“–Aku pulang…” (Kaito)
“Se-selamat datang kembali, onii-chan. Aku
sudah menyiapkan makanannya, jadi kenapa kamu tidak makan dengan onee-chan?” (Sakura)
Kata Sakura sambil tersenyum.
Ah… aku sembuh dengan senyuman itu… eh?
Apa itu…?
Senyum yang Sakura-chan tunjukkan
padaku tetap manis seperti biasanya, tapi ada yang terasa aneh.
“Ada apa onii-chan?” (Sakura) (TN ENG: Dia berhenti menggunakan kanji untuk
kakak laki-laki dalam kalimat ini dan hanya mengucapkan hiragana. Tak ada
perbedaan fonetik, tapi kau bisa mengetahui dari tulisannya bahwa dia berbicara berbeda dari
biasanya)
Saat aku menatap Sakura-chan, dia
memiringkan kepalanya sambil tersenyum.
Eh… apakah seperti ini biasanya dia
bertingkah…?
Aku tak tau apa ketidaknyamanannya dan
aku terlalu lelah, jadi mari kita berhenti memikirkannya untuk saat ini…
Alasan kenapa aku lelah – tentu saja Saijo.
Ketika aku meninggalkan sekolah hari ini, aku terus berjalan sementara Saijo menempel
padaku.
Kenapa aku terus berjalan…?
Aku merasa bahwa jika aku berhenti
seperti yang dia minta, aku mungkin akan terjebak dengannya untuk waktu yang lebih
lama lagi.
Dengan kata
lain, aku tidak bisa pulang dengan dia menempel
di lenganku, jadi aku terus berjalan melewati rumahku.
Sayangnya, dia tiba-tiba sabar dan
bertahan untuk waktu yang lama, hanya ketika kami sampai di rumah Saijo dia
akhirnya melepaskannya.
Meski begitu, ini mengejutkan–
※※※※※
Ketika Saijo diturunkan di rumah–
“–Eh…? Ini rumahmu?” (Kaito)
Aku menatap rumah Saijo dan bertanya
padanya.
“Un, itu benar. Ahaha, apa itu
mengejutkan?” (Saijo)
Saijo yang menjawab pertanyaanku,
menggaruk pipinya seolah bermasalah.
Rumah Saijo… adalah sebuah apartemen tunggal di mana
seorang pegawai bisa tinggal.
Rumah keluarga Saijo mungkin tidak
dekat… tapi itu adalah tempat yang aneh bagi
seorang ojou-sama untuk tinggal di sini.
Lagi pula, meskipun ruangan bisa dikunci, tidak ada keamanan lebih
lanjut.
Tidak ada kunci pintu otomatis atau
jenis keamanan lainnya di pintu masuk kompleks gedung.
…Apa artinya ini?
“Etto, kamu tau, aku ingin kamu tau ini
sebelum kamu mengetahuinya nanti dan membenciku karenanya… Aku tidak mendapat banyak dukungan dari
orang tuaku” (Saijo)
Saijo mulai tertawa seolah-olah apa
yang dia katakan itu lucu.
“Mungkinkah, kau membayar untuk ini?” (Kaito)
Saijo mengangguk pada pertanyaanku.
“Aku tinggal di sini dan aku membayar sewa dengan tabunganku” (Saijo)
“…Itu sebabnya kau hanya tinggal di tempat seperti ini?” (Kaito)
Apa yang dipikirkan orang tua Saijo?
Bahkan jika kau ingin dia mengalami hidup sendiri,
haruskah kau setidaknya memberinya rumah dengan
keamanan yang layak?
Pertama-tama, aneh untuk mengatakan
bahwa jika kau tidak menempati peringkat 1 di peringkat sekolah, kau akan
terputus dari keluargamu…
Aku tau mereka ingin dia memiliki tingkat
kemampuan tertentu… tapi bukankah
dunia orang kaya terlalu kejam?
“–Ah, itu tidak benar lho? Aku punya banyak tabungan, aku hanya memilih tempat ini” (Saijo)
Saijo menggelengkan kepalanya sebagai
jawaban atas pertanyaanku.
