Uang, uang, uang ….
Semua orang tahu jika uang itu sangat di butuhkan untuk kelangsungan hidup dan aku mengerti itu dengan sangat baik.
Itu sebabnya, aku bekerja bahkan di malam hari sepulang sekolah seperti sekarang. Semuanya untuk bertahan hidup.
Uang sewa apartemen, fasilitas, makan dan barang-barang lain yang dibutuhkan untuk sekolah.
Ini semua karena orang tuaku tewas dalam sebuah kecelakaan, yang membuatku harus mencari uang sendiri.
Seandainya aku menerima tawaran dari kerabatku, mungkin aku tidak akan kerepotan seperti ini.
Tapi, aku tidak bisa begitu saja memercayai orang-orang yang telah menyanjungku atas kekayaan yang ditinggalkan orang tuaku. Merekalah yang menyembunyikan kebahagiaan di balik kesedihan kematian orang tuaku.
Aku tidak ingin hidup dengan orang-orang seperti itu, bahkan jika aku harus membayarnya. Jadi, aku memberikan uang itu kepada kerabatku dengan syarat mereka tidak pernah terlibat denganku lagi──
“Hei, Nak, kau bisa istirahat sekarang.”
“Baik!”
Tempatku bekerja sekarang adalah lokasi pembangunan jalan.
Karena pembangunannya dekat dengan pusat kota di depan stasiun, banyak mobil lewat dan aku ditugaskan untuk mengatur lalu lintas untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Tentu saja, sebagai anak di bawah umur, aku tidak diperbolehkan bekerja hingga larut malam.
Pekerjaan ini telah diiklankan dengan tergesa-gesa karena pengunduran diri mendadak dari karyawan sebelumnya dan merupakan pekerjaan harian tanpa resume yang diperlukan
Aku merasa tidak enak karena sudah berbohong tentang usiaku saat melamar pekerjaan ini. Tapi, berkat ini.. aku masih bisa bertahan hidup.
Ngomong-ngomong, aku di terima di sini karena usiaku yang masih muda. Mereka memanfaatkan tenaga anak muda sepertiku. Iti sebabnya, aku bekerja di sini.
“Yah, senang mempunyai pekerja sepertimu. Kau masih kuliah, kan?”
“Eh, y-ya, aku masih kuliah.”
“Menjadi muda sangat menyenagkan. Di usiaku sekarang, aku tidak cukup untuk bersaing denganmu.. Oh, ini ambil..”
“T-Terima kasih banyak.” kataku, menerima sekaleng kopi dari Yanagi-san.
Kebetulan, dia juga bekerja di lokasi ini bersama denganku.
Musim panas semakin dekat dan kopi dingin mengalir ke tubuhku, yang membakar dari pakaian kerja tebal yang harus kupakai untuk keselamatan.
“Aku akan kembali sekitar sepuluh menit lagi. Jadi, sampai nanti.”
“Ya…”
Yanagi-san menunjukkan senyum yang bisa diandalkan dan kembali ke tempat teman-temannya berkumpul.
Sakit seperti sesak di dadaku untuk berpikir bahwa aku mengkhianati seseorang yang telah begitu baik padaku.
“…Maafkan aku.”
Tetap saja, aku tidak bisa kehilangan kesempatan ini sekarang.
Bekerja di toserba (toko serba ada) di siang hari dan malam harinya aku bekerja untuk mengamankan lalu lintas.
Sedikit waktu untuk tidur dan belajar.
Jika dihitung berapa banyak uang yang aku hasilkan dan berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk itu, ini masih cukup.
Mulai sekarang, hanya masalah tidur yang harus aku dapatkan.
Tidur di sekolah mungkin membuatnya sedikit lebih mudah. Tapi, aku tidak ingin menghabiskan waktu belajarku yang berharga dengan itu.
“Oh, sial.”
Ketika aku sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba kesadaranku perlahan mulai memudar.
Tampaknya tubuhku sudah mencapai batasnya.
Pada waktu yang berbeda.
Di depan mataku, dua sosok tampak berdebat tentang sesuatu.
“T-Tolong, lepaskan aku!”
“Ayolah.. jangan bersikap dingin seperti itu.. Kecantikanmu akan hilang lho. Lebih penting lagi, ayo ikut om, kita bersenang-senang malam ini.”
Aku bisa melihat gadis seusiaku, gadis SMA.. yang sedang di ganggu oleh pria paru baya yang sedang mabuk.
Gadis itu terlihat ketakutan, sebaliknya.. pria paruh baya yang mabuk itu terus mengganggunya bahkan cara bicaranya sudah ngelantur.
Dengan penampilannya yang cantik, tidak heran jika dia di ganggu oleh pria paruh baya yang mabuk itu.
Melihatnya di ganggu di depanku, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
Memutuskan itu, aku menghampiri ke arah gadis itu.
“Um, apa kau baik-baik saja?”
“Eh…?”
