Seperti apa sebenarnya
kehidupan pengantin baru itu?
Kalau dipikirkan secara normal,
aku pikir isinya hanya mesra-mesraan terus.
“Ya,
Sa~ya~ng ♪”
“Mmmm…
Enak sekali. Aku senang bisa memakan masakan buatan tanganmu setiap hari.”
“Aku
juga senang karena bisa memasak dan membuatkan makanan lezat untukmu setiap
hari”
“Ha
ha ha.”
“Fu
fu fu”
“Aku
mencintaimu…”
“Aku
juga mencintaimu… Unn..chuu ~… chuu ~”
“Boleh
aku minta ciuman lagi?”
“Oh,
dasar idiot … Kamu sendiri sudah tahu itu, bukan?”
Dan seterusnya.
Ngomong-ngomong, menurutku melihatnya seperti itu agak naif.
Tentu saja, setelah kau saling
jatuh cinta, mulai berpacaran, dan menikah ketika kau menyadari kalau kau ingin
bersama selamanya.
Ini adalah dunia yang hanya
terdiri dari dua kekasih, di mana tidak ada yang bisa menghalangi jalan mereka.
Keluarga baru yang diciptakan oleh dua orang yang saling mencintai.
Aku yakin kau bisa membayangkan
seperti apa kehidupan pengantin baru itu……
“… Um… Kuya-san…”
“Ada apa, Mea?”
Tapi dalam kasus kami, sama
sekali tidak seperti itu.
Dari awal saja itu sudah sangat
aneh.
Pertama-tama, aku, Kuya
Nonomiya, dan dia, Mea Chitose, belum terikat tali pernikahan.
Atau lebih tepatnya, kita belum
bisa menikah. Karena kami berdua sama-sama baru masuk SMP.
Selain itu, tidak ada akumulasi
waktu berpacaran, dan kami juga tidak pernah bersama untuk waktu yang lama.
Kami berdua baru saja bertemu.
Kami belum tahu banyak mengenai
satu sama lain.
Tapi kami sudah mulai menjalani
kehidupan layaknya pengantin baru di apartemen 1DK ini.( TN : 1DK- Apartemen dengan satu kamar, ruang
makan & area dapur.)
…
Apa yang harus aku lakukan.
“Kamu tahu, Kuya-san, kamu
terus membuang muka dariku untuk sementara waktu.”
“Ini… uhhh… .um…”
Aku tidak yakin harus berbuat
apa…
Demi mengelabuinya, aku
menyibak poniku dan berpura-pura menjadi pria yang keren.
Ngomong-ngomong, aku
cepat-cepat melihatnya sambil meliriknya, masih berpose dengan tanganku
menyibak poni.
Aku tidak yakin harus berbuat
apa. Kulit putih dan mulus yang terawatt dengan baik. Mata yang indah tapi memancarkan
kepolosan. Dia memiliki rambut hitam panjang yang indah menghiasi wajahnya.
Banyak orang tertarik pada gadis seperti dia.
Aku mulai merasa malu, jadi aku
mengalihkan pandanganku.
Aku masih tidak sanggup melihat
langsung wajahnya. Meski hanya melihat sekilas, jantungku sudah berdebar
kencang.
Itu benar, Dia, Mea Chitose, gadis
yang terlalu cantik.
Dia jauh lebih cantik dan manis
dari gadis manapun yang pernah aku lihat. Aku merasa takjub bahwa paras cantik
ala Yamato Nadeshiko, gadis yang berambut hitam, masih ada di dunia ini.
Dan tidak seperti diriku, yang
belum memasuki masa puber, dia sudah sangat dewasa.
Tinggi badannya hampir sama
denganku, dan melihat payudaranya, sangat besar.
Sedangkan aku sendiri, adalah
kebalikannya.
Sejujurnya, karakteristik
seksual sekunder baru saja dimulai. Aku tumbuh sedikit lebih tinggi, tetapi aku
masih jauh dari target 170 sentimeterku. Suaraku sama sekali belum berubah, dan
tidak ada tanda-tanda pertumbuhan rambut di kaki atau wajahku.
Dengan kata lain, aku masih belum
dewasa.
Itu sebabnya, menurutku
hubungan kita ini agak aneh.
Ini karena sang istri, Mea,
terlalu imut dan dewasa.
Aku tidak pernah sadar akan
gadis macam ini sebelumnya, tapi…
Mea berbeda. Dia berbeda dari
yang lain.