Aaah, apakah itu…
Bahkan jika orang tuanya tidak
mengiriminya uang, dia pasti telah mengumpulkan cukup banyak uang saku.
Aku tak tau berapa banyak uang saku yang
akan diterima putri salah satu konglomerat terbesar di Jepang, tapi itu pasti
jumlah yang signifikan.
Itu sebabnya dia bisa mentraktir orang-orang di sekolah.
Tapi ini menimbulkan pertanyaan baru.
“Lalu mengapa repot-repot dengan tempat
seperti ini? Bukankah lebih baik tinggal di suatu
tempat dengan keamanan yang lebih?” (Kaito)
Saijo tampak malu dengan pertanyaanku.
Ekspresinya berbeda dari yang dia
tunjukkan ketika dia memojokkan Momoi dan ketika dia berbicara dengan
teman-teman sekelasnya, dia terlihat seperti gadis yang lemah.
“Ini adalah… hukuman yang kuberikan pada diriku
sendiri” (Saijo)
“Hukuman…?” (Kaito)
“Itu benar… aku pernah kabur di SMP. Hal itu membuat orang tuaku kecewa padaku. Tapi ayahku memberiku satu kesempatan
terakhir” (Saijo)
“Kau harus mendapatkan peringkat ke
1 di sekolah?” (Kaito)
Saijo mengangguk dan melanjutkan
penjelasannya.
“Ayah menyuruhku untuk bertahan hidup
di SMA menggunakan uang yang telah kutabung sampai sekarang… jujur, uang sakuku
cukup untuk hidup sendiri selama beberapa tahun, jadi aku memutuskan untuk menjalani
hidupku sendiri” ( Saijo)
“Mengapa kau melakukan itu?” (Kaito)
“Itu karena… jika aku menjalani
kehidupan yang nyaman, aku kemungkinan akan melarikan diri lagi. Aku tak bisa
memaafkan diriku sendiri setelah aku kabur pertama kali. Aku tak ingin menjadi seperti itu lagi dan aku mencoba yang terbaik untuk tidak seperti itu”
(Saijo)
Mata Saijo sepertinya menunjukkan bahwa
dia sudah mempersiapkan dirinya dengan baik.
Aku bertanya-tanya apa yang Saijo
hindari, tapi aku tidak mendorong masalah itu karena dia dengan sengaja mengarahkan
pembicaraan menjauh dari titik itu.
Mengatakan itu, apakah ini alasan
mengapa dia membaca buku tentang negosiasi di sekolah…?
Mungkin itu terkait dengan apa yang dia
hindari…
Mungkin aku terlalu memikirkannya.
“Aku tau apa yang kau katakan, tapi
hanya karena kau ingin menjadi yang nomor satu, bukan berarti kau akan
melakukan apapun untuk Momoi kan?” (Kaito)
Untuk jaga-jaga… aku bertanya lagi pada Saijo.
Aku tidak berpikir dia akan menyerah begitu
saja, jadi aku sudah siap.
Tapi Saijo–
“Aku tidak akan melakukannya, kamu tau? Karena jika aku melakukannya, Kaito akan
membenciku” (Saijo)
–Begitu katanya.
Melihatnya seperti ini, membuatku
merasa bersalah karena meragukannya.
Namun aku masih tidak mengerti mengapa dia
menghubungiku seperti ini.
“Aku tidak berpikir kau akan tapi… apa yang akan kau lakukan?” (Kaito)
“Tentu saja aku harus melakukan yang terbaik sendiri? Jika aku tidak bisa mencapai puncak dengan cara itu, maka mau
bagaimana lagi” (Saijo)
Saijo berkata dengan ekspresi
tersenyum.
…Aku terkejut…
“Apa itu benar-benar baik-baik saja?” (Kaito)
Aku secara naluriah bertanya.
Lagi pula, jika dia tidak di peringkat pertama, dia akan terputus
dari keluarganya.
Dengan kata lain, masa depannya akan berakhir.
“Un, tak apa, karena dengan begitu aku
tak perlu khawatir tentang nama Saijo lagi” (Kaito)
Saijo menjawab, menatapku dengan senyum
penuh arti.