Gadis itu mendongak dan rambut perak alaminya yang langka di Jepang sedikit bergoyang.
Aku kenal wajahnya dan rambut peraknya itu.
Kalau dipikir-pikir, dia satu kelas denganku sejak aku naik ke kelas dua SMA. Kalau tidak salah, namanya Tojo Fuyuki-san.
Kudengar, dia mendapatkan nilai yang sempurna di semua mata pelajaran ketika tes tahun lalu.
Dia adalah Putri dari pimpinan Grup Tojo, sebuah perusahaan besar yang berdiri di Jepang dan juga di negara-negara lainnya. Rambut peraknya, menandakan bahwa dia memiliki darah campuran.
Penampilannya yang sangat cantik, membuat orang-orang di sekitarnya tidak bisa tidak melihatnya.
Dan, sekarang dia sedang di ganggu oleh pria paruh baya yang mabuk tepat di depanku.
“Hah!? Nii-chan, ada urusan apa kau? Jangan ikut campur!”
Ketika aku mencoba menolong gadis itu, pria paruh baya itu tidak diam begitu saja, dia malah mengoceh kepdaku.
Aku bisa mencium bau alkohol yang sangat kuat dari mulutnya.
Orang ini, dia benar-benar sudah mabuk berat …
“Um… apa kau baik-baik saja?”
“Ha!? Apa maksudmu?”
“Saya pikir Istri Anda akan sangat marah jika anda minum sampai lupa waktu.”
Pria paruh baya, dengan ekspresi bingung di wajahnya, melirik jam tangannya.
Gerakan tubuh orang itu terlihat aneh dan begitu dia melihatnya, wajahnya membiru dan mabuknya seakan langsung hilang.
“Oh, sial. …… Aku harus pulang.”
Setelah diam-diam memperhatikan pria paruh baya itu pergi dengan terhuyung-huyung, Tojo-san dan aku saling memandang.
Ini pertama kalinya aku melihat wajahnya begitu dekat denganku dan aku sedikit gugup.
Aku hampir berterima kasih kepada Tuhan tanpa bermaksud, bertanya-tanya apakah pernah ada orang di dunia ini dengan wajah yang begitu baik.
“Um, terima kasih sudah menolongku.”
“Ya, jangan khawatir. Apa kau baik-baik saja? Kau tidak terluka, kan?”
“Iya, aku baik-baik saja. Ini semua berkat bantuan… Haruyuki Inamori-san.”
“Bagaimana kau tahu nama lengkapku..?”
Kalau dipikir-pikir, aku hampir menghabiskan keseharianku di sekolah tanpa berbicara dengan orang lain kecuali teman laki-lakiku. Itu karena aku selalu pulang lebih dulu begitu bel pulang sekolah berbunyi.
Jadi, aku pikir tidak ada yang akan mengingat namaku, terutama Tojo-san yang selalu dikelilingi oleh begitu banyak teman.
“Aku menghafal semua nama teman sekelasku pada hari pertama. Untuk bergaul dengan semua orang, itu.”
“Haha.”
“Sebaliknya, Inamori-san, kamu tidak ingat namaku ‘kan?”
“Meskipun kau popular, aku hanya bisa mengingat nama belakangmu. Maafkan aku. Nama depanmu agak samar dalam ingatanku. Um… apakah itu Fuyu… ka-san?”
Tojo-san terlihat sedih saat aku menanyakan itu.
Namun, dia segera mengangkat kepalanya dan meremas tanganku dan melakukan kontak mata denganku.
“Namaku Tojo Fuyuki, yang berarti ‘musim dingin’ dalam bahasa Jepang. Itu bukan nama yang terlalu feminim. Jadi, kupikir itu sedikit lebih mudah untuk diingat. …Bagaimana menurutmu?”
“Ah, ya. Menurutku itu nama yang bagus.”
“… Kamu secara mengejutkan pandai dalam hal ini, Inamori-kun.”
Tojo-san, yang tampak malu dengan pujian itu, berdeham untuk mendapatkan kembali ketenangannya dan menatapku lagi.
“Karena kita berdua adalah teman sekelas di 2A tahun ini, aku akan senang kalau kamu mengingatku.”
“Ya, tentu saja … Ah.”
“Mn, ada apa?”
Sesaat, aku bisa merasakan keringat dingin menguncur dari tubuhku.
Alu bisa merasakan tatapan tajam dari belakangku. Dan, ketika aku berbalik dengan rasa panik, aku melihat Yanagi-san berdiri di sana, pasti dia datang untuk memeriksaku.
“Hou, begitu ‘ya. Teman sekelas, 2-A. Itu berarti, kau masih di bawah umur ‘kan?”
“Ah, um …”
“…Cukup, jangan katakan apapun.”
“…Saya minta maaf.”
Saat ini juga,
Sebagai ganti senyum gadis tercantik di sekolah, aku dipecat dari pekerjaan paruh waktuku.