Dan bahkan jika hanya demi itu,
aku pikir sebagai suaminya, aku harus bisa mencocokkannya …
“Dan omong-omong, Mea-san.”
“Ada apa?”
“Apa kau bai-baik saja
berpostur seperti itu? Jika kau duduk seperti itu terus, kakimu mungkin akan
kesemutan.”
Pada saat-saat seperti itu,
bersikap tenang dan mengatakan apa yang perlu dikatakn. Inilah gambaran ideal
orang dewasa dalam pikiran aku.
Ayo!
Mea-san! Bagaimana penampilanku ?!
“Aku baik-baik saja.”
… Ditolah mentah-mentah.
“…Begitu ya. Tidak apa-apa…”
“…”
Mea terus duduk tegak dan
mencoba mengecilkan tubuhnya yang berkembang dengan baik.
Dia sekilas melirikku. Aku
tidak balas menatapnya, tapi aku menyadari tatapannya.
Aku tidak yakin apa yang harus aku
lakukan, tapi aku yakin kalau bukan cuma aku yang berpikir begitu.
Aku menyibak poniku lagi.
Aku ingin tahu seperti apa
penampilanku …… di matanya.
… Itu memalukan. Mengapa aku
tidak bisa lebih cepat dewasa?
Tapi aku sudah mengatakannya
berkali-kali, aku adalah “suaminya”.
Aku tidak bisa terus seperti
ini. Aku tidak bisa terus-terusan menyibak poniku dan berbuat curang. Aku harus
melakukan sesuatu. Sesuatu… apa saja…
“Ayo nyalakan TV!”
Aku memikirkan itu dan akhirnya
berbicara dengan suara paling tenang yang bisa aku kumpulkan.
Aku merasa kalau aku masih
mencoba menipu diriku sendiri, tetapi itu masih lebih baik daripada suasana
yang canggung.
“Jadi, mana remote-nya…
remote-nya…”
“Ahh… ya… remote…”
Saat aku mengulurkan tangan
untuk mengambil remote, dia juga ikut mengulurkan tangannya untuk mengambil
remote.
Dan yang terjadi hasilnya—
“Ah!”
Jari-jemari kami tidak sengaja
saling bersentuhan.
Kami segera menarik tangan kami
dan melihat ke arah lain.
“Ak-Aku minta maaf.”
“Ahh… aku juga…”
Kami berdua saling membuang
muka dan suasanya menjadi hening kembali.
Muka Mea-san dengan cepat
memerah dan menunduk ke bawah.
Aku tidak yakin harus berbuat
apa. Tapi aku harus memperbaiki suasana ini!
Tapi bagaimana caranya? Apa
yang harus aku lakukan dalam situasi ini?
(Pertama-tama … apa yang aku inginkan dengan
bersamanya?)
Ketika aku sedang memikirkan
solusi, pertanyaan ini tiba-tiba muncul di benakku.
Sekali lagi, kami berdua belum
cukup umur untuk benar-benar melakukan pernikahan. Dan kehidupan pengantin baru
adalah tentang perasaan yang jujur dan
sejati.
Tapi sebelum itu, kami berdua
tisak saling mengenal terhadap satu sama lain, bagaimana mungkin kami bisa
mulai hidup bersama…?
Dan memangnya boleh memulai
hubungan seperti itu saat kami sama-sama tidak saling mengenal?
Apa yang dia pikirkan tentang
bulan madu kita ..?
Bagaimana aku harus
memperlakukannya…?
Kepalaku mulai terasa pusing.
“Aku akan membuatkanmu …
minuman”
Mea tiba-tiba bangun. Dia
tampak sangat gelisah.
“Uhh… apa itu tidak
merepotkanmu?”
“Justru sebaliknya, aku minta
maaf karena tidak menyadarinya sampai sekarang, tapi menurutku itu adalah tugasku
…”
Apa maksudnya berarti “tugas pengantin wanita”?
Bagaimanapun juga, aku menjadi
panik. Apa yang harus aku lakukan?
Selagi aku memikirkan hal ini,
Mea dengan cepat berdiri.
“…Ah?”
Segera, kaki Mea tersandung.
Sudah terlambat ketika aku
berpikir.
“Hyaa ..?”
Gedebuk!
Mea
jatuh ke belakang saat dia terbalik.