Aku sedang memikirkan arti kata-kata
Saijo.
…Aku tidak mengerti…
Apa yang mengubah cara berpikir Saijo seperti
ini?
……Untuk membuatnya berpikir bahwa tidak
apa-apa untuk meninggalkan salah satu konglomerat terkemuka di Jepang…
Apakah dia mempertimbangkan kembali
setelah masalah yang terjadi tempo hari?
Tidak masuk akal untuk berpikir seperti
ini dan kemudian menyudutkan orang…
Maa, tidak apa-apa bagiku selama Saijo tidak menargetkan orang
lain…
“Lalu, akankah kita masuk ke dalam?” (Saijo)
Saijo tersenyum dan menarik lenganku
saat aku sedang berpikir.
…Ha?
Eh, apa yang dia lakukan, gadis ini!?
“Tu-tunggu sebentar! Mengapa aku harus masuk ke dalam?” (Kaito)
Untuk pertanyaanku, Saijo memiringkan
kepalanya dan menatapku dengan aneh.
Kenapa dia menatapku seperti aku yang
aneh?
Tak peduli apa yang kau pikirkan, ini aneh bukan?
“Apa yang kamu katakan ketika kamu sudah
sejauh ini?” (Saijo)
…Lebih dari ekspresi wajahnya, aku lebih
bingung dengan kata-katanya…
“Aku tidak mengerti maksudmu, aku baru
saja mengantarmu pulang?” (Kaito)
Saijo terkejut dan berteriak berlebihan
“Eh~!” pada penjelasanku.
“Kamu tidak datang ke sini untuk
menjadi Okuriōkami?” (Saijo) (TN ENG: –Okuriōkami, pada dasarnya berarti
seorang pria yang mengawal seorang gadis pulang, hanya untuk membuat gerakan
padanya. Secara
harfiah berarti “Beri Makan
Serigala”)
“Haa!?” (Kaito)
Sungguh, ada apa dengan gadis ini…
Mengapa dia berpikir kalau aku di sini untuk bertindak sebagai
Okuriōkami?
Aku tidak bisa benar-benar mengerti
bagaimana pikirannya terhubung.
Aku benar-benar tidak ingin terlibat
dengan gadis ini lagi…
Namun ada satu hal yang lebih kukhawatirkan.
“Hei… meskipun dalam keadaan ini, kau telah banyak melihat masa
laluku kan?” (Kaito)
Saijo, yang terlihat cemberut pada
pertanyaanku karena penolakanku sebelumnya, menjawab sambil tersenyum.
“Ah… itu adalah hal yang mudah dilakukan
kan? Aku memberi tau ayahku kalau teman sekelas laki-lakiku terus mendekatiku dan aku ingin tau tentang masa SMP nya, jadi dia meminta kepala pelayan untuk
mencari tau?” (Saijo)
Saijo berkata dengan polos.
…Ya?
Eh… apa yang baru saja dia katakan?
“Bi-bisakah kau mengatakan itu lagi?” (Kaito)
Sambil mendengarkan jawabannya,
punggungku basah oleh keringat dingin–
“Itu sebabnya~ Aku bilang padanya aku
ingin menyelidiki teman sekelas laki-lakiku” (Saijo)
……Saijo menjawab dengan senyum ramah.
“Ooiiiiiiiiii! Apa yang kau katakan!?” (Kaito)
“Eh?” (Saijo)
“Jangan “Eh?” padaku! Jangan main-main denganku! Itu
membuatnya tampak seperti aku menguntitmu! Apa mereka pikir aku sedang
menyelidiki konglomerat Saijo, kan!?” (Kaito)
Saijo menertawakan kata-kataku.
Kenapa gadis ini tertawa!
Berhenti tertawa!
Dari sudut pandangnya, ini adalah
masalah orang lain!
Aku juga akan tertawa jika karakter anime
jatuh ke dalam kesulitan yang sama!
“Tak apa, tak apa, jangan khawatir” (Saijo)
Saijo tertawa sambil tersenyum.
“Mengapa kau tidak mengkhawatirkannya?
