“Singkatnya, kita perlu
mengetahui siapa di antara kita yang lebih baik untuk Ku-kun! Iya, ‘kan!?”
Di depan stasiun pada akhir
pekan. Saat kami semua berkumpul, Renjou-san lah yang pertama kali berbicara
padaku sambil melompat-lompat.
Dia mengenakan rok kulot imut
nan cerah dan kaus kaki selutut. Penampilan itu sangat cocok untuknya, karena
dia masih memiliki rasa muda yang kuat tentang dirinya.
“Ya, betul sekali. Itu sebabnya
aku akan melakukan upaya terbaikku hari ini. ” ucap Fuuga. Dia mengenakan
pakaian kasual. Ketimbang rok yang dia kenakan sebagai seragam sekolahnya, dia
mengenakan kemeja monoton, aksesoris, dan jeans robek hitam.
“Ya! Mari kita lihat dari
dekat!”
Sumitaro menjawab, “Yah, tidak
apa-apa”. Ia mengenakan T-shirt dan celana pendek selutut, menunjukkan
kurangnya minat pada fashion bahkan pada saat seperti ini.
“Aku belum pernah mendengar
tentang kencan sambil ditonton orang lain … Yah, sudahlah.”
Aku berias diri sampai tingkat
tertentu. Aku mengenakan celana tirus kesukaanku, kaos bergaris, dan jaket,
yang merupakan tampilan “gaya
kirakaji” favoritku.
Tapi itu tidak masalah. Karena
gaun Mea-san sangat bagus.
“S-Seperti yang pernah aku
bilang kemarin, baju inilah yang cocok untukku.”
Rok rajut lengan panjang dan
rok melebar. Penampilannya yang anggun dan feminim memberikan kesan “Ojou-sama
di hari libur”.
Memang,
Mea-san berbeda dari gadis lain… pikirku.
“Kalau begitu, mari kita mulai~!”
Dan kemudian Renjou-san tiba-tiba
memelukku dengan tangan yang melingkari tubuhku.
“Tunggu–! Renjou-san?!”
“Maksudku, hari ini adalah
kencan kita, kan? Selama kencan, bukannya wajar kalau kita harus melakukan
ini?”
Ketika dia mengatakannya
seperti itu, aku bahkan tidak bisa membantahnya. Aku tidak punya pilihan selain
dipeluk.
Tapi tetap saja, dia sangat
bersemangat, atau lebih tepatnya, dia jadi lebih agresif…! Aku harus mengakui
kalau Renjou-san memang yang terbaik …
“Begitu, jadi langkah pertama
telah diambil oleh Kobato-chan. Yah, ini seperti yang sudah aku duga.”
Fuuga meletakkan satu tangan di
pinggangnya yang kurus dan menganggukkan kepalanya.
Lalu dia melirik Mea-san.
“A-Apakah… Apakah itu hal
sepele yang dilakukan seseorang pada kencan pertama…?”
Fuuga menatap Mea-san seolah
mengatakan “Kamu juga”. Mea-san dengan ragu menjawabnya.
“Selain itu, wanita berkata, ‘Mundur tiga langkah dan jangan menginjak
bayangan.’ Bagiku, rasanya salah melakukan itu… dan itu memalukan…”
Bagian terakhir diucapkan
dengan suara pelan.
Kemudian untuk memanggil
Mea-san, Fuuga menjentikkan jarinya dan berkata,
“Tentu saja, itu tergantung
pada orangnya. Tapi yang satu gadis menunjukkan agresivitas, dan gadis yang
lainnya ketakutan. Hal itu saja sudah membuat perbedaan pada tahap ini. Apa
kamu itu baik-baik saja dengan itu?”
Dia kemudian merentangkan
tangannya lebar-lebar. Dengan pakaian dan sikap seperti itu, dia benar-benar
terlihat seperti “Cowok berkelas dan
tampan”. Aku iri padanya.
“I-Itu tidak bagus, namun… aku
tidak bisa melakukan hal seperti itu… aku belum pernah melakukannya
sebelumnya….”
“Fufu~ Setiap orang memiliki
pengalaman pertama mereka. Tapi jika itu masalahnya, aku takkan menyalahkanmu,
aku tidak suka berlaku tidak adil.”