“Apa kau baik-baik saja!?”
“Maaf, aku baik-baik saja,
sepertinya kakiku sedikit kesemutan.”
“Itu sebabnya aku menyuruhmu untuk
duduk dengan nyaman”
Dan, jelas, kata-kataku yang
aku ucapkan terhenti karena…
KANCUT
MEA-SAN TERLIHAT SANGAT JELAS
Tepat sekali. Mea mengenakan
gaun one-piece. Bagian rok dari gaun itu tergulung saat dia jatuh ke belakang,
memperlihatkan kakinya yang mulus, kancut putih dengan desain berenda lucu yang
benar-benar berbeda dari laki-laki, dan bahkan perut mulusnya yang (mungkin)
terlihat.
“… !!!
???”
Aku benar-benar terperangah,
pandangan mataku terpaku padanya dan tidak bisa berpaling.
Maksudku, itu karena aku belum
pernah melihat gadis seperti ini! Dan, terlebih lagi, Mea juga memiliki badan
yang sangat dewasa.
(Oh… Yah, ini jelas sangat
berbeda… dia adalah seorang “gadis”… tidak ada apa-apa di selangkangannya, jadi
itu benar-benar pas dengan selangkangannya.)
Aku ingin orang berpikir bahwa
wajar saja jika sedikit bergairah dan malu dengan apa yang mereka lihat.
Logika semacam itu memang
wajar, tapi Mea tidak memahaminya.
“Ah…? KYAAAAA !? ”
Dia pasti menyadari tatapanku
yang terbuka lebar melihat kancutnya.
Mea mengangkat tubuhnya sambil
berteriak, dan menyembunyikan tubuh bagian bawahnya yang tersingkap menggunakan
roknya.
Telingaku memerah saat aku dipelototi
dengan mata berkaca-kaca.
“Ah… ah… aku minta maaf… maafkan aku.”
Aku tidak punya pilihan selain
meminta maaf dengan terburu-buru.
Atau lebih tepatnya, dia merasa
malu sekaligus marah! Bahkan jika itu benar-benar kecelakaan, kancutnya terbuka
dan aku terlalu fokus melihatnya.
Dalam hal ini, kalimat seperti
“Tidak apa-apa karena kita adalah
pasangan yang sudah menikah” tidak akan berhasil. Seperti yang sudah kukatakan
berulang kali, kami baru saja bertemu, dan tidak mengenal satu sama lain.
Dengan kata lain, kami adalah “pengantin yang
benar-benar baru yang mendadak mulai hidup bersama”.
Tentu saja, aku dipelototi, atau
sebaliknya, tidak aneh rasanya kalau aku ditampar—
Aku terus memikirkan
kemungkinan itu dan berkeringat dingin.
“——— fu”
Mea tiba-tiba cemberut.
“—Fu?”
“Fu.”
Dia mengangkat alisnya, lalu
mengangkat tangannya setinggi wajahnya, dan menarik napas dalam-dalam…
“Fu…AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!”
Sambil menutupi wajahnya, dia
berteriak sekeras yang dia bisa.
Sementara aku tercengang,
tubuhnya mulai bergetar.
“Baka! Baka! Baka! Apa yang Mea
lakukan? ”
Dia mulai berteriak untuk
menyalahkan dirinya sendiri. Telinganya sampai memerah. Selain itu, dia menyebut
dirinya “Mea” dan bukan “aku”.
“Ah… Mea-san?”
“Kuya-san mengatakan kepadaku
kalau kakiku akan kesemutan jika duduk seperti itu, tapi aku bilang tidak
apa-apa karena aku ingin terlihat menawan, tapi itu tidak baik. Aku jatuh dan
menunjukkan tempat kepada Kuya-san yang seharusnya tidak boleh dilihat… ”
“Hei, tidak, tenanglah dulu,
ambil napas dalam-dalam!”
“Maaf, Kuya-san. Maaf sudah
menunjukkan hal yang aneh-aneh.”
Pok
Pok Pok Pok
Saat Mea berhenti menutupi
wajahnya dengan tangannya, dia mulai memukul kepalanya kali ini!
“Tidak, tidak, justru sebaliknya,
akulah yang seharusnya minta maaf karena sudah melihat kan—”
“Jangan katakan itu! Jangan
katakan itu! Jangan pikirkan itu. Mea menunjukkan kancutnya kepada Kuya-san, ini
sangat memalukan sampai-sampai membuatku ingin mati saja!”