Ah karena itu? Kesalahpahaman teratasi setelah kau selesai menyelidiki–” (Kaito)
“…Ya, bahkan jika Kaito ditangkap oleh
polisi, aku akan membebaskanmu, jadi tidak apa-apa” (Saijo)
Serius… metode berpikir macam apa yang
dimiliki gadis ini?
Aku akan membebaskanmu, jadi tak apa untuk ditangkap…
Maksudku, tak ada alasan aku ditangkap
sejak awal…?
Daripada itu, aku yang dikuntit kan?
“Ahaha, itu lelucon lelucon, aku memberi
tau ayahku bahwa dia tidak perlu khawatir, jadi dia tidak akan melakukan
apa-apa” (Saijo)
“Apakah itu benar…?” (Kaito)
“Tentu saja! Karena jika Kaito ditangkap, aku juga akan
mendapat masalah! Jadi jangan ragu
untuk berterima kasih padaku oke?” (Saijo)
Saijo tampaknya bangga akan hal itu,
tapi bukankah itu salahnya sendiri jika dia jatuh ke dalam bahaya ini?
Sebaliknya, kau yang harus meminta maaf bukan?
Aku sedang memikirkan hal seperti itu, tapi
berhenti memikirkannya setelah beberapa saat.
Kemudian setelah Saijo lengah, aku
melepaskan ikatan tanganku dari miliknya dan berjalan pulang–
※※※※※
……Ada hal seperti itu… tapi sepertinya kemalangan hari ini
belum berakhir…
“A-apa ini…?” (Kaito)
Aku melihat makan malam yang berbaris
di depanku dan tanpa sadar menatap Sakura-chan.
“Ada apa, onii-chan?” (Sakura)
Sakura-chan ada di sana dengan senyum
manis di wajahnya.
“T-tidak… tidak ada…” (Kaito)
“Begitukah? Makanlah dengan cepat sebelum dingin, oke?” (Sakura)
Sambil mendengarkan kata-kata Sakura-chan,
aku melihat hidangan yang berjejer di depanku.
Piring di depanku di mana benda seperti ikan gosong dan
sayuran tumis, juga hangus.
Di atasnya ada benda hitam, kemungkinan
nasi, tersangkut di mangkuk.
…Baiklah mengabaikan dua lainnya,
bagaimana kau membuat nasi hitam?
Yah, kurasa aku tidak salah mengidentifikasinya.
Karena ada salmon panggang dan sayuran
tumis di depan Sakura dan Momoi.
Kenapa hanya aku…?
Ada apa dengan ini… apakah Momoi membuat ini untuk
menggangguku?
Saat aku menatap Momoi dengan curiga,
dia menghela nafas dan mulai berbicara.
“Kamu bisa melihat penyebabnya jika kamu melihat smartphone-mu kan?” (Momoi)
“Smartphone…?” (Kaito)
Omong-omong, aku sudah lama tidak melihat smartphone-ku karena perjalananku dengan Saijo.
Juga Hanahime-chan adalah satu-satunya
orang yang benar-benar kuhubungi…
Aku memeriksa smartphone-ku seperti yang Momoi suruh.
Di sana-
“Eh!?” (Kaito)
–Banyak notifikasi yang masuk.
Aku segera bergegas melihat isinya.
[Aku sudah sampai duluan, jadi aku akan
menunggumu onii-chan]
Diikuti dengam-
[Etto, apakah kamu membantu gurumu
dengan sesuatu?]
Kemudian-
[Apakah kamu baik-baik saja? Apa yang
terjadi?]
Ada banyak pesan seperti ini.
Tentu saja, dari isi teksnya, aku tau
itu dari Sakura-chan.
Keringat dingin mengalir di tubuhku.
Kami telah berjanji untuk pulang
bersama dan kami seharusnya saling menghubungi jika kami tidak bisa pulang
bersama.
Namun… karena aku ditangkap oleh Saijo, aku
tak bisa menghubunginya.
Sakura-chan mengirimiku pesan setiap 20
menit.
Mungkin dia berhati-hati karena dia
pikir dia akan mengganggu jika dia mengirimnya terlalu sering.
