“Um, Inamori-kun. Aku benar-benar minta maaf. Ini semua salahku…..”
“Tidak, tidak apa-apa. Ini salahku karena berbohong tentang usiaku. Dan, yah.. ini hukumanku karena berbohong.”
Setelah meninggalkan tempat itu, aku memutuskan untuk mengantar Tojo-san pulang.
Terlebih lagi, ini hampir tengah malam. Jadi, aku tidak bisa membiarkan seorang gadis pulang sendirian.
“Sebaliknya, aku senang.. kau baik-baik saja. Jadi, Tojo-san.. kau tidak perlu mengkhawatirkan soal itu.”
“Tapi, itu semua salahku. Jika aku tidak ada di sana. Inamori-kun, kamu pasti tidak akan mendapat masalah dan kamu juga tidak akan dipecat dari pekerjaan paruh waktumu ..”
Dilihat dari ekspresinya, sepertinya Tojo-san sangat tertekan dan merasa bersalah.
Melihat ini, aku tidak tahu harus berkata apa padamya. Aku tidak menyangka dia akan begitu terganggu dengan masalahku.
Untuk saat ini, mari kita ubah topik pembicaraan.
“Oh, ya.. Tojo-san, kenapa kau ada di sini pada jam ini?”
“Ah… Aku baru saja menyelesaikan beberapa hal yang harus aku urus..”
“Hm, begitukah?”
“Ah, iya. Ah, ngomong-ngomong.. Inamori-kun, apa kamu sudah makan malam?”
Dia langsung mengalihkan topik pembicaraanku.
… Yah, mungkin itu bukan topik pembicaraan yang harus aku ikut campuri. Jadi, yang terbaik adalah menghindarinya dan beralih ke topik baru.
“Eh? Ah, belum. Aku berniat pergi makan malam setelah ini.”
“Fufu, begitu ‘ya.. Nah, kebetulan sekali.. Aku juga belum makan malam. Bagaimana kalau kita makan malam bersama? Yah, anggap saja ini balas budiku karena sudah menolongku.”
Aku ingin mengatakan bahwa dia benar-benar tidak perlu khawatir tentang hal itu. Tapi, hanya memikirkan makan malam sudah membuat perutku keroncongan.
Di sekolah, aku hanya makan sepotong roti untuk makan siang dan aku belum makan apa pun sejak itu.
Aku tidak memperhatikan rasa lapar karena aku terlalu fokus dengan pekerjaanku. Namun, begitu aku menyadarinya, perutku keroncongan tanpa henti.
“Fufu~ … Sepertinya, aku bisa membalas kebaikanmu.”
“Ugh… Yah, kalau Tojo-san tidak keberatan. Maka, aku akan menerima tawaranmu..”
“Mn.. Tentu saja, aku tidak keberatan. Nah, kalau begitu.. Ayo pergi..”
“Um, cuma mau memastikan aja. Kemana kita akan pergi?”
Seharusnya pada jam ini, sebagian besar restoran sudah tutup. Dan, jika ada yang masih buka itu mungkin, Pub, Bar atau sebagainya. Tapi tetap saja, kalau kita datang ke tempat itu, mereka akan mengetahui bahwa kami masih di bawah umur saat mereka melihat wajah kami di tempat yang terang benderang.
Menanggapi pertanyaanku, Tojo-san tersenyum nakal.
“Tentu saja, di rumahk~”
◇ ◆ ◇
“Uwah…”
Itulah kalimat yang aku ucapkan saat melihat pemandangan di depanku.
Saat ini, Tojo-san membawaku ke kompleks apartemen menara besar.
Dibandingkan dengan apartmen 1K lusuh yang aku tinggali. Apartemen ini sangat besar dan luas. Bisa dibilang, perbedaannya seperti langit dan bumi.
Seperti yang diharapkan dari orang kaya. Mereka tingga di tempat yang sama sekali berbeda dengan orang jelata. Mereka seolah-olah dari dunia yang berbeda.
“Fufu, ada apa dengan reaksimu itu. Lucu sekali~”
“Eh? Ah..”
“Ayo pergi ke kamarku sekarang. Aku akan menjelaskan detailnya di sana.”
Aku hanya bisa melihat dengan gentar saat Tojo-san masuk ke apartemen seolah dia sudah terbiasa dengan tempat ini, yang kurasa wajar saja karena ini adalah rumahnya.
Ketika dia menyadari bahwa aku telah berhenti sejenak, dia kembali ke arahku dengan senyum masam, tampak khawatir.
“Um… Inamori-kun, pintu ini terkunci otomatis.. Jadi, aku ingin kamu ikut denganku. Kalau tidak..”
“… Ah, Aah. Ya!”
“Maaf, ya … Aku lupa memberitahumu soal itu.”
“T-Tidak, tidak apa-apa..”
…. Ugh, ini sangat memalukan!
Dulu ketika orang tuaku masih hidup, kami tinggal di apartemen biasa yang tidak memiliki kunci otomatis. Dan juga, aku tidak pernah memiliki teman yang tinggal di tempat seperti ini. Itu sebabnya, melihat tempat ini terasa baru bagiku dan aku tidak tahu harus berbuat apa.
Aku sangat malu pada diriku sendiri ketika melihat pintu otomatis ini.
Segera setelah itu, Tojo-san menarik lengan bajuku dan aku melangkah masuk ke dalam apartemen.
Aku juga kaget kok sampai ke lantai atas lama sekali, karena seperti yang dia bilang, harus melalui pintu masuk yang besar dan naik lift.
—-atau lebih tepatnya, itu lantai paling atas.
Sungguh mengejutkan, bahkan udara tampaknya sedikit lebih tipis.
‘Ini tidak baik’ hanya itu yang bisa kupikirkan.
“Nah, ini rumahku. Tolong buat dirimu seperti di rumah sendiri.”
“Tidak, meskipun kau mengatakan itu…”
Setelah membuka pintu apartemennya. Aku melihat ke dalam ruangan. Itu cukup luas, kurasa ini memiliki 3LDK atau lebih. Dan juga, sekelilingnya sangat indah dan aku samar-samar bisa mencium aroma manis.
“Maaf, kalau ruangannya berantakan.”
“Tidak, tidak, ini lebih rapi seperti yang kubayangkan.”
“Senang mendengarmu mengatakan itu. Fufu, ini pertama kalinya aku membawa orang lain selain keluargaku, kau tahu?”
“B-Begitukah..”
Itu fakta yang membuatku merasa sedikit malu.
Tapi, ada satu hal yang mengganggu pikiranku.. aku ingin menanyakan hal itu padanya, meskipun aku merasa tidak enak menanyakan hal ini padamya.
“Um… Apa maksud dari perkataanmu tadi? Apa keluargamu sedang pergi atau apa?”
“Oh, soal itu. Itu benar, aku tinggal sendirian di rumah ini. Ini seperti yang mereka katakan ‘hidup sendiri’.. kurasa…”
…. Eh!? Tinggal sendirian di rumah 3LDK ini!?
Dia masih kelas satu SMA sama sepertiku, kan?
Mengetahui fakta ini, entah bagaimana membuat jarak di antara kami menjadi lebih jauh.
Dan juga, situasi kami saat ini sangat berisiko. Saat ini, hanya ada aku dan Tojo-san yang berada di ruangan yang besar ini.
“Ah, apa kamu khawatir karena kita berduaan saja?”
“Yah, bagaimanapun. Kita ini seumuran. Tidak baik bagi pria dan wanita berduaan seperti ini di larut malam.”
“Jangan khawatir, aku tidak akan menyerangmu kok.”
…. Tidak, akulah yang seharusnya mengatakan itu.
“Silakan duduk di sofa sebentar. Aku akan menyiapkannya.”
“Eh? Apa kau sudah memesan makanan…?”
“Tidak, aku pikir memesan makanan di malam hari seperti ini tidak baik untuk kesehatanmu dan aku tidak ingin kamu sakit. Ah, apa kamu mau makan makanan yang kamu suka?”
“Nggak juga kok.”
“Senang mendengarnya. Aku cukup percaya diri dengan keterampilan memasakku, kau tahu?”
Mengatakan itu, Tojo-san mengenakan celemek di balik pakaian kasualnya, lalu pergi ke dapur sambil menyenandungkan sebuah lagu.