“Huh… .Maaf… maafkan aku, seharusnya
aku tidak mengatakan itu.”
“Uhhhh… Aku tidak bisa menikah
lagi.” (Mea)
“…” (Kuya)
Bulu matanya yang panjang
jatuh, dia sekali lagi menutupi wajahnya dengan tangannya dan menggeliatkan
tubuhnya dengan gelisah, mengerang dan merengek, telinganya benar-benar merah.
─ Tentu saja, aku seharusnya
mencoba menghiburnya dan menyemangatinya pada saat-saat seperti ini.
“Tidak, kamu masih bisa menjadi
pengantin, kita seharusnya pengantin baru,
jadi tidak apa-apa. Maksudku, aku mengenalmu dengan baik.”
Atau semacam itu.
Tapi… jujur saja.
Saat aku melihat Mea-san yang
putus asa, dadaku mulai terasa sesak.
Jadi itulah mengapa aku
mengatakan sesuatu yang lain.
Dengan nada suara terbaik,
kalem, tenang dan terkeren, aku mengatakan—
“Tadi itu kancut yang lucu, iya
‘kan”
“?!!!”
“…”
Tubuh Mea menjadi kaku dan
pikirannya kosong saat mendengar ucapan itu.
Dan kemudian dia menutupi
wajahnya lagi dan mulai gemetar dan rambutnya bergoyang saat terkejut.
“AHHH! Jangan katakan itu!
Rasanya memalukan! AHHHH ”
(Wajahnya
yang memalukan begitu…)
Muzzle Muzzle Muzzle
Perlahan, perasaan impuls
muncul di dadaku, dan aku tidak bisa menghentikannya.
Wajahku terbakar dan dadaku
berdenyut-denyut sementara mulutku terbuka lebar.
Dia…
SANGAT IMUT!
Oh, dia …
Dia
bertingkah sangat kekanak-kanakan …
Dan…
Mea-san
bertingkah malu-malu seperti ini… Aku ingin melihat lebih banyak…
Oleh karena itu, aku melihat
Mea seperti yang aku katakan—
“Mea-san, coba lihat ke sini.”
Tapi, Mea terus menutupi
wajahnya dan mengerang.
“Tidak, tidak, aku tidak bisa
menunjukkan wajah seperti ini pada Kuya-san…”
Dengan telinganya semakin merah
karena malu dan rambutnya yang berayun …
Aku tidak tahan lagi, aku harus
melihat wajahnya.
“Tidak apa-apa. Tidak apa-apa.
Aku ini suamimu, ingat? Tidak peduli bagaimana dirimu atau kondisimu saat ini, aku
akan selalu menjagamu.”
“…Benarkah?”
“Ya, itu benar, jadi, Mea-san,
lihat ke sini.”
“… Un”
Mea-san perlahan-lahan
menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya dan menatapku tanpa rasa takut.
“Ini…? Kuya-san… ”
“Ada apa?…”
Dag
dig dug! Dia sangat imut! Saking imutnya sampai membuat dadaku mulai
berdebar keras! Dia seperti binatang kecil, tapi juga seksi. Dan, itu memberiku
perasaan superior bahwa “Aku yakin
tidak ada yang melihat Mea-san seperti ini kecuali aku”.
Itulah yang aku pikirkan.
─ Ah, aku sedang memikirkan
tentang apa yang harus kulakukan dengan hidupku yang baru menikah.
─ Bukannya hal seperti itu
sudah diputuskan.
“Ahh… Ini tidak bagus… Ini
terlalu memalukan!”
“Jangan bilang begitu, Mea-san!
Berbaliklah, ayo! ”
“Ah… Tidak… Kuya-san no baka! Baka!
Baka!”
─Aku ingin melihat wajah istriku
yang lebih malu.
─Aku ingin melihat lebih banyak
tentang keimutan istriku.
Aku dan Mea, kami berdua masih
murid baru SMP.
Namun, kami baru saja mulai
hidup bersama sebagai pengantin baru.
Ketika aku akan memulai sekolah
SMP, aku pikir ada banyak hal yang akan berubah.
Namun, aku tidak menyangka
kalau seluruh hidupku akan berubah sampai sejauh ini.
Kenapa ini bisa terjadi?
Semuanya terjadi dua hari
sebelum upacara masuk sekolah SMP …
s>Seperti apa sebenarnya
kehidupan pengantin baru itu?
