang.
Terlepas dari kenyataan bahwa ini adalah kenyataan yang unik bagiku.
-Tampaknya manusia dapat terbiasa dengan lingkungan apa pun dengan sangat baik.
* * *
Ditemani oleh seorang perawat, aku membuka pintu kamar rumah sakit, dan gadis yang datang mengunjungi ku menoleh ke arah ku.
Mata birunya bergetar saat melihatku.
“… ah.”
Gadis itu membuka mulutnya sedikit dan mengeluarkan suara.
Kemudian dia menurunkan pandangannya ke lantai dan bergerak ke arahku.
Perawat yang berdiri di sampingku terpana sejenak.
“Aku akan kembali.”
“Apa?”
“Ada hal yang perlu kau bicarakan bersamanya. Untungnya, tubuh mu hampir sepenuhnya sehat sekarang.”
Dan dengan itu, perawat itu benar-benar pergi menyusuri lorong.
Dia berdiri di garis tipis antara mengabaikan tugasnya dan menunjukkan perhatian.
“Hei.”
“Ya?”
Ketika aku berbalik, rambut keemasannya yang terang mendekati dagu ku.
Matanya, jika dilihat dari dekat, bersinar terang. akuberharap dia diperlakukan dengan baik oleh orang-orang seusianya.
“Apa kau benar-benar tidak mengingatku?”
“Ya, maaf.”
“Oh, begitu…”
Tatapan gadis itu tetap tertuju pada lantai, seolah-olah dia masih belum bisa menerima kenyataan.
“Benarkah, tidak sama sekali?”
“Tidak sama sekali, bahkan tidak sedikitpun.”
“…kenapa kau begitu santai tentang hal itu?! ”
Gadis itu mengerutkan kening dan menatapku.
Matanya berkaca-kaca, dan aku menggelengkan kepala dengan cepat.
“Tidak, aku minta maaf. Bukannya aku tidak merasa bersalah karena melupakanmu. Hanya saja, jika aku tidak menguatkan diriku sendiri dalam kondisi seperti ini, aku tidak bisa melanjutkannya.”
“… Aku mengerti. Maaf.”
Ekspresi gadis itu menjadi sedih lagi, dan dia menundukkan kepalanya.
Setetes air mata jatuh dari matanya.
-Denyut (ズキン)
(TN: (ズキン) efek suara onomatope yang biasa digunakan untuk mewakili sensasi berdenyut atau berdenyut, yang sering dikaitkan dengan rasa sakit atau ketidaknyamanan).
Seperti yang dikatakan dokter
Rasa sakit di dada ku ini mungkin merupakan emosi yang melekat pada diri ku dan tidak ada hubungannya dengan perasaan ku yang sebenarnya terhadap orang yang bersangkutan.
–Seperti yang dikatakan dokter
Rasa sakit di dada ku ini mungkin merupakan emosi yang melekat pada diri saya dan tidak ada hubungannya dengan perasaan saya yang sebenarnya terhadap orang yang bersangkutan.
Tapi…
“Hei, bergembiralah. Sungguh menyakitkan hatiku saat kau terlihat seperti itu.”
“Hah?”
“Maksudku, jangan bersedih. Itu menyakitkan bagiku saat kau sedih.”
Jika kebohongan kecil bisa menghibur gadis ini, tidak ada yang akan menyalahkanku.
“… Yuki.”
Gadis itu mengangkat wajahnya dan bergumam.
Kemudian ia mengedipkan mata beberapa kali dan menghapus air mata yang menumpuk dengan lengan bajunya.
Perlahan-lahan, cahaya mulai kembali ke matanya.
“Aku Asuka Minato. Yuki, aku juga berumur enam belas tahun sepertimu, dan murid kelas dua di SMA Yuzaki.”
“Oh, begitu. Kalau begitu, namamu Minato-san.”
Mata Asuka Minato berbinar-binar saat aku menjawab.
Kemudian dia menggelengkan kepalanya.
“… Jangan gunakan [-san].”
“Maaf-sampai sekarang, apa aku memanggilmu Minato tanpa kata sapaan? Hubungan seperti apa yang kita miliki?”
“Baiklah, aku akan mulai dari sana. Kita sudah saling mengenal sejak kecil.”
Teman masa kecil.
Persahabatan yang dimulai sejak kecil.
–Oh, begitu. Itu sebabnya dia datang mengunjungiku.
” … Serius. Jadi kita sudah saling kenal sejak lama, ya?”
“Bukan hanya itu.”
Asuka Minato menarik napas dalam-dalam.
Seolah-olah dia sedang mempersiapkan dirinya untuk sesuatu.
Saat dia menghembuskan napas, kesadaran bahwa aku telah kehilangan ingatan menjadi lebih jelas bagiku.
Enam belas tahun.
Hubungan yang telah ku bangun dengan orang-orang selama enam belas tahun menghilang dari ingatan ku.
Mulai sekarang, aku yakin bahwa aku akan melihat banyak wajah sedih yang disebabkan oleh ku.
Semakin banyak hubungan yang dibangun Yuki Sanada dalam hidupnya, semakin lama pula periode waktu ini akan berlangsung.
Anehnya, aku merasakan sedikit kesedihan tentang hal itu.
Sementara aku melamun, Asuka Minato tetap diam.
Mungkin dia sedang berjuang untuk mengucapkan kata-kata yang berat atau semacamnya.
Beberapa detik kemudian, dia menghela nafas dan menatapku.
“Aku… pacarmu.”
“… Pacar? ”
-Untuk sesaat, pikiranku terhenti.
-Wajah Asuka Minato di depanku menjadi kabur untuk sesaat, dan kemudian menjadi jelas kembali.