Glup… Apakah aku benar-benar akan makan masakan Tojo-san?
Jika teman sekelasku, mengetahui ini… mereka pasti akan membunuhku karena kecemburuan.
“Um, Inamori-kun. Apakah ada sesuatu yang tidak kamu suka atau alergi?”
“Ah, tidak..”
“Begitukah?” Nee, Inamori-kun. Apa kamu merasa gugup?”
“T-Tentu saja, aku gugup.”
Ini pertama kalinya aku datang ke rumah seorang gadis. Terlebih lagi, saat ini hanya ada kita berdua.
Tidak mungkin aku merasa tidak gugup, kan?
“Fufu~.. Kamu tidak perlu merasa gugup. Bagaimana kalau kamu menonton TV, sambil menunggu masakanku matang?”
“……B-Baiklah.”
Aku menutup kakiku seperti kucing pinjaman dan berjongkok, dengan takut mengambil remote control untuk TV dan menyalakan layar. [TN: “kucing pinjaman” adalah ketika kau bertindak pemalu dan pendiam di tempat yang tidak dikenal.]
Sudah lama sekali aku tidak menonton acara seperti ini di TV karena di apartemenku tidak ada TV.
…. Luar biasa, kualitas gambarnya sangat indah.
Dibandingkan dengan TV yang kutahu, layar yang satu ini jauh lebih besar dan kualitas warna di luar grafik.
Aku ingin tahu, apakah Tojo-san menonton film di layar sebesar ini ….
Itu membuatku sedikit iri.
“─Yup, sudah selesai.”
“Eh?”
Aku menatap layar dengan linglung dan sebelum aku menyadarinya, sekitar dua puluh menit telah berlalu. Mungkin aku telah kehilangan kesadaran karena kelelahan.
Aku menegakkan tubuhku dan mendongak untuk melihat dua mangkuk nasi di meja di depan sofa.
“Ini udon daging sapi. Sebenarnya, aku ingin membuat sesuatu yang lebih enak lagi. Tapi, aku tidak ingin membuatmu menunggumu lebih lama lagi. Terlebih lagi, Inamori-kun.. kamu kelihatan sangat lelah..”
Di depan Tojo-san yang meminta maaf, aku menggelengkan kepalaku sekuat yang aku bisa.
… Yang benar saja? Itu artinya, hidangan ini. Udon ini cukup sederhana?
Di atas mangkuk, aku bisa melihat daging sapi di susun rapi sampai-sampai itu menutupi bagian permukaan nasinya. Ada juga daun bawang di atasnya membuatnya lebih menarik dan aroma saus yang bercampur dengan daging menggugah nafsu makanku.
“Um, apa tidak apa-apa kalau aku memakannya?”
“Iya~! Silahkan dinikmati. Jangan malu-malu..”
Agar lebih dekat ke meja, aku duduk di tempat yang lebih dekat di sofa.
Kemudian, aku menyatukan kedua tanganku dan bergumam ‘Ittadakimasu’. Lalu mengambil sumpit sekali pakai dan mengambil mie udon daging yang hangat dan beruap dengan sumpitku.
Meskipun rasa laparku adalah faktor yang kuat. Tapi, udon daging buatan Tojo-san sangat enak.
Sausnya tidak terlalu asin dan teksturnya agak lembut. Aku tidak bisa tidak berhenti memakannya.
“Sepertinya kamu menyukainya.”
“Ya, ini enak sekali …”
“Fufu~.. Nggak usah buru-buru makannya. Pelan-pelan saja.”
Meski dia mengatakan itu, aku tidak bisa menahannya dan tanganku tidak mau berhenti.
Pada akhirnya, aku menghabiskan satu mangkuk udon daging dalam waktu kurang dari lima menit dan mengembalikannya ke meja dengan rasa penyesalan.
“Fuu… Terima kasih untuk makanannya.”
“Ehehe, aku senang kamu menikmati makanan buatanku. Ah, aku akan menyiapkan tehnya dulu.”
“Maaf, merepotkanmu, Tojo-san..”
“Tidak, tidak.. Aku melakukan ini atas kemaunaku sendiri..”
Apakah orang yang baik seperti itu ada di dunia ini?
Ini sangat hangat, aku bisa merasakan sedikit kehangatan di tatapan matanya.
“Ini, secangkir teh Bancha.”
“Terima kasih… Tapi, aku harus pulan─”
“Oh, ya.. Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu mandi. Jadi, kamu bisa mandi terlebih dahulu. Aku yakin kamu berkeringat karena pekerjaan fisikmu. Terlebih lagi, kamu tidak boleh tidur dalam kondisi seperti itu, kamu bisa masuk angin, tahu?”
“Eh? Ah, iya. Tidak, um …”
“Aku akan pergi menyiapkan tempat tidur juga. Inamori-kun, apa kamu lebih suka futon atau kasur? Jika kamu adalah tipe orang yang tidak bisa tidur tanpa bantal baru, aku akan menyuruh salah satu pelayanku pergi ke rumahmu dan mengambilkannya.”
“T-Tunggu sebentar!”
“Iya?” jawab Tojo-san, dengan ekspresi bingung seolah-olah dia tidak tahu apa yang ingin aku katatakan.
“Um, mungkin ini firasatku saja. Tapi, apakah Tojo-san berpikir bahwa aku akan menginap di rumahmu?”
“Iya. Aku sudah mempersiapkannya sejak awal.”
…. Aku tidak mengerti.
Tentu saja aku harus pulang dan aku sama sekali tidak berniat untuk tinggal di sini lebih lama lagi, bahkan sampai menginap.
Sorang anak laki-laki dan perempuan seumuran, terlebih lagi kita satu kelas… menghabiskan malam bersama, itu sedikit ….
Bahkan jika tidak ada yang terjadi, itu bukan tindakan yang terpuji.
“—Ah, benar juga.. Kamu pasti kebingungan, bukan?”
“Eh, ah.. iya..”
“Nah, bisakah kita meluangkan waktu beberapa menit untuk membicarakan sesuatu terlebih dahulu?”
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi karena dia akan menjelaskannya, aku akan mendengarkan apa yang dia katakan. Jadi, aku kembali duduk di sofa.
“Aku tahu, seharusnya aku menjelaskan ini padamu dulu.. Tapi, yah.. Aku akan memberitahumu semuanya.”
“… O-Oke.”
Ekspresi Tojo-san menjadi begitu misterius hingga aku tanpa sadar menelan ludahku.
Di tengah ketegangan yang aneh, dia membungkuk dalam-dalam ke arahku.
“Maukah kamu, Um … maukah kamu menikah denganku !?”
“A-Apa yang kau…”
“…. Biarkan aku menjelaskan semuanya kepadamu..”
Mengabaikan kebingunganku yang semakin dalam, Tojo-san mulai berbicara.
Samar-samar dan mungkin hanya dari imajinasiku, tetapi dia tampak gemetar.
Seperti dia malu dan merasa gelisah karena suatu hal.
Wajahnya mulai memerah dan matanya tampak berkeliaran.
Yah, jelas dari penampilannya bahwa dia tidak tenang. Meskipun dia mengatakan itu dengan tenang, mungkin dia cukup gugup—?
“Sebenarnya, aku sudah memperhatikanmu sepanjang hari.”
“Eh?”
“Bukan kebetulan kita bertemu di pekerjaan paruh waktumu hari ini. Bierkat bantuan keluargaku dan Grup Tojo, aku mengumpulkan informasi dan menemukan tempat kerjamu, yang membawaku ke tempat itu.”
Kisahnya tidak datang dengan mudah kepadaku. Mengapa dan bagaimana mendahului segalanya dan aku tidak bisa membayangkan atau mempertimbangkan situasinya.
“Sudah lama aku tertarik padamu.. dari hari ke hari, kamu tampak terlihat kelelahan. Bahkan saat teman-temanmu mencoba mengajakmu bermain, kamu langsung menolaknya dan memilih langsung meninggalkan sekolah begitu pelajaran berakhir. Selain itu, setiap makan siang.. kamu hanya makan roti saja. Mana mungkin aku mengabaikan sikapmu itu..”
Tojo-san berbicara seolah-olah untuk memastikan setiap kata. Sangat kontras dengan sebelumnya, tidak ada rasa malu atau kegelisahan di mana pun. Jika ada, dia memberi kesan seorang anak kecil yang memberitahu Ibunya tentang kesalahannya sendiri. Kalau kau melihatnya dengan sedikit ketenangan, apa yang dilakukan Tojo-san tidak bisa dikatakan baik.