Kalau dipikirkan secara normal,
aku pikir isinya hanya mesra-mesraan terus.
“Ya,
Sa~ya~ng ♪”
“Mmmm…
Enak sekali. Aku senang bisa memakan masakan buatan tanganmu setiap hari.”
“Aku
juga senang karena bisa memasak dan membuatkan makanan lezat untukmu setiap
hari”
“Ha
ha ha.”
“Fu
fu fu”
“Aku
mencintaimu…”
“Aku
juga mencintaimu… Unn..chuu ~… chuu ~”
“Boleh
aku minta ciuman lagi?”
“Oh,
dasar idiot … Kamu sendiri sudah tahu itu, bukan?”
Dan seterusnya.
Ngomong-ngomong, menurutku melihatnya seperti itu agak naif.
Tentu saja, setelah kau saling
jatuh cinta, mulai berpacaran, dan menikah ketika kau menyadari kalau kau ingin
bersama selamanya.
Ini adalah dunia yang hanya
terdiri dari dua kekasih, di mana tidak ada yang bisa menghalangi jalan mereka.
Keluarga baru yang diciptakan oleh dua orang yang saling mencintai.
Aku yakin kau bisa membayangkan
seperti apa kehidupan pengantin baru itu……
“… Um… Kuya-san…”
“Ada apa, Mea?”
Tapi dalam kasus kami, sama
sekali tidak seperti itu.
Dari awal saja itu sudah sangat
aneh.
Pertama-tama, aku, Kuya
Nonomiya, dan dia, Mea Chitose, belum terikat tali pernikahan.
Atau lebih tepatnya, kita belum
bisa menikah. Karena kami berdua sama-sama baru masuk SMP.
Selain itu, tidak ada akumulasi
waktu berpacaran, dan kami juga tidak pernah bersama untuk waktu yang lama.
Kami berdua baru saja bertemu.
Kami belum tahu banyak mengenai
satu sama lain.
Tapi kami sudah mulai menjalani
kehidupan layaknya pengantin baru di apartemen 1DK ini.( TN : 1DK- Apartemen dengan satu kamar, ruang
makan & area dapur.)
…
Apa yang harus aku lakukan.
“Kamu tahu, Kuya-san, kamu
terus membuang muka dariku untuk sementara waktu.”
“Ini… uhhh… .um…”
Aku tidak yakin harus berbuat
apa…
Demi mengelabuinya, aku
menyibak poniku dan berpura-pura menjadi pria yang keren.
Ngomong-ngomong, aku
cepat-cepat melihatnya sambil meliriknya, masih berpose dengan tanganku
menyibak poni.
Aku tidak yakin harus berbuat
apa. Kulit putih dan mulus yang terawatt dengan baik. Mata yang indah tapi memancarkan
kepolosan. Dia memiliki rambut hitam panjang yang indah menghiasi wajahnya.
Banyak orang tertarik pada gadis seperti dia.
Aku mulai merasa malu, jadi aku
mengalihkan pandanganku.
Aku masih tidak sanggup melihat
langsung wajahnya. Meski hanya melihat sekilas, jantungku sudah berdebar
kencang.
Itu benar, Dia, Mea Chitose, gadis
yang terlalu cantik.
Dia jauh lebih cantik dan manis
dari gadis manapun yang pernah aku lihat. Aku merasa takjub bahwa paras cantik
ala Yamato Nadeshiko, gadis yang berambut hitam, masih ada di dunia ini.
Dan tidak seperti diriku, yang
belum memasuki masa puber, dia sudah sangat dewasa.
Tinggi badannya hampir sama
denganku, dan melihat payudaranya, sangat besar.
Sedangkan aku sendiri, adalah
kebalikannya.
Sejujurnya, karakteristik
seksual sekunder baru saja dimulai. Aku tumbuh sedikit lebih tinggi, tetapi aku
masih jauh dari target 170 sentimeterku. Suaraku sama sekali belum berubah, dan
tidak ada tanda-tanda pertumbuhan rambut di kaki atau wajahku.
Dengan kata lain, aku masih belum
dewasa.
Itu sebabnya, menurutku
hubungan kita ini agak aneh.
Ini karena sang istri, Mea,
terlalu imut dan dewasa.
Aku tidak pernah sadar akan
gadis macam ini sebelumnya, tapi…
Mea berbeda. Dia berbeda dari
yang lain.