Begitu Fuuga mengatakan itu,
dia dengan lembut meletakkan tangannya di lenganku yang lain.
“Eh?! Wai-!? Fuuga!?”
“Itu mendapat keuntungannya,
kan?”
“Kamu ini bicara apa!?”
“Ahahaha. Yah, kupikir aku akan
memberi contoh, atau lebih tepatnya, mengajari Mea-chan prosedurnya.”
“A-Apa maksudnya itu….”
“Jadi, Mea-chan, kamu paham?
Memang benar tidak baik memeluk seorang pria dengan cara seperti ini karena
tubuh kita akan bersentuhan satu sama lain, dan terlebih lagi, oppai kita akan
bersentuhan dengannya.”
“I-!!… J-Jangan katakan itu!”
Aku berusaha sangat keras untuk
tidak menyadarinya sebelumnya!
Ketika dia mengatakannya
seperti itu, itu membuatku semakin bertanya-tanya bahkan jika aku tidak mau…
Ya, punya Renjou-san datar, maafkan aku, tapi masih sulit bagiku untuk tidak
memperhatikan dadanya… Ya, Fuuga bertingkah seperti laki-laki selama ini, tapi
bagaimanapun juga dia tetap seorang gadis … Aku bisa melihat oppainya
membusung, meski hanya sedikit….!
Aku menggelengkan kepalaku. Ini bukan cara berpikir cowok keren!
Selain itu juga,
“A-Aku tahu itu. Itu sebabnya
aku tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu.” Mea-san sangat putus asa.
Wajahnya sudah merah padam.
Baginya, Fuuga memelukku (bersama dengan Renjiyou-san) dengan
tangannya.
“Aku mengerti perasaan itu.
Tapi kamu tahu tidak? Aku masih ingin merasakan ikatan dan bersama, jadi aku
memeluknya. Aku ingin merasakan bahwa ini adalah waktu yang spesial untuk kita
berdua…”
“Benar sekali, Benar sekali,
Heyy~~ Fu-chan. Kita akan menghabiskan hari dengan orang yang kita cintai~
kan!”
Dan dari sisi lain, Renjou-san menganggapi
dengan nada setuju. Terlebih lagi, dia memeluk lenganku lebih erat.
“Itulah sebabnya aku melakukan
ini… Ehehehe~…”
“Ya, aku tahu… Aku juga merasa
senang ketika melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan karakterku seperti
ini…”
“Ya… aku sangat, sangat
bersemangat. Aku ingin kamu merasakannya, Ku-kun. Itu sebabnya aku menceritakan
tentang ini…~”
Jadi seperti begitu niatnya.
Tentunya aku bisa mengetahui, bahkan jika aku tidak mau, kalau mereka berdua
bersemangat! Dan bahkan lebih dari itu.
“Oaaa…”
Ini memalukan, tetapi aku juga
sangat senang dan gugup karena aku tidak tahan. Aku bahkan membuat erangan yang
tidak disengaja.
Tidak, habisnya! Aku tidak
punya pilihanlain! Ada sesuatu tentang berhubungan dekat dengan seorang gadis
yang menyebarkan aroma yang sangat harum, aku tahu! Dan terlebih lagi, itu
sangat halus dan lembut!
“Jadi-Jadi-Jadi kamu juga
merasa senang, Ku-Ku-Ku-Kuuya-san!? Kamu pasti merasa kegirangan, bukan?!
Apalagi, diapit di antara Kobato-san dan Fuuga-san! D-Dua bunga di masing-masing
tangan!!”
Wajah Mea-san tampak merah
padam dan dia dalam posisi protes WaWaWa!
“Sungguh tidak tahu malu! Tidak
senonoh! Bukan hanya kalian berdua, tapi juga Kuuya-san! Aku pikir Kuuya-san
sudah dewasa dan bisa mengabaikan hal semacam ini!”
“Uguu…!”
Ra-Rasanya sangat menyakitkan
mendengarmu mengatakan itu! Aku sudah berusaha keras untuk mempertahankan sifat
dewasaku di depan Mea-san, dan sekarang semuanya jadi berantakan di tempat
seperti ini!