Jika itu orang lain, mereka bisa diidentifikasi sebagai penguntit.
“Dan… aku sudah tahu apa yang terjadi padamu.”
“!?”
Tojo-san melanjutkan ceritanya dari sana.
“Sebelum masuk SMA, mobil orang tua Haruyuki Inamori ditabrak truk yang dikemudikan oleh pengemudi yang mengantuk dan mereka meninggal karena tertabrak. Truk tersebut memiliki momentum yang cukup untuk menghancurkan mobil dan menabrak tiang telegraf terdekat, yang mengakibatkan kematian pengemudi dalam perjalanan ke rumah sakit.”
“Yang tersisa untuk Haruyuki Inamori hanyalah pembayaran hiburan dari perusahaan pengemudi dan warisan orang tuanya.”
“Namun, kerabatmu ingin mengambil keuntungan dari sejumlah besar uang dan mencoba membawa Haruyuki Inamori. Untuk menolak mereka dengan lancar, Haruyuki Inamori memberikan semua harta miliknya kecuali biaya sekolah dan hidup sendiri sambil mencari uang melalui Pekerjaan paruh waktu-.”
“Begitu.. Jadi, kau tahu semuanya..”
Aku hanya diam tentang masa laluku karena itu bukan sesuatu yang aku pikir seseorang ingin tahu. Jadi, aku tidak akan marah jika dia tahu.
Tapi, kupikir dia mungkin kecewa karena kobohonganki atau semacamnya. Aku hanyalah anak kecil yang menyimpan kesan bodoh, mungkin. Aku akan membayangkan bahwa mereka akan memikirkanku seperti ini dan aku akan langsung merasa cemas.
“… Bukan hanya masa lalu seperti itu yang aku tahu.”
Dia dengan lembut meletakkan tangannya sendiri di tanganku, sangat berhati-hati. Jari-jari Tojo-san agak dingin, karena suhu tubuhnya sepertinya lebih rendah dariku.
“Dengan memperhatikanmu, aku telah belajar dari kebaikanmu.”
“Kebaikan…?”
“Iya. Di pekerjaan paruh waktumu di toserba, kamu melindungi rekan kerjamu ketika mereka melakukan kesalahan dan di pekerjaan paruh waktumu sebagai pemandu lalu lintas, kamu membantu seorang pekerja yang punggunya kesakitan, meskipun kamu sendiri merasa lelah.”
“Itu bukan masalah besar…”
“Kamu tahu apa lagi yang aku tahu? Kamu selalu memberikan kursimu di kereta untuk wanita hamil dan orang tua dan aku sudah melihatmu membawa seorang wanita tua dengan barang bawaan berat di punggungmu melintasi lampu lalu lintas setidaknya dua kali dalam enam bulan terakhir atau lebih.”
Enam bulan yang lalu? Sudah berapa lama kau memperhatikanku? Aku tidak marah, tapi aku mulai merasa sedikit takut.
“Kamu sendiri pasti menjalani kehidupan yang keras dan tidak nyaman setiap hari. Tapi, kamu tidak ragu untuk menjangkau siapa pun yang membutuhkan. Aku sangat menyukai bagian itu dari dirimu. Tentu saja, itu bukan satu-satunya alasan.”
“Tapi aku… hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan.”
“Aku datang untuk mencintai seseorang yang bisa melakukan hal-hal itu sebagai hal yang biasa.”
Dia tersenyum ketika dia mengatakan ini padaku dan aku merasakan cahaya lembut seperti cahaya bulan.
Dia memiliki wajah berbentuk indah dan rambut perak, sesuatu yang jarang terlihat di Jepang. Dia juga memiliki atmosfer misterius dan kata ‘Dewi’ paling cocok untuknya.
‘Jadilah orang yang bisa membantu orang lain.’
Itu adalah kata-kata yang ditinggalkan orang tuaku, sesuatu yang aku simpan bahkan setelah mereka meninggalkanku. Dan karena aku mencoba menjadi orang seperti itu, kerabatku mungkin melihatku sebagai orang yang nyaman.
Mungkin cara hidupku salah—aku berbohong jika aku mengatakan aku tidak pernah berpikir seperti itu. Tapi hanya karena Tojo-san menegaskannya, anehnya aku merasa lega. Aku merasa kata-katanya memiliki bobot seperti itu bagi mereka.
“Diberitahu oleh seseorang seperti Tojo-san… sesuatu seperti itu membuatku merasa senang masih hidup.”
“Aku juga sangat senang Inamori-kun masih hidup di sini dan sekarang.”
Mungkin dia benar-benar seorang Dewi….
Aku menjadi sangat malu dan menggaruk pipiku untuk menutupinya.
“Jadi—Maukah kamu menikah denganku?”
Tapi… Itu cerita yang berbeda.
“Aku ingin seseorang sepertimu di sisiku dan memanjakanmu sampai kamu lul… Tidak, sampai kamu meleleh! Artinya, sampai titik di mana kamu tidak bisa hidup tanpa diriku! Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa ini adalah jimatku!”
“Uh-huh…”
Sambil berpose bergaya dengan sia-sia, Tojo-san menyatakan dengan sangat jelas.
…. Serius, apa yang dia bicarakan?
Kepalaku langsung mendingin saat melihat pernyataan dan tindakan aneh seperti itu.
“Kalau kamu menikah denganku, aku berjanji untuk mendukungmu selama sisa hidupmu. Aku tidak akan merepotkanmu sampai kamu menjalani kehidupan alamimu.”
Oh, itu terdengar seperti… cerita yang memuaskan.
Sejujurnya aku mulai khawatir bahwa ceritanya sangat bagus sehingga aku merasa seperti direkrut ke dalam sekte tertentu. Semua pembicaraan sampai saat ini mungkin telah mengikat pikiranku dan itu mungkin semacam tindakan cuci otak—.
“Apa kamu pikir, aku ini mencurigakan?”
“Karena… Kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.”
“Muu. Kalau begitu, kurasa aku perlu menjelaskan sedikit lebih tepat mengapa aku jatuh cinta pada Inamori-kun.”
Tojo-san kembali ke ketegangan sebelumnya dan menyesap teh yang telah diseduhnya.
“Fuu… Inamori-kun, apa kamu tahu orang seperti apa aku ini?”
“Entahlah.. aku belum pernah berbicara denganmu seperti sekarang. Jadi, aku tidak tahu detailnya, tetapi aku akan mengatakan … kau memiliki citra orang yang ceria yang bergaul baik dengan semua orang dan baik kepada semua orang.”
“Syukurlah. Sepertinya aku telah menjaga image-ku dengan baik.”
Dia menepuk dadanya dengan lega.
Aku ingin tahu apakah aku salah dengar. Jika kau menerima kata-katanya apa adanya, itu berarti Tojo Fuyuki tidak seperti biasanya.
“Ketika aku masih SMP, aku menghabiskan hari-hariku dikelilingi oleh teman-teman, seperti yang aku lakukan sekarang.”
Tapi kenyataannya sangat berbeda. Tojo-san mulai berbicara dengan rasa tidak nyaman yang terlihat di wajahnya.
“Suatu hari, mereka bertanya kepadaku, ‘Bagi uang sakumu. Kita berteman, bukan? …”
“Ah…”
“Orang-orang itu sebenarnya tidak tertarik padaku. Kurasa mereka menganggapku hanya sebagai pengeruk uang. Jadi sejak masuk SMA, aku selalu berusaha menjadi pusat perhatian agar aku tidak dikucilkan, agar tidak memusuhi orang-orang di sekitarku.”
Ah, jadi itu sebabnya.
“Sangat di sayangkan mengetahui bahwa mereka hanya melihatku karena hartaku, bukan kepribadianku. Itu sebabnya, ketika aku melihatmu, kurasa kamu bukan tipe orang yang akan mendekatiku dengan motif tersembunyi seperti mereka. Dan, aku paham itu.”
“…..”
“Tidakkah menurutmu kita bisa bersandar satu sama lain?”
Aku mendepati diriku hampir yakin. Setelah menerima apa yang baru saja kudengar, bagian lain dari diriku semakin terperangkap di dalamnya.