Dan bahkan jika hanya demi itu,
aku pikir sebagai suaminya, aku harus bisa mencocokkannya …
“Dan omong-omong, Mea-san.”
“Ada apa?”
“Apa kau bai-baik saja
berpostur seperti itu? Jika kau duduk seperti itu terus, kakimu mungkin akan
kesemutan.”
Pada saat-saat seperti itu,
bersikap tenang dan mengatakan apa yang perlu dikatakn. Inilah gambaran ideal
orang dewasa dalam pikiran aku.
Ayo!
Mea-san! Bagaimana penampilanku ?!
“Aku baik-baik saja.”
… Ditolah mentah-mentah.
“…Begitu ya. Tidak apa-apa…”
“…”
Mea terus duduk tegak dan
mencoba mengecilkan tubuhnya yang berkembang dengan baik.
Dia sekilas melirikku. Aku
tidak balas menatapnya, tapi aku menyadari tatapannya.
Aku tidak yakin apa yang harus aku
lakukan, tapi aku yakin kalau bukan cuma aku yang berpikir begitu.
Aku menyibak poniku lagi.
Aku ingin tahu seperti apa
penampilanku …… di matanya.
… Itu memalukan. Mengapa aku
tidak bisa lebih cepat dewasa?
Tapi aku sudah mengatakannya
berkali-kali, aku adalah “suaminya”.
Aku tidak bisa terus seperti
ini. Aku tidak bisa terus-terusan menyibak poniku dan berbuat curang. Aku harus
melakukan sesuatu. Sesuatu… apa saja…
“Ayo nyalakan TV!”
Aku memikirkan itu dan akhirnya
berbicara dengan suara paling tenang yang bisa aku kumpulkan.
Aku merasa kalau aku masih
mencoba menipu diriku sendiri, tetapi itu masih lebih baik daripada suasana
yang canggung.
“Jadi, mana remote-nya…
remote-nya…”
“Ahh… ya… remote…”
Saat aku mengulurkan tangan
untuk mengambil remote, dia juga ikut mengulurkan tangannya untuk mengambil
remote.
Dan yang terjadi hasilnya—
“Ah!”
Jari-jemari kami tidak sengaja
saling bersentuhan.
Kami segera menarik tangan kami
dan melihat ke arah lain.
“Ak-Aku minta maaf.”
“Ahh… aku juga…”
Kami berdua saling membuang
muka dan suasanya menjadi hening kembali.
Muka Mea-san dengan cepat
memerah dan menunduk ke bawah.
Aku tidak yakin harus berbuat
apa. Tapi aku harus memperbaiki suasana ini!
Tapi bagaimana caranya? Apa
yang harus aku lakukan dalam situasi ini?
(Pertama-tama … apa yang aku inginkan dengan
bersamanya?)
Ketika aku sedang memikirkan
solusi, pertanyaan ini tiba-tiba muncul di benakku.
Sekali lagi, kami berdua belum
cukup umur untuk benar-benar melakukan pernikahan. Dan kehidupan pengantin baru
adalah tentang perasaan yang jujur dan
sejati.
Tapi sebelum itu, kami berdua
tisak saling mengenal terhadap satu sama lain, bagaimana mungkin kami bisa
mulai hidup bersama…?
Dan memangnya boleh memulai
hubungan seperti itu saat kami sama-sama tidak saling mengenal?
Apa yang dia pikirkan tentang
bulan madu kita ..?
Bagaimana aku harus
memperlakukannya…?
Kepalaku mulai terasa pusing.
“Aku akan membuatkanmu …
minuman”
Mea tiba-tiba bangun. Dia
tampak sangat gelisah.
“Uhh… apa itu tidak
merepotkanmu?”
“Justru sebaliknya, aku minta
maaf karena tidak menyadarinya sampai sekarang, tapi menurutku itu adalah tugasku
…”
Apa maksudnya berarti “tugas pengantin wanita”?
Bagaimanapun juga, aku menjadi
panik. Apa yang harus aku lakukan?
Selagi aku memikirkan hal ini,
Mea dengan cepat berdiri.
“…Ah?”
Segera, kaki Mea tersandung.
Sudah terlambat ketika aku
berpikir.
“Hyaa ..?”
Gedebuk!
Mea
jatuh ke belakang saat dia terbalik.