“Maksudku… ahh… kami tidak
perlu melalui… masalah kencan… dan kami juga… melakukan negosiasi… Uwaa… Tapi…
Uwaa… aku tidak bisa… membiarkan… payudaraku bergesekan dengannya…. Ini
memalukan … aku akan mati …”
Mea-san menutupi wajahnya dan
mulai merasa malu, tapi dia masih tidak berniat untuk menarik kembali
argumennya.
Jadi secara tidak sengaja, aku
harus membuat alasan seolah-olah aku mencoba berunding dengannya.
“T-Tidak, Mea-san, kamu tahu
tidak? Sudah menjadi norma kalau kita harus gugup! Karena, kamu tahu, tidak
sopan rasanya kalau aku tidak ikut merasa senang dan gugup ketika orang yang
melakukan hal-hal seperti itu merasa bersemangat sendiri?
“……………”
Mata Mea-san sedikit melebar
dan dia terdiam.
“Ji-Jika memanh itu masalahnya,
itu masuk akal. tetapi…”
Dan kemudian dia membalas
seperti itu. Mea-san, kamu gampang sekali tertipu…! Aku secara tidak sadar
terkesan.
Jadi, aku akan mengambil
kesempatan ini dan mengulangi apa yang aku katakan.
“M-Makasih, dan kamu tahu?
Ketika menyangkut masalah kencan, kupikir sudah menjadi tugas seorang pria
untuk mengawal seorang wanita dengan lengannya di sekelilingnya, dan secara
pribadi aku merasa bahwa itu juga bagian dari menjadi seorang pria….”
“Kalau begitu… Ku-Kuuya-san.”
Mea-san menunjukkan rasa
malunya dan menyusut kembali dengan pipinya yang memerah dengan sedikit rasa
malu.
“Lalu… Ap-Apa aku juga perlu melakukan…
hal-hal seperti… itu…?”
“Tentu saja!”
Kemudian Fuuga melepaskan
lenganku dan mengibaskan tangannya di udara.
“Bagaimanapun juga, Kuuya pada
dasarnya adalah anak laki-laki yang ingin memimpin.”
“Apa… begitu?”
“Ia mungkin berpikir, ‘Sebagai orang dewasa yang keren, aku
harus melakukan sesuatu seperti ini.’ Yah, anggap saja Ia mendorong dirinya
sendiri setidaknya sampai batasnya.”
“Hei, Fuuga! Jangan ngomongin
sesuatu yang tidak perlu!”
Aku tidak tahan mendengarnya
dan menyela obrolan. Tapi…
“Apa itu terlalu banyak untuk
ditanyakan? Sejauh yang aku ketahui, aku pikir itu agak perlu. ”
“A-Apa maksudmu…?”
“Bukannya menurutmu itu tidak
ada gunanya? Bahkan setelah memiliki pemahaman yang pasti tentang Kuuya, mereka
mengatakan bahwa ‘Itu pasti kamu’?”
“Itu mungkin… benar, tapi…”
“Tapi itu hanya idealnya, ‘kan?
Aku pikir itu agak berlebihan untuk meminta itu sejak awal …”
Tapi kemudian Fuuga merentangkan
tangannya lebar-lebar lagi.
“Oleh karena itu, gadis-gadis!!
Ikuti aku!! Aku sudah lama mengenal Kuuya, jadi aku tahu segalanya tentang
dirinya!”
Fuuga membawa semua orang ke
pojok mainan di lantai dua pusat perbelanjaan yang sebelumnya berfungsi sebagai
gedung stasiun.
“Lihat, Kuuya, lihat ini. Itu
sabuk Kam*n Rider favoritmu!”
“Itu benar! Keren sekali… Oii,
Fuuga!”
Aku Pun tersentak dan bergegas
ke arahnya.
“Aku sudah tidak tertarik lagi
dengan begituan! Lagipula, kita sudah jadi anak SMP sekarang!”
Dengan sedikit sensasi terbakar
di pipiku, aku berbisik dan menunjukkan bahwa aku mengkhawatirkan Mea-san dan
yang lainnya.