“Tapi, kalau aku menikahi Tojo-san? Bukankah itu berarti aku hanya mengincar uangmu?”
“Tidak masalah karena aku yang melamarmu!”
“Eh…?”
“Lagipula, akulah yang mencoba mendapatkan Inamori-kun dengan uang. Jadi, ini dianggap adil dan jujur.”
….. B-Benarkah?
Tidak peduli seberapa banyak dia menjelaskannya, itu tampak seperti banyak teori gila, tetapi entah bagaimana masuk akal di benaknya.
“Sebenarnya, aku akan mengambil alih Grup Tojo dari Ayahku ketika aku lulus dari Universitas. Saat masih SMA dan kuliah, aku harus mengurus bisnis sederhana sebagai pengalaman belajar. Lagipula rumah ini tidak dibeli oleh Ayahku, tetapi dengan keuntungan yang aku dapatkan.”
“Apa?”
“… Nah, pembelian itu dilakukan dengan pinjaman dengan Ayahku sebagai penjamin. Tapi, yang ingin aku katakan adalah aku yakin aku tidak akan merepotkan Inamori-kun sama sekali! Tapi! Hidup ini tidak akan berjalan dengan mudah! Tentu saja, ada hal-hal yang aku ingin kamu lakukan!”
“A-Apa yang sebenarnya kau ..?”
Dia memelototiku dengan ekspresi paling tegas di wajahnya.
“Ketika aku pulang, setelah bekerja seharian … kamu harus memanjakanku!”
“… Ya?”
“Suatu hari, saat aku pulang, aku ingin kamu mengelus kepalaku dan memujiku. Lalu, aku ingin kita mandi bersama, makan malam bersama dan tidur diranjang yang sama. T-Tentu saja, aku ingin kamu memelukku! Singkatnya, aku ingin Inamori-kun melakukan semua itu tanpa gagal setiap hari!”
“Um, tugas dan hal semacam itu…”
“Aku akan menyerahkan tugas bersih-bersih ke pembantu. Ah, tentu saja akulah yang memasak. Memasak adalah hobiku yang tak tergantikan dan aku tidak akan memberikan pekerjaan itu kepada siapa pun, bahkan jika aku memiliki bantuan!”
Momentumnya luar biasa.
“Jika aku harus memberitahumu hal yang paling sulit untuk dilakukan, aku akan mengatakan ….”
“Apa…?”
“… Aku ingin kamu tetap menjadi dirimu sendiri.”
Mata Tojo-san menyipit seolah sedang melihat sesuatu yang mempesona. Ketika aku melihatnya, dia memiliki jenis mata yang sama.
Mungkinkah Tojo Fuyuki memendam perasaan rindu padaku?
Itu adalah fakta yang terjadi tepat di hadapanku, tetapi itu tidak terasa sangat nyata.
“Aku ingin kebaikanmu. Aku ingin kamu tetap di sisiku sampai cahaya hidupku padam. Dan, aku ingin kamu berada di kuburan yang sama denganku dan, jika mungkin, hidup bersamamu di kehidupan selanjutnya.”
“Tapi, aku tidak bisa menjamin itu…”
“Ini bukan tentang kenyataan! Itulah seberapa kuat perasaanku padamu.”
Mungkin karena dia sangat terbawa suasana sehingga tidak terdengar seperti dia berbohong, meskipun itu tidak masuk akal.
Tapi, Tojo-san dan aku belum pernah benar-benar terlibat sebelumnya dan tidak peduli seberapa banyak pihak lain mengatakan mereka melihatku, masih ada terlalu banyak tentang Tojo-san dari sudut pandangku yang tidak aku mengerti.
“… Biarkan aku meluruskan ini. Apakah benar mengatakan bahwa Tojo-san menyukaiku dan sebagai imbalan untuk memasuki hubungan pernikahan, kau akan mendukung kehidupan masa depanku…?”
“Iya, aku sangat ingin kamu menjadi germoku.”
Cara dia mengatakan itu terdengar sangat buruk.
“Tentu saja, kita tidak bisa menikah sekarang… karena kita berdua masih dibawah umur. Tapi, begitu kita lulus SMA, kita akan mendaftar dan resmi menjadi suami istri. Sampai saat itu, kita akan tetap bertunangan.”
“Jika itu masalahnya… apa yang akan terjadi dengan pendidikan Universitasku?”
“Kalau Inamori-kun ingin kuliah, aku akan membayarnya dan kalau kamu tidak mau, kamu bisa tinggal di rumah. Tentu saja, kalau kamu ingin bekerja, aku akan mendukungmu, meskipun dengan enggan.”
Tojo-san tidak ingin aku pergi dari sisinya.
Jika aku bekerja, aku akan memiliki lebih sedikit waktu dengannya. Jadi, dia mungkin berpikir lebih baik aku tinggal di rumah.
Lagipula, dia terlalu pandai berbicara.
Aku tidak perlu bekerja dan hidupku hanya tentang mencintai Tojo Fuyuki, seseorang yang bisa disebut eye candy dan gadis cantik. Sebagai seorang pria, mungkin menyedihkan, tetapi tidak mungkin untuk tidak tertarik pada kehidupan seperti itu.
Tetapi,
“Aku sangat egois, bukan? Aku pikir Inamori-kun akan menerimaku lebih mudah. Mungkinkah aku tidak menarik bagimu?”
“Bukan itu, tentu saja.. sebagai wanita, kau sangat menarik. Tapi, masih ada banyak hal yang menggangguku..”
Catatan Penerjemah:
Nyahaha, gantung lagi ….
“Hal yang mengganggumu? Apa itu?”
“Err, kupkir bukan ide yang bagus menikah tanpa perasaan cinta terhadap satu sama lain..”
Kupikir aku sudah mengatakan hal yang sangat jelas padanya. Tapi untuk beberapa alasan, Tojo-san mengedipkan matanya beberapa kali seolah-olah aku telah mengatakan hal yang gila.
Aku bertanya-tanya apakah aku tanpa sadar mengatakan sesuatu yang aneh dan dia menahan mulutnya, lalu mulai tertawa.
“Ahaha… Kamu benar-benar orang yang menarik, Inamori-kun. Kamu benar-benar sangat jujur dengan perasaanmu.”
“Eh, maksudmu?”
“Ahem, bolehkah aku memelukmu sebentar?”
Tojo-san tiba-tiba berdiri dan memelukku.
Dua bantalan besar menyelimuti wajahku, memberiku kelembutan dan kehangatan yang luar biasa.
Pikiranku langsung kosong.
Kombinasi dari dua bantalan dan informasi tentang tubuh wanita yang tidak kuketahui mungkin sudah menyebabkan otakku mengalami konsleting.
“Jadi, bagaimana menurutmu?”
“A-Aku mengerti”
Kelembutan payudaranya tampaknya menjadi semacam penenang bagiku.
Ketika aku menyatakan perasaanku yang sebenarnya, ini semua sudah terlambat.
Pipiku mulai panas karena rasa malu dan dengan terburu-buru aku menarik diri dari dua bantalan lembut di depanku.
“Apakah ini masih belum cukup jelas?”
“Umm………”
Aku bisa melihat bahwa wajah Tojo-san lebih merah dariku. Bahkan jika dia mencoba menutupi wajahnya, aku bisa melihat uap naik dari atas kepalanya.
Bahkan dengan semua rasa malu ini, Tojo-san melakukan semua yang dia bisa untuk memelukku.
Apa hal benar yang harus aku lakukan disini?
Sebagai seorang pria, sebagai Haruyuki Inamori, apa hal yang benar untuk dilakukan.
“… Bisakah kau memberiku waktu?”
“Eh?”
“Tidak peduli itu dimulai dari pertemanan atau dengan cara lain, aku membutuhkan waktu untuk mencintai Tojo-san dengan tulus…”
Aku merasa seperti telah menjatuhkan tekadnya, bahkan setelah dia mencoba yang terbaik untuk memelukku.
Karena walau sampai sejauh itu, aku masih belum bisa mengambil kesimpulan.
“…Jadi begitu, aku mengerti bagaimana perasaanmu, Inamori-kun. Bagaimana kalau kita mulai dengan masa percobaan satu bulan?”
“Masa percobaan?”