“Apa kau baik-baik saja!?”
“Maaf, aku baik-baik saja,
sepertinya kakiku sedikit kesemutan.”
“Itu sebabnya aku menyuruhmu untuk
duduk dengan nyaman”
Dan, jelas, kata-kataku yang
aku ucapkan terhenti karena…
KANCUT
MEA-SAN TERLIHAT SANGAT JELAS
Tepat sekali. Mea mengenakan
gaun one-piece. Bagian rok dari gaun itu tergulung saat dia jatuh ke belakang,
memperlihatkan kakinya yang mulus, kancut putih dengan desain berenda lucu yang
benar-benar berbeda dari laki-laki, dan bahkan perut mulusnya yang (mungkin)
terlihat.
“… !!!
???”
Aku benar-benar terperangah,
pandangan mataku terpaku padanya dan tidak bisa berpaling.
Maksudku, itu karena aku belum
pernah melihat gadis seperti ini! Dan, terlebih lagi, Mea juga memiliki badan
yang sangat dewasa.
(Oh… Yah, ini jelas sangat
berbeda… dia adalah seorang “gadis”… tidak ada apa-apa di selangkangannya, jadi
itu benar-benar pas dengan selangkangannya.)
Aku ingin orang berpikir bahwa
wajar saja jika sedikit bergairah dan malu dengan apa yang mereka lihat.
Logika semacam itu memang
wajar, tapi Mea tidak memahaminya.
“Ah…? KYAAAAA !? ”
Dia pasti menyadari tatapanku
yang terbuka lebar melihat kancutnya.
Mea mengangkat tubuhnya sambil
berteriak, dan menyembunyikan tubuh bagian bawahnya yang tersingkap menggunakan
roknya.
Telingaku memerah saat aku dipelototi
dengan mata berkaca-kaca.
“Ah… ah… aku minta maaf… maafkan aku.”
Aku tidak punya pilihan selain
meminta maaf dengan terburu-buru.
Atau lebih tepatnya, dia merasa
malu sekaligus marah! Bahkan jika itu benar-benar kecelakaan, kancutnya terbuka
dan aku terlalu fokus melihatnya.
Dalam hal ini, kalimat seperti
“Tidak apa-apa karena kita adalah
pasangan yang sudah menikah” tidak akan berhasil. Seperti yang sudah kukatakan
berulang kali, kami baru saja bertemu, dan tidak mengenal satu sama lain.
Dengan kata lain, kami adalah “pengantin yang
benar-benar baru yang mendadak mulai hidup bersama”.
Tentu saja, aku dipelototi, atau
sebaliknya, tidak aneh rasanya kalau aku ditampar—
Aku terus memikirkan
kemungkinan itu dan berkeringat dingin.
“——— fu”
Mea tiba-tiba cemberut.
“—Fu?”
“Fu.”
Dia mengangkat alisnya, lalu
mengangkat tangannya setinggi wajahnya, dan menarik napas dalam-dalam…
“Fu…AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!”
Sambil menutupi wajahnya, dia
berteriak sekeras yang dia bisa.
Sementara aku tercengang,
tubuhnya mulai bergetar.
“Baka! Baka! Baka! Apa yang Mea
lakukan? ”
Dia mulai berteriak untuk
menyalahkan dirinya sendiri. Telinganya sampai memerah. Selain itu, dia menyebut
dirinya “Mea” dan bukan “aku”.
“Ah… Mea-san?”
“Kuya-san mengatakan kepadaku
kalau kakiku akan kesemutan jika duduk seperti itu, tapi aku bilang tidak
apa-apa karena aku ingin terlihat menawan, tapi itu tidak baik. Aku jatuh dan
menunjukkan tempat kepada Kuya-san yang seharusnya tidak boleh dilihat… ”
“Hei, tidak, tenanglah dulu,
ambil napas dalam-dalam!”
“Maaf, Kuya-san. Maaf sudah
menunjukkan hal yang aneh-aneh.”
Pok
Pok Pok Pok
Saat Mea berhenti menutupi
wajahnya dengan tangannya, dia mulai memukul kepalanya kali ini!
“Tidak, tidak, justru sebaliknya,
akulah yang seharusnya minta maaf karena sudah melihat kan—”
“Jangan katakan itu! Jangan
katakan itu! Jangan pikirkan itu. Mea menunjukkan kancutnya kepada Kuya-san, ini
sangat memalukan sampai-sampai membuatku ingin mati saja!”