Saat pikiranku terhubung lagi, aku buru-buru melanjutkan.
“Maksudmu kita adalah sepasang kekasih, tapi kita bahkan tidak berbicara satu sama lain-?”
“Ya, kita bertengkar. Tapi itu tidak penting lagi. Ketika aku tahu Yuki dibawa ke rumah sakit, pikiranku menjadi kosong dan tiba-tiba, ingatanmu sampai saat ini menghilang.”
“Oh, begitu… aku mengerti. Aku benar-benar minta maaf.”
Aku tidak bisa menanggapi lelucon ringannya tentang ingatan ku yang hilang.
Sebagai seorang kekasih, pasti sulit rasanya jika kekasihmu kehilangan ingatannya.
Meskipun dia tidak berbicara dengan ku karena kami bertengkar, fakta bahwa dia datang mengunjungi ku seperti ini membuktikannya.
Meskipun aku tidak bisa mengingat seperti apa kehidupan sehari-hari ‘diriku’.
Aku bertanya-tanya, apakah saat itu akan datang?
Hari ketika warna-warni kehidupan sehari-hari ku kembali.
Hari ketika kenangan enam belas tahun ‘DIRIKU’ kembali.
“Baiklah, aku akan berbicara dengan perawat nanti, dan aku akan mencoba membantumu. Serahkan hal-hal di sekitarmu padaku untuk sementara waktu.”
“Hal-hal di sekitarku?”
“Seperti makan dan mandi?”
“Tidak-tidak, maksudku, itu terlalu berlebihan.”
Seperti yang bisa dilihat semua orang, tubuhku dalam kondisi yang baik, jadi meskipun dia pacarku, aku tidak bisa terlalu mengandalkannya.
“Aku tidak masalah dengan itu. aku masih memiliki pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari, seperti menggunakan smartphone. kau punya rumah untuk kembali, jadi aku tidak perlu terlalu mengandalkan Minato.”
Aku merasakan sedikit kegelisahan di dalam diri ku saat mengucapkan kata-kata itu.
Sebelum aku bisa mengetahui sifat aslinya, Asuka Minato dengan lembut menyentuh pundakku.
“Tidak apa-apa, karena aku ingin melakukannya untukmu… Panggil saja aku Asuka.”
“Ya?”
“Aku adalah pacarmu. Adalah normal untuk memanggilku dengan nama depanku.”
“Oh, begitu… kalau begitu, Asuka. Bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?”
“Ada apa? Kamu bisa bertanya apapun padaku.”
Asuka mengangkat tatapannya dan tersenyum. Itu adalah senyuman yang lembut dan menghangatkan hati.
Melihat itu, hatiku meleleh, dan aku merasakan semacam ikatan dengannya.
Saat ini, hanya ada satu hal yang ingin aku tanyakan.
Jika Asuka adalah pacarku, aku ingin benar-benar memahami hubungan kami sebelumnya.
Hanya dalam waktu singkat sejak diketahui bahwa aku menderita amnesia, tapi ketika aku memikirkannya, mungkin kejutan yang kuterima tidak seserius kelihatannya.
Aku terbatuk dan membuka mulut.
“Kenapa kita bertengkar?”
“Itu…”
Wajah Asuka terlihat murung.
Meskipun pertarungan itu dibatalkan karena kehilangan ingatanku, masuk akal bagiku untuk meminta maaf jika aku yang salah. Itu adalah alasan dari pertanyaanku.
Kemudian Asuka hanya memberiku senyuman dengan mengangkat sudut mulutnya.
“… Kita bicarakan hal itu lain kali saja. Untuk saat ini, beristirahatlah dengan baik. Ada lagi yang lain?”
Sepertinya pernyataan [Kau bisa menanyakan apapun] telah dicabut tanpa sepengetahuanku.
Merasa bahwa suasana entah bagaimana telah menjadi berat, aku memutuskan untuk membuka mulut untuk meringankan suasana hati.
Secara impulsif, saya berpikir bahwa sekarang adalah satu-satunya kesempatan untuk kembali ke percakapan yang ringan.
“Ah, kalau begitu, ini akan menjadi pertanyaan terakhir untuk hari ini.”
“Ya, apa saja.”
“Sudah sejauh mana hubungan kita?”
“…hmm? Katakan itu lagi.”
Apakah hanya imajinasi ku saja yang membuat suaranya terdengar lebih dingin?
Mungkin aku salah memilih pertanyaan.
“… Lupakan saja.”
“Fufu. Baiklah kalau begitu.”
Tapi aku malah tertawa kecil.
Melihat senyum Asuka, aku merasa hangat.
Sekarang aku tidak begitu yakin dengan apa yang dikatakan Dokter. Apakah perasaan ini muncul dari hatiku — sisa-sisa pedih dari diriku di masa lalu, atau ini adalah perwujudan diriku yang sekarang?
Teks kiri:
Seorang Ketua Kelas.
Saki Arisugawa
Dia adalah seorang influencer yang memiliki 250.000 pengikut di Instagram dan duduk di sebelah saya di kelas yang sama. Rupanya dia adalah pacar ku.
Teks tengah:
Teman Masa Kecilku.
Minato Asuka
Dia memiliki keterampilan yang sangat baik dalam pekerjaan rumah tangga dan telah mengurus berbagai hal untuk saya sejak saya keluar dari rumah sakit, dan kami telah menjadi teman masa kecil sejak TK. Rupanya dia adalah pacar saya.
Teks kanan :
Adik kelasku?.
Hina Fueno
Dia memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi, sering mengirimi kupesan di LINE, dan merupakan penggemar novel ringan. Rupanya dia adalah pacar ku.