“Yup. Selama satu bulan, kamu akan mengalami gaya hidup yang baru saja aku jelaskan dengan beberapa batasan. Setelah itu, kalau kamu masih ingin bersamaku.. Kita akan melakukan pertunangan secara resmi.”
Mendengar saran Tojo-san, aku menepuk dadaku sekali.
Satu bulan. Dengan waktu sebanyak itu, aku yakin dia akan bisa melihat sisi burukku…
Jika pada akhirnya dia akan kecewa denganku dan meninggalkanku, lebih baik itu terjadi sebelum harapan di dalam diriku tumbuh.
Setelah dia mengatakan banyak hal baik padaku, tidak mungkin aku menolaknya.
Padahal jika aku berniat untuk menolaknya.. ini adalah waktu yang paling tepat untuk mengatakan ‘tidak’ padanya.
“Kalau begitu… tolong jaga aku.”
“Mn! Aku juga!”
Kata Tojo-san dengan senyum paling indah di wajahnya untuk hari ini.
“Sekarang, Inamori-kun. Kamu bisa mandi dulu.. air panasnya seharusnya sudah siap sekarang. Aku juga sudah menyiapkan garam mandi. Jadi, kamu bisa memilih yang manapun yang kamu suka.”
“Eh, garam mandi?”
“Mn, kamu pernah menggunakan garam mandi sebelumnya, kan?”
Bahkan ketika aku tinggal bersama keluargaku, aku tidak tertarik pada hal-hal seperti itu. Dan juga, aku tidak mampu membeli barang-barang seperti itu setelah aku mulai hidup sendiri. [TN: yak karena Inamori juga bingung, reader mungkin juga bingung, jadi bath salt (garam mandi) adalah mineral bubuk yang larut dalam air dan digunakan saat mandi yang bertujuan untuk relaksasi. (www.wikipedia.com)]
Aku bahkan tidak berpikir akan bisa berendam di bak mandi lagi.
“Oke, aku akan menjelaskannya padamu..”
Aku mengikuti Tojo-san, yang memintaku untuk mengikutinya dan menuju ke kamar mandi.
Saat aku memasuki ruang ganti, dia menunjukkan tas kecil yang tak terhitung jumlahnya yang dia tinggalkan di wastafel.
Mereka semua dalam paket warna-warni, masing-masing dengan apa yang tampak seperti nama yang ditulis dalam bahasa Inggris.
Jika dilihat sepintas, sepertinya banyak di antaranya adalah nama-nama bunga.
“Aku punya yang standar seperti mawar dan lavender.”
“Yah, aku benar-benar tidak terbiasa dengan hal semacam ini … yang mana yang paling sering kau gunakan, Tojo-san?”
“Ah, kamu ingin menggunakan aroma yang sama denganku, ya?”
Tiba-tiba Tojo-san terlihat gugup.
Karena aku sudah sangat kewalahan dengannya, aku tidak lagi keberatan bagaimana dia menangkap perkataanku. Jadi, aku hanya menatap matanya dan terus berbicara.
Kupikir akan lebih mudah untuk menghindari kesalahpahaman jika itu adalah sesuatu yang sudah digunakan orang lain.
“Kalau begitu tolong gunakan ini, aroma yuzu. Ini aroma favoritku.”
“Oh, terima kasih banyak. Aku akan mencobanya.”
Setelah menerima garam mandi beraroma yuzu, aku meletakkan tanganku di pakaianku untuk mulai melepasnya dan memasuki kamar mandi.
… Akan tetapi.
“Um… bisakah kau keluar sekarang?”
“Eee? Apa kamu tidak ingin aku melihatmu?”
“Tentu saja tidak! Ini memalukan!”
“Nggak apa-apa kok! Lagipula, kita akan menjadi suami-istri suatu hari nanti!”
“Kita bahkan belum menikah. Jadi, itu dan ini berbeda!”
Pada akhirnya, Tojo-san mengalah setelah penolakan kerasku.
Dengan pipi cemberut, Tojo-san meninggalkan ruang ganti.
“Phew……”
Setelah aku sendirian, aku segera melepas pakaianku.
Sepertinya aku sedikit berkeringat karena kemeja yang kukenakan di balik pakaian kerjaku sudah sedikit basah.
Saat dia pergi, dia menyuruhku memasukkan semuanya ke dalam mesin cuci. Tapi, sejujurnya aku merasa tidak nyaman.
Namun, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk itu.
“… Yah, mau bagaimana lagi.”
Aku memasukkan pakaian kerja dan kemejaku ke dalam mesin cuci dengan rasa bersalah yang besar.
Itupun karena aku tidak bisa membiarkan pakaian ini kotor karena aku harus memakainya lagi nanti.
Segera setelah itu, aku membuka pintu kamar mandi dan melangkah masuk.
“Ini sangat luas …”
Hanya melihat apa yang ada di depanku membuatku menghela nafas panjang.
Jika dibandingkan dengan yang ada di rumahku sebelumnya, kamar mandi ini ukurannya dua kali lebih besar.
Bahkan bak mandinya cukup besar untuk dua orang. Dan juga, entah mengapa ada layar monitor di dinding.
Karena penasaran, aku menekan tombol di monitor. Tampaknya TV-nya masih menyala dan aku bisa melihat acara TV yang baru saja aku tonton mulai diputar.
Bahkan ada TV di sini…
Dengan perasaan senang yang aneh, aku duduk di kursi kecil disana dan mulai menghidupkan kran air.
Suhu pancuran air yang awalnya dingin, secara bertahap menjadi lebih hangat dan segera mencapai suhu yang tepat.
“Ah…segarnya.”
Karena aku sangat terkejut dengan ukuran bak mandinya, aku hampir lupa untuk menuangkan garam mandinya.
Dengan tangan yang sedikit basah, aku membuka segelnya dan menuangkannya ke dalam bak mandi.
Kemudian airnya menguning dengan aroma yuzu yang manis dan asam.
Bak mandi itu sekarang sudah siap.
Aku kembali ke kursi dan membasuh kepalaku dengan sampo.
Mandi setelah berkeringat memang menyegarkan dan terasa sangat nyaman…
Setelah aku berkeramas, aku membilasnya dan meraih handuk untuk membersihkan tubuhku. Dan saat itu, untuk beberapa alasan pintu kamar mandi perlahan terbuka dan aku melihat kaki yang bersih tanpa noda sedikitpun.
Penyebab terbesar dari kesalahanku adalah aku tidak sengaja menatap ke arahnya.
Mataku bertemu dengan Tojo-san yang baru saja membalut tubuhnya dengan handuk dan pikiranku kosong.
“Inamori-kun, bolehkah aku membasuh punggungmu?”
Pipinya sedikit merah dan dia perlahan berjalan masuk ke kamar mandi.
Dia hanya menutupi tubuhnya dengan handuk, tetapi jika kau melihat lebih dekat, handuk tersebut tidak terikat dan hanya dipegang dengan tangannya sendiri.
Mungkin karena dia hanya memegang handuknya di dadanya, tetapi itu tetap tidak bisa menutupi seluruh payudara Tojo-san yang besar sehingga aku benar-benar tidak bisa mengabaikannya.
Bagian bawah handuk itu juga sangat dekat dengan pangkal pahanya, membuatku sulit untuk melihatnya.
“A—Apa yang kau lakukan di sini!?
“Tidak apa-apa! Tidak ada yang perlu ditakuti! Aku sama sekali tidak punya niat jahat kok.”
“Bukan itu masalahnya!”
“Tolong jangan banyak bergerak atau handuknya akan lepas!”
“Ah, maaf…”
Pernyataan Tojo-san tersebut adalah jebakan.
Karena saat aku sudah mulai tersadar kembali, dia sudah berada di belakangku.
Dan ketika aku secara refleks mencoba untuk berdiri, dia memegang bahuku untuk menahanku.
Merupakan suatu keatletisan yang luar biasa untuk dapat bergerak dengan sangat baik di atas lantai yang basah seperti ini.
“Lihat, lantai kamar mandi licin. Jadi, jangan banyak bergerak ‘oke?”
“T-Tapi…”
“Tidak ada ‘Tapi-tapian!’! Jangan khawatir, aku akan memastikan kita tidak melewati batas. Jadi, tolong tenang saja dan buat dirimu nyaman.”