Ya, memang benar kalau aku dulu
suka tokusatsu. Namun, aku memutuskan
untuk berhenti menontonnya setelah lulus dari sekolah SD, karena aku pikir itu
salah untuk melakukannya selamanya.
Karena memang begitulah
seharusnya. Ini agak kekanak-kanakan… Tidak pantas seorang pria dewasa yang
keren memiliki kesukaan seperti itu….Tidak, maksudku, aku masih ingin
melihatnya, tapi kurasa aku harus bersabar…
“Aku merasa kalau kamu tidak
perlu membenci apa yang kamu suka. Setidaknya, aku tahu kalau kamu menyukai hal
semacam ini.”
Fuuga mengangkat bahu dengan
satu tangan dan menatapku seolah-olah mengatakan ‘Yare~yare~.’ Kemudian dia mengalihkan perhatiannya ke Mea-san dan
Renjou-san yang berdiri di sampingnya.
“Kuuya dulu suka bermain
denganku. Sumitaro dulu bermain sebagai monster, dan aku bermain sebagai
pemimpin musuh.”
“Ehh… Be-Begitu ya…”
“Hahaha, kamu seperti bocah
kecil!”
“Hei, Fuuga, tolong……
berhenti…… Tolong berhenti mengungkapkan sejarah hitamku di depan Mea-san dan
Renjou-san…!”
“Ini adalah kenangan yang
menyenangkan bagi kami. Yah, Kuuya bertingkah seperti ini sekarang, tapi Ia
juga memiliki sisi kekanak-kanakan.”
“Um, Terima kasih banyak sudah
memberitahuku semua itu, Fu-chan! Ku-kun, kamu tidak perlu mengkhawatirkan
tentang itu. Sebenarnya, aku senang saat mengetahui kalau kamu juga memiliki
waktu seperti itu!”
Renjou-san mengatakannya dengan
senyum cerah. Apa identitas asli dia sebenarnya adalah seorang Malaikat?
“Terima kasih …. Atas
perhatiannya… Renjou-san…”
“Ehehehe~~”
“…….”
Di sisi lain, Mea-san melihat
sekeliling pada deretan mainan dengan ekspresi penasaran di wajahnya.
“…A-Aku tidak pernah tau ada
begitu banyak action figure yang bagus.”
“Ehh, kamu juga berpikir
seperti itu, Mea-san?”
Aku terkejut dengan
kata-katanya yang tidak terduga.
“Aku tidak terlalu memahaminya,
tapi… bagaimanapun juga, Kuuya-kun menyukai hal semacam ini kan.”
“Kamu….!”
P-P-P-Pernyataan ‘Aku
tidak terlalu memahaminya tapi’ sedikit menusuk hatiku….!
Rasanya sedikit memalukan bahwa
sesuatu yang kusukai tidak dimengerti Mea-san…!
“Fufufu~. Sisi cowokmu ini
sangat imut, kok.”
Renjou-san menertawakannya,
ekspresinya terlihat senang.
“…….”
Mea-san tidak menjawab dan
berdiri diam.
Oh, itu tatapan yang mengatakan
dia tidak tahu apa yang aku bicarakan … Mungkin …
“Bagus! Kalau begitu mari kita
lanjutkan ke tempat selanjutnya!”
Dan Fuuga yang tidak memperhatikan
hal tersebut, berkata dengan nada yang sama seperti biasanya.
Pemberhentian selanjutnya
adalah toko pakaian.
“Kuuya, kamu bilang kamu
menginginkan celana itu kan?”
Saat aku melihat celana
sobek-sobek yang dikenakan oleh manekin di toko, Fuuga mengedipkan matanya
padaku.
“Ya…mereka terlihat bagus.
Sangat cocok untuk pria keren…”
“Yah, tapi ukurannya tidak pas
buat Kuuya, sih.”
“Cih…! A-Aku akan tumbuh lebih
tinggi dan bisa memakainya!”
“Kuuya sangat ramping. Aku
pikir itu akan terlihat bagus untukmu. ”
“Oh benarkah? Betulkah?
Aku tahu itu, Ya…!”
“Bagaimana menurutmu tentang
t*t, Mea-chan dan Kobato-chan?”