“Huh… .Maaf… maafkan aku, seharusnya
aku tidak mengatakan itu.”
“Uhhhh… Aku tidak bisa menikah
lagi.” (Mea)
“…” (Kuya)
Bulu matanya yang panjang
jatuh, dia sekali lagi menutupi wajahnya dengan tangannya dan menggeliatkan
tubuhnya dengan gelisah, mengerang dan merengek, telinganya benar-benar merah.
─ Tentu saja, aku seharusnya
mencoba menghiburnya dan menyemangatinya pada saat-saat seperti ini.
“Tidak, kamu masih bisa menjadi
pengantin, kita seharusnya pengantin baru,
jadi tidak apa-apa. Maksudku, aku mengenalmu dengan baik.”
Atau semacam itu.
Tapi… jujur saja.
Saat aku melihat Mea-san yang
putus asa, dadaku mulai terasa sesak.
Jadi itulah mengapa aku
mengatakan sesuatu yang lain.
Dengan nada suara terbaik,
kalem, tenang dan terkeren, aku mengatakan—
“Tadi itu kancut yang lucu, iya
‘kan”
“?!!!”
“…”
Tubuh Mea menjadi kaku dan
pikirannya kosong saat mendengar ucapan itu.
Dan kemudian dia menutupi
wajahnya lagi dan mulai gemetar dan rambutnya bergoyang saat terkejut.
“AHHH! Jangan katakan itu!
Rasanya memalukan! AHHHH ”
(Wajahnya
yang memalukan begitu…)
Muzzle Muzzle Muzzle
Perlahan, perasaan impuls
muncul di dadaku, dan aku tidak bisa menghentikannya.
Wajahku terbakar dan dadaku
berdenyut-denyut sementara mulutku terbuka lebar.
Dia…
SANGAT IMUT!
Oh, dia …
Dia
bertingkah sangat kekanak-kanakan …
Dan…
Mea-san
bertingkah malu-malu seperti ini… Aku ingin melihat lebih banyak…
Oleh karena itu, aku melihat
Mea seperti yang aku katakan—
“Mea-san, coba lihat ke sini.”
Tapi, Mea terus menutupi
wajahnya dan mengerang.
“Tidak, tidak, aku tidak bisa
menunjukkan wajah seperti ini pada Kuya-san…”
Dengan telinganya semakin merah
karena malu dan rambutnya yang berayun …
Aku tidak tahan lagi, aku harus
melihat wajahnya.
“Tidak apa-apa. Tidak apa-apa.
Aku ini suamimu, ingat? Tidak peduli bagaimana dirimu atau kondisimu saat ini, aku
akan selalu menjagamu.”
“…Benarkah?”
“Ya, itu benar, jadi, Mea-san,
lihat ke sini.”
“… Un”
Mea-san perlahan-lahan
menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya dan menatapku tanpa rasa takut.
“Ini…? Kuya-san… ”
“Ada apa?…”
Dag
dig dug! Dia sangat imut! Saking imutnya sampai membuat dadaku mulai
berdebar keras! Dia seperti binatang kecil, tapi juga seksi. Dan, itu memberiku
perasaan superior bahwa “Aku yakin
tidak ada yang melihat Mea-san seperti ini kecuali aku”.
Itulah yang aku pikirkan.
─ Ah, aku sedang memikirkan
tentang apa yang harus kulakukan dengan hidupku yang baru menikah.
─ Bukannya hal seperti itu
sudah diputuskan.
“Ahh… Ini tidak bagus… Ini
terlalu memalukan!”
“Jangan bilang begitu, Mea-san!
Berbaliklah, ayo! ”
“Ah… Tidak… Kuya-san no baka! Baka!
Baka!”
─Aku ingin melihat wajah istriku
yang lebih malu.
─Aku ingin melihat lebih banyak
tentang keimutan istriku.
Aku dan Mea, kami berdua masih
murid baru SMP.
Namun, kami baru saja mulai
hidup bersama sebagai pengantin baru.
Ketika aku akan memulai sekolah
SMP, aku pikir ada banyak hal yang akan berubah.
Namun, aku tidak menyangka
kalau seluruh hidupku akan berubah sampai sejauh ini.
Kenapa ini bisa terjadi?
Semuanya terjadi dua hari
sebelum upacara masuk sekolah SMP …
s>