Bukan itu masaahnya dan kurasa kita sudah melewati batas saat ini…
Sebelum aku bisa membuatnya berhenti entah bagaimana, Tojo-san meneteskan sabun mandi ke lap badan.
Dia menyabuninya dengan tangannya dan mulai menggosok punggungku dengan lap badan itu.
“Tolong beritahu aku jika ini terlalu kasar.”
“Tidak, ini sudah pas.”
Untuk sementara, satu-satunya suara di kamar mandi itu adalah lap badan yang menggosok kulitku.
Aku mencoba untuk berbicara. Tapi, ketidaknormalan situasi dimana punggungku dibasuh oleh Idol sekolah ini mencegahku untuk mengatakan apapun dan pada akhirnya aku tidak bisa membuka mulutku.
Dan tiba-tiba, aku merasakan —– ‘fyunyun~’, sensasi lembut di punggungku.
“Eee, Ap–!?”
“Bagaimana menurutmu? Aku yakin dengan ukuran dan kelembutannya.”
Kata-katanya membuatku sadar apa yang menyentuh punggungku.
Meskipun dilapisi handuk, hanya ada sedikit hal di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan kelembutan ini.
Ini adalah impian seorang pria.
Ini adalah mimpi yang dipenuhi dengan keinginan (read: nafsu) seorang pria dan dua gunung yang dapat membuat pria tersebut kehilangan akalnya.
Perasaan lembut ini jauh lebih jelas daripada ketika dia menempelkannya ke wajahku sebelumnya.
Sial! Kelembutan yang aku rasakan ini… Oppai, kan!?
Aku sudah mencapai kebenaran dunia ini dan alam semesta melintas dalam pikiranku.
Tepatnya, aku hanya membayangkan alam semesta dan melarikan diri dari kenyataan.
“Kalau kamu menikah denganku, kamu dapat melakukan apa pun yang kamu inginkan denganku kapan pun kamu mau ‘benar kan?”
“Kau bilang ini masa percobaan.”
“Yup, itu benar. Itu sebabnya aku harus membuatmu jatuh cinta padaku dalam satu bulan ini. Untuk itu, aku akan menggunakan cara apa pun.”
Nada suara Tojo-san begitu serius hingga membuatku merinding, karena aku tidak berpikir sejauh itu.
……….Dia serius.
Dia lebih siap dari yang kubayangkan dan dia tidak mundur hanya karena aku menolak untuk langsung menuruti keinginannya.
Tingkah Tojo-san yang seharusnya tidak sehat dalam hal apapun, tampak seolah tulus.
Mungkin berlebihan ketika aku mengatakan bahwa dia tampak tulus.
Kupikir ini benar-benar tidak sehat.
“Setelah masa percobaan berakhir… sudah terlambat untuk menyesali apa yang seharusnya aku lakukan setelah kamu menolakku. Jadi, aku tidak ingin menyesalinya.”
“…….!”
Tekanan kelembutan di punggungku semakin kuat.
Jantungku berdebar kencang.
Aku merasa seperti akan pingsan jika ini terus dibiarkan.
“Hmmm, panas sekali ya? Padahal tidak ada air panas. Aku ingin tahu apakah ini imajinasiku saja…”
“…T-Tojo-san, sudah cukup..”
“… Eee, Mn, baiklah.. kurasa hanya segini saja.”
Sentuhan di punggungku akhirnya menjauh.
Aku dapat merasa lega, tetapi pada saat yang sama aku merasa sedikit menyesal entah kenapa, aku ingin memukuli diriku sendiri.
“Kali ini aku akan menunggumu di luar. Jadi, tolong luangkan waktumu untuk berendam di bak mandi sebelum keluar. Oh, iya. Aku akan membilas badanku dulu, ada banyak busa ditubuhku ….”
Tojo-san mulai membilas busa yang menempel di tubuhnya. Setelah itu, dia meninggalkan kamar mandi.
Aku ditinggalkan sendirian dan menggeliat sambil memegangi kepalaku.
Apa yang harus aku lakukan … Apa gunanya mengatakan tidak sebelumnya?
“…..Uuuuuuu~~~~~~! Apakah dia akan berpikir kalau aku murahan? Tapi aku pernah membacanya di internet kalau ini adalah cara terbaik untuk mendapatkan perhatian seorang pria. Uuu…! Aku malu, tapi aku akan melakukan apapun yang terbaik!”
Di luar kamar mandi, aku tidak tahu bahwa Tojo-san juga mengalami penderitaan yang sama sepertiku.
* * *
Beberapa saat setelah aku meninggalkan kamar mandi. Tojo-san yang sudah selesai mandi dulu, berkata, ‘Aku punya sesuatu yang bagus untukmu,’ dan menuju dapur.
Ngomong-ngomong, aku tidak punya pakaian ganti. Jadi, aku meminjam t-shirt yang sudah disiapkan Tojo-san sebelumnya tanpa sepengetahuanku dan memakainya.
Dia sangat murah hati. Aku merasa kasihan padanya. Aku tidak tahu harus berbuat apa.
“Aku menyiapkan beberapa Hagen Des |1|. Rasa apa yang kamu suka? Aku sudah menyiapkan varian rasanya dengan lengkap.”
“Oh, kalau begitu aku mau rasa vanilla.”
“Fufu, kebetulan sekali. Aku juga suka rasa vanilla~”
Tojo-san mengeluarkan dua vanilla Hagen Des dari freezer dan meletakkannya di depanku dan dirinya.
“Whoaa. Terima kasih banyak. Aku belum bisa membelinya dalam beberapa tahun terakhir.”
“Kalau kamu menikah denganku, kamu bisa memakannya setiap hari.”
“Oh, Itu tawaran yang sedikit menggoda.”
“Apa? Mungkinkah tubuhku kalah dengan es krim ini?”
Wajah Tojo-san dengan ekspresi kesal benar-benar berbeda dari wajahnya yang biasa dia tunjukkan di sekolah.
Fakta bahwa aku bisa melihat sisi yang tidak diketahui dari Idol sekolah membuatku sedikit senang.
“Ah, barusan kamu tersenyum alami untuk pertama kalinya, bukan?”
“Eh …Benarkah?”
“Terkadang kamu membuat senyum yang agak di paksakan. Tapi, senyum yang baru saja kamu perlihatkan padaku sangatlah alami.”
Rasanya seolah-olah telah disadap di bagian bawah sadar pikiranku dan anehnya aku merasa malu ketika hal tersebut ditunjukkan di depanku langsung.
Aku mengambil es krim, merasakan wajahku memanas lagi.
“Nee, Inamori-kun. Biasanya kamu memakan es krim dengan cara apa? Kalau aku suka memakannya saat es krimnya sudah mulai sedikit meleleh, lalu mengikisnya dari bagian yang meleleh.”
“Aku——-”
Itu adalah pertanyaan dan jawaban yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya.
Aku selalu berpikir bahwa es krim harus dimakan sebelum meleleh dan aku belum pernah mendengar ide untuk memakannya ketika sudah mulai mencair.
“Aku akan memakannya apa adanya. Apa rasanya lebih enak kalau kau memakannya saat es krimnya mulai mencair?”
“Tidak, itu tidak mengubah rasanya. Tapi, menurutku itu membuat es krimnya lebih terasa creamy dan lembut. Karena kita sedang akan memakannya, mengapa kamu tidak mencobanya?”
Saat dia mengatakannya seperti itu, mau tak mau aku menjadi penasaran.
Tojo-san mengambil es krim di tangannya dan mulai menghangatkannya dengan membungkusnya di telapak tangannya.
“Ketika cupnya mulai sedikit bergelombang ketika kamu menekan jarimu di atasnya sambil menghangatkannya seperti ini, saat itulah es krimnya siap untuk dimakan!”
“Hmm, jadi begitu…”
Lalu aku memegang cup es krim dengan cara yang sama dan memindahkan panas dari telapak tanganku ke sana.
Dalam beberapa menit, permukaannya melunak dan siap disantap menurutnya.
“Setelah meleleh sampai titik ini, cobalah memakannya sambil mengikis daerah sekitarnya. Ini akan sedikit berbeda dari memakannya biasanya.”
Seperti yang dia katakan, aku mengikis bagian yang sedikit meleleh di sepanjang tepinya dengan sendok dan membawa sendok itu ke mulutku.
Tentu tidak ada perubahan yang signifikan pada rasanya itu sendiri.