Jadi itu artinya… Sakura-chan sudah menunggu di sekolah
selama ini kan?
Uwaa…
Aku menatap Sakura-chan dengan
hati-hati.
Dia kembali menatapku dan tersenyum.
Tapi ada yang aneh dari senyuman itu.
Namun sekarang aku tau apa ketidaknyamanan itu.
…Ini, Sakura-chan saat dia marah…
Di latar belakang senyum Sakura-chan,
itu jika karakter gogogogogo bisa dilihat.
Aku kemudian melihat pesan terakhir.
Pesan ini, tidak seperti yang lain,
berakhir hanya dengan beberapa kata.
[Kejam] katanya.
Aku telah pergi dan melakukannya sekaraaaaaaaaaaannnnnngggggggggg!
“Jadi, maaf Sakura-chan!” (Kaito)
Aku buru-buru meminta maaf kepada
Sakura-chan.
“Apa yang kamu bicarakan onii-chan?
Sakura tidak marah sama sekali, tau?” (Sakura)
Sakura menjawab sambil tersenyum, tapi… itu bohong!
Entah bagaimana aku merasa seolah-olah suasana yang
mengintimidasi telah meningkat!
“Haa… aku akan memberitahumu satu hal, tapi
melanggar janji adalah satu hal yang paling Sakura benci. Jika kamu melanggar janji dengannya, dia akan
marah dan kemarahan itu akan sebanding dengan persentase seberapa besar dia
menantikannya” (Momoi)
Momoi menjelaskan.
Mendengar kata-kata Momoi–
“Tidak mungkin onee-chan~ Aku sudah
bilang Sakura tidak marah sama sekali” (Sakura)
–Sakura tersenyum pada Momoi.
“I-itu benar… maaf, itu aku salah paham” (Momoi)
Momoi meminta maaf pada Sakura-chan.
Wajahnya tegang…
Senyum Sakura-chan cukup menakutkan untuk
membuat Momoi tertekan.
“Y-yah, ketika aku hendak pulang dari
OSIS, aku memberi tau Sakura ‘Kanzaki-kun ditarik oleh seorang gadis pirang
cantik dan pulang ke rumah dengan wajah ceroboh’”(Momoi)
“Tunggu sebentar! Kenapa kamu berbohong
tentang itu!?” (Kaito)
“Haa!?” (Momoi)
“–!” (Kaito)
Saat aku menyuarakan pembelaanku, Momoi
membalas “Haa!?”
E-eh…?
Aku sudah cukup sering berbicara dengan
Momoi, tapi aku belum pernah mendengarnya mengeluarkan suara seperti itu…?
Atau lebih tepatnya, sebelum aku
menyadarinya, mata Momoi tertuju padaku!
Eh, kenapa!?
Mengapa cahaya menghilang dari
matanya!?
“Sungguh, kamu pasti memiliki kencan
yang menyenangkan… bahkan
meninggalkan imouto imutmu” (Momoi)
“Tu-tunggu… apa kamu tidak salah paham tentang
sesuatu di sini? Aku ditarik oleh Saijo dengan paksa–” (Kaito)
“Tapi, kamu bersenang-senang…” (Momoi)
Bagaimana dia melihatnya seperti itu…?
Apa wajahku benar-benar ceroboh saat
itu?
Ekspresi wajahku seharusnya tidak banyak berubah…
Mungkin emosiku tidak stabil…
“Nah itu–” (Kaito)
“Onii-chan–?” (Sakura)
“Hii–” (Kaito)
Saat aku mencoba menjelaskan pada
Momoi, aku dipanggil oleh Sakura-chan, yang tidak pernah berhenti tersenyum
sejak awal makan malam……
Pada hari ini aku berjanji pada Momoi
dan Sakura-chan bahwa aku akan bermain dengan mereka di masa depan, dan meminta
mereka untuk memaafkanku.
…Eh?
Kenapa aku berjanji untuk bermain
dengan Momoi…?
Aku berjanji bahkan sebelum aku
menyadarinya…
Ya, bagaimanapun juga, aku bersumpah
pada hari ini bahwa aku tidak akan pernah lagi mengingkari janji dengan
Sakura-chan–