Namun, kelembutan es krim di mulutku terasa sangat berbeda.
Ini hanya es krim. Dan itu masih tetap es krim yang sama.
Anehnya, rasa manis yang lembut dan tekstur yang halus ini membuatku merasa bahagia.
“Tunggu, tunggu! Pertahankan – pertahankan!”
“Eehh?”
Aku disuruh menunggu saat memasukkan suapan kedua ke dalam mulutku dan aku harus berhenti bergerak dalam posisi dengan sendok di mulutku.
Tojo-san dengan cepat mengeluarkan smartphonenya, mengaktifkan aplikasi kamera dan mengarahkannya ke arahku, lalu memfotoku.
“Ap—Apa yang kau lakukan?”
“Eh? Ah, M-Maafkan aku… aku melihat Inamori-kun terlihat sangat bahagia sehingga aku hanya ingin mengabadikannya dalam bentuk foto…!”
….Apa-apaan itu?
Aku sangat malu hingga kehilangan minatku untuk lanjut memakannya.
“Waaa! Ini langka! Ini adalah foto terbatas yang hanya bisa diambil jika kita berada di ruang yang sama! Nee, bolehkah aku menggunakannya sebagai wallpaper HP-ku?”
“Akan memalukan jika orang lain melihatnya. Jadi, tolong jangan jadikan itu wallpaper hpmu jika bisa…”
“Tidak apa-apa! Hp ini untuk keluargaku dan Inamori-kun. Jadi, kamu tidak perlu khawatir orang lain akan melihatnya.”
Mengatakan ini, dia menunjuk ke dua smartphone yang sedang dicharge di rak.
“Yang di sebelah sana itu untuk sekolah dan yang di sebelahnya untuk bekerja. Yang satu aku ambil untuk sekolah atau ketika aku hang out dengan teman-teman dan yang satu lagi untuk bekerja ketika aku pergi ke kantor.”
“Kenapa kau sampai repot-repot menggunakan HP yang berbeda..?”
“Aku tidak terlalu suka mencampurkan urusan pribadiku dan pekerjaanku. Saat aku bekerja, aku ingin melupakan sekolah dan saat aku di sekolah, aku ingin melupakan pekerjaan. Ah, tentu saja. Inamori-kun pengecualian! Aku akan memastikan bahwa nomer HP milik Inamori-kun di kedua smartphoneku! Jadi, jangan khawatir!”
Aku sama sekali tidak bermaksud mengkhawatirkan bagian itu.
Lagi pula, dengan melakukan itu, dia meningkatkan kinerjanya dan mendapatkan keuntungan dari menggunakan 3 buah smartphone.
Aku tidak berpikir itu sia-sia. Dia memang membutuhkannya.
“… Kupikir sudah waktunya bagi kita untuk menyikat gigi dan pergi tidur.”
“Sebelum aku melangkah lebih jauh, aku ingin bertanya padamu, kau tidak akan tidur di ranjang yang sama denganku, kan?”
“Fufu, kamar ini hanya memiliki satu tempat tidur. Jadi, kita akan tidur bersama.”
Aku ingin tahu apa yang baru saja dia katakan dengan begitu blak-blakan.
Aku tidak berpikir semua anak laki-laki SMA dapat tidur di ranjang yang sama dengan perempuan, tapi jika anak laki-laki SMA yang normal tidur di ranjang yang sama dengan perempuan, kupikir sesuatu sudah pasti akan terjadi.
“Tentu saja, aku tidak akan menyentuhmu. Jadi, jangan khawatir. Serius, aku tidak akan melalukan apapun kok. Jadi…”
“Tidak, itu… seharusnya aku yang mengatakan itu, kan?”
“Oh, kalau disentuh dengan Inamori-kun, aku benar-benar setuju dengan itu. Aku sudah melakukan penelitian tentang fakta bahwa kamu adalah pria yang sangat bertanggung jawab.”
… Oh, begitu.
Memang benar, jika terjadi kesalahan, aku harus bertanggung jawab. Dan aku pasti akan bersedia menerima tanggung jawab jika dia memintaku untuk menikahinya.
Maka dari itu, tidak boleh ada kesalahan yang terjadi di antara kita.
Apa yang harus aku lakukan, agar aku bisa tidur dengan tenang….?
Aku sudah gugup saat ini. Tapi jika kita tidur bersebelahan, aku tidak akan pernah bisa tidur.
“Bolehkah aku tidur di sofa?”
“Nggak boleh! Kamu tidak boleh tidur disana.”
“O-Oke…”
Aku tidak yakin apakah itu ide yang baik untuk memaksakan diriku melakukannya meskipun pemilik rumahnya mengatakan tidak.
Kurasa aku tidak punya pilihan lain selain bersabar…
“Oh, dan…Inamori-kun selalu berbicara dengan formal padaku, tapi kita adalah teman sekelas. Jadi, kamu bisa berbicara dengan santai, oke? Aku merasa agak kesepian karena jarak di antara kita.”
Ketika dia menunjukkan ini kepadaku, aku menyadari bahwa aku telah berbicara dengan formal.
Tampaknya gagasan bahwa Tojo-san adalah orang yang hebat sudah tertanam dalam diriku sehingga aku secara tidak sadar mengambil pendekatan yang hati-hati padanya.
Terus terang, aku takut…
“…Tapi Tojo-san juga berbicara dengan formal, kan?”
“Inilah aku dan aku berbicara dengan nada ini tidak peduli dengan siapa aku berbicara. Jadi, tidak apa-apa. Ini lebih merupakan identitas.”
Ketika dia mengatakannya seperti ini, aku tidak bisa memberikan argumen lain.
Setelah dipikir-pikir, tidak ada gunanya menolak.
“Jadi, kau ingin aku berbicara seperti biasanya?”
“Mn! Itu saja yang aku minta!”
Mungkin aku memang sudah berbicara terlalu formal padanya meskipun kami adalah teman sekelas.
Kupikir aku harus menjaga jarak yang tepat dari wanita dan aku agak bersyukur telah dikoreksi lebih atau kurang dengan paksa.
“Kalau begitu, ayo kita sikat gigi bersama~”
Tojo-san meraih tanganku, membangunkanku dari kursi dan membawaku langsung ke kamar mandi.
“Aku hanya punya sikat gigi cadangan.”
Dia menunjukkan beberapa sikat gigi baru.
Untungnya, ada sikat dari seri yang sama dengan yang aku gunakan di rumah. Jadi, aku biarkan dia memilih yang itu untukku.
“Inamori-kun lebih suka kuas yang lembut. Aku lebih suka yang sedikit lebih keras.”
Kedengarannya seperti cara yang aneh untuk mengatakannya dan jantungku berdebar kencang.
Ini gawat… Jika aku bereaksi terhadap setiap hal seperti ini, hatiku benar-benar tidak akan bisa menerimanya…
Kami berdua menyikat gigi di depan cermin, berkumur dan kembali ke ruang tamu.
“Oh, seharusnya aku menunjukkan kamar tidurnya dulu. Tolong lewat sini.”
Tojo-san membuka pintu di sebelah ruang tamu.
Itu adalah kamar dengan tempat tidur double bed.
Rak buku besar terlihat berjejer di dinding, tetapi semua buku ditulis dalam bahasa asing. Jadi, tidak ada cara untukku mengetahui isinya.
“Aku ingin mengatakan bahwa aku memang menyiapkan tempat tidur ini untuk berbagi kamar denganmu, tetapi aku adalah orang yang pemilih terhadap tempat tidur. Aku memilih kasur yang dibuat khusus sesuai dengan keinginanku dalam hal kualitas dan ukurannya sehingga aku dapat memulihkan kondisiku bahkan dengan tidur sesedikit mungkin.”
“Kalau kau sensitif terhadap ruang tidurmu, bukankah berarti aku seharusnya tidak tidur denganmu?”
“Jangan khawatir tentang itu. Memang benar pada awalnya kupikir lebih luas lebih baik, tetapi ketika aku mencoba tidur disana, ternyata rasanya sangat sepi. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ruang itu akan sempurna ketika Inamori-kun berada di sebelahku.”
Kurasa sedikit berlebihan untuk mengatakan bahwa itu akan sempurna denganku.
Tapi, setidaknya mungkin memang benar bahwa aku tidak akan menjadi pengganggu saat ini.
“… Tidak, tapi tetap saja aku tidak enak untuk tidur denganmu.”
“Eh…?”
Kata-kata perlawanan terakhirku tampaknya memiliki kejutan yang tidak terduga.
Ekspresi Tojo-san menunjukkan bahwa ketenangannya sebelumnya telah menghilang.
“Begitu, ya.. Segitunya kamu tidak mau tidur denganku, ya?”
“Tidak, bukan itu maksudku…”
“Uuuu…”
“Tojo, san…?”
“Tidak, bukan apa-apa. Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman…”
Tojo-san menutupi wajahnya dan mulai terisak.
Rupanya, dia benar-benar terkejut.
Seketika dadaku terasa remuk oleh rasa bersalah.
Aku memikirkannya dan karena Tojo-san yang memintanya, seharusnya tidak ada masalah, kan?
Dia tidak memaksakanku ke ranjang dan tidak sopan bagiku untuk terus menolak ajakannya.
Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan lagi. Tapi bagaimanapun juga, aku tidak bisa terus membuat Tojo-san sedih seperti ini.
“Baiklah! Aku tidak keberatan tidur bersama Tojo-san.”
“Mn, terima kasih banyak. Kalau begitu, ayo kita tidur bersama.”
… Huh? [ED: Are?]
Wajah Tojo-san bersinar dan dia menarik tanganku dan membawaku ke tempat tidur.
Apa aku baru saja ditipu?
“Kamu bilang kita bisa berbagi ranjang, kan?”
“Aah… ya…”
Aku tidak bisa lagi melakukan apa pun selain berkompromi.
Aku pergi ke kamar tidur dan mendekati tempat tidur tanpa disuruh.
Ada dua bantal.
Salah satu bantal sedikit penyok di tengahnya. Jadi, kurasa itu bantal yang biasanya dia gunakan.
Sementara yang satunya masih terlihat baru.
Aku berhasil menekan detak jantungku saat aku naik ke ranjang dengan Tojo-san.
Mau di lihat dari manapun, dia sangat dekat!!
“Fufufu, aku bisa merasakan kehangatan Inamori-kun.”
“Um, Tojo-san… kalau kau sedekat ini, akan sulit bagiku untuk tidur…”
“Eee… Hnmp, aku senang kamu sadar akan diriku. Tapi, benar juga. Kalau kamu tidak bisa tidur, akan buruk untuk mengikuti pelajaran besok.”
Baru saja aku akan menyarankan agar dia membiarkanku ijin untuk tidur di sofa, namun pada saat itu.
Tiba-tiba Tojo-san meletakkan tangannya di belakang kepalaku dan menarikku ke dadanya dengan kekuatan lebih dari yang aku bayangkan.
Kepalaku terkubur dalam dua bantalan besar yang lembut dan kepalaku membeku untuk kesekian kalinya hari ini.
“… Sebenarnya.. Aku juga merasa gugup, tau.”
“Eh?”
Aku bisa mendengar dengan jelas detak jantung Tojo-san.
Suaranya begitu kuat sehingga sulit dipercaya bahwa itu normal dan aku tahu dia juga sangat gugup.
“Orang yang kucintai begitu dekat denganku, kau tahu? Bagaimana mungkin aku tidak gugup?”
Dia berbisik di telingaku dan sensasi menggelitik mengalir di tulang punggungku.
Tapi anehnya, hatiku menjadi tenang.
Aku sudah mendengar bahwa detak jantung memiliki efek menenangkan pada pikiran orang, tetapi ketika kau mengalaminya sendiri, kau harus mempercayainya.
“Aku minta maaf untuk … semua hal mengejutkan yang sudah aku lakukan padamu. Tapi … aku benar-benar ingin kamu tahu bagaimana perasaanku, selain itu”
“…. selain itu?”
“Maaf kalau aku terdengar begitu sombong. Tapi aku ingin mengatakan kepada Inamori-kun, yang sudah bekerja sangat keras sampai hari ini, ‘Kamu sudah melakukan yang terbaik’…”
Jari-jari Tojo-san membelai kepalaku.
Tangannya begitu lembut seolah-olah dia sedang menyentuh kaca yang rapuh.
Itu sangat lembut dan tanpa sadar air mata mulai menggenang di mataku.
Aku tidak bekerja untuk dipuji siapa pun.
Aku harus membuat kesepakatan dengan kerabatku karena aku harus bertahan hidup.
Kecuali fakta bahwa orang tuaku meninggal, itu semua adalah salahku.
Sebelum aku menyadarinya, aku sudah lupa bagaimana caranya berbicara dan aku mungkin telah mengekang diriku sendiri bahwa aku tidak boleh bergantung pada siapa pun di sekitarku, bahkan kerabatku.
Jadi, ketika dia mengatakan, “Kamu sudah melakukan yang terbaik,” itu merusak kelenjar air mataku yang telah lama mengeras.
“Dari sudut pandangku, Inamori-kun cukup hebat untuk bisa bertahan hidup…atau memang ini cara yang salah untuk memperlakukanmu?”
“… Tidak.”
Dimana rasa maluku.
Aku memeluk tubuh Tojo-san dan membenamkan wajahku di tubuhnya seolah diriku meminta untuk dimanjakan olehnya.
Aroma manis menggelitik lubang hidungku dan detak jantungnya, seperti biasa, perlahan-lahan mulai menidurkanku.
“Aku sangat senang mendengarmu mengatakan itu.”
“… Aku juga ikut senang kok.”
Mungkin karena tubuhku cukup lelah, gelombang rasa kantuk yang tak tertahankan menimpaku.
Tak lama kemudian, aku tertidur.
==================================================
Kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii, kawaii
Inamori-kun, yang tertidur dengan wajah damai.
Aku sangat senang dia tidur di dadaku.
Tapi dengan dia yang begitu dekat denganku, aku tidak akan bisa tidur seperti biasanya.
Rambutnya lucu dan bergoyang di beberapa tempat. Bulu matanya panjang dan imut untuk anak laki-laki. Wajah tidurnya imut dan kekanak-kanakan, tetapi tubuhnya lebih kuat dan lebih dingin dari kelihatannya, dan tangannya sedikit kasar, kokoh dan keren…!
Astaga, aku hampir mimisan…
Aku tidak dapat menemukan satu hal pun yang aku tidak suka tentang orang ini.
Tapi, aku merasa bisa mengatakan seratus atau seribu hal yang aku suka tentangnya.
Sejujurnya, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan diriku sendiri karena aku tidak pernah begitu menyukai orang asing.
Apa yang harus aku lakukan. Jika aku menciumnya sekarang. Kira-kira dia bakal tau nggak, ya?
———- Tidak, tidak. Bagaimana aku bisa memikirkan pikiran jahat seperti itu.
“Nnn…”
“……….!”
Tiba-tiba, Inamori-kun melingkarkan lengannya ke tubuhku.
Kedekatan kita semakin meningkat dan aku bisa merasakan tubuhnya semakin panas.
Ayah, ibu, aku minta maaf. Aku mungkin akan mati hari ini…
Aku sangat senang. Tidak ada apa-apa selain kebahagiaan.
Aku terkejut bahwa ini masih masa percobaan.
Jika kami menjadi pasangan resmi, aku akan sangat senang sampai kehilangan akal sehat.
“Uumm…mmm…”
Saat aku menguatkan pelukanku sedikit, Inamori-kun mengeluarkan sedikit suara erangan.
Ini gawat…
Aku masih dipeluk dengan cukup dekat olehnya dan aku mungkin harus menahan diri untuk tidak melangkah lebih jauh.
Dengan orang ini… aku bisa lebih merentangkan sayapku.
Saat itu ketika hatiku hancur, kerja keras Inamori-kun memberiku kesempatan untuk bangkit kembali.
Saat itu, aku yakin.
Bahwa seorang anak laki-laki bernama Haruyuki Inamori adalah orang yang aku butuhkan dalam hidupku.
“… Selamat malam, Inamori-kun.”
Jika dia membenamkan wajahnya di dadaku, aku akan membenamkan wajahku di rambutnya.
Aroma sampo yang sama dengan milikku menggelitik lubang hidungku dan aku sangat senang melakukannya.
Aku pasti ingin membuat kebahagiaan ini bertahan lama——-selamanya, ya itu saja.