Fuuga adalah orang yang
menyeret kami dengan langkahnya sendiri, tapi dia tidak pernah lupa untuk
berbicara dengan Mea-san dan yang lainnya.
“Ya~, kupikir celana itu akan
terlihat bagus untukmu! Ku-kun! Aku harap kamu bisa segera memakainya~!”
Renjou-san tersenyum dan langsung
menjawab. Sekali lagi, apa dia itu sebenarnya seorang malaikat…?
“Selera Ku-kun, aku akan
mengingatnya. Untuk masa depan… Ehehe~”
Dan kemudian dia tertawa kecil
dengan malu-malu ketika mengatakan itu. Semakin lama dia jadi semakin mirip
seperti malaikat?
“Muu…”
Namun, Mea-san melihat manekin
dengan cemberut dan mengangkat alisnya,
“…Jika aku memakai sesuatu yang
berlubang seperti ini, aku akan terlihat ceroboh.”
Dengan beberapa kata, dia
membuang ide itu.
“T-Tapi itu intinya, bukan?!
Bukannya itu terlihat keren?”
“Aku lebih suka penampilan yang
rapi.”
“Duh, kenapa kamu tidak bisa
memahami cinta di balik pembuatan jeans sobek-sobek ini…!”
“…Apakah kamu menyukai hal
semacam ini, Kuuya-san?”
“Ya, kurasa…”
Ini adalah jenis pakaian yang
biasanya Fuuga kenakan (dan hari ini juga
dia memakainya.) Baju tersebut terlihat cerdas, keren, berkelas, dan
tampan. Aku juga ingin memakainya. Saat aku tumbuh lebih tinggi.
Lalu tidak tahu kenapa, Fuuga
mengedipkan matanya pada Mea-san.
“Mea-chan, di saat seperti ini,
bukannya sudah menjadi tugas seorang gadis untuk membuat pasangannya merasa
baik?”
Kemudian Mea-san menunjukkan
ekspresi bermasalah,
“Be-Begitu ya… Apa begitu cara
kerjanya?”
“Setidaknya, itulah yang aku
lakukan untuk Kuuya.”
“T-Tunggu sebentar, Fuuga. Jadi
maksudmu kamu pikir itu akan terlihat bagus untukku meskipun kamu tidak
benar-benar berpikir begitu?”
“Yah, mari kita berhenti di
situ.”
“UWAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!”
“….Muu-”
Mea-san semakin mengangkat
alisnya, membandingkanku dengan celana jeans yang dipajang.
“Y-Ya… Itu… terlihat bagus…
Jika aku lihat-lihat lagi dari dekat….”
“Eh…? Me-Mea-san?”
“…………..”
Dengan sekejap, dia langsung menutupi
wajahnya.
“Itu sama sekali tidak bagus!
Lagipula aku tidak bisa berbohong!”
“Padahal kamu sendiri bisa
terus-terusan bilang ‘Ini rahasia.’
?!”
“Itu bukan sesuatu yang aku
bohongi. Aku hanya menyembunyikannya.”
Ahh… Dia sendiri yang
mengatakannya… Aku hanya menyembunyikannya….
“Ha…..! Aku melenceng lagi…
Mou~ aku bodoh, kenapa aku selalu seperti ini….”
“Sudah, sudah. Mari kita
lanjutkan. ”
Saat Mea-san menggeleng dan
memutar tubuhnya, Fuuga mempertahankan nada bahagianya.
◇◆◇◆
Setela mampir di beberapa
tempat, sekarang waktunya sudah mendekati jam makan siang.
“Ayo kita coba tempat ini, oke?
Kuuya.”
“Y-ya … Terserah apa
katamu.’”
Fuuga memilih kedai kopi yang sedikit
trendi dan menggambarkan suasana Jepang modern.
Aku tahu ada kedai kopi di sini
karena aku pernah melewatinya sebelumnya, tetapi aku belum pernah masuk. Lagipula,
waktu itu aku masih SD …
Tapi sekarang, sudah tidak lagi!
Ya, aku sudah jadi anak SMP, aku punya uang, dan sedang kencan!
“Di sini, aku juga bisa
menikmati kopi favorit Kuuya.”
“Oh… itu juga tempat yang bagus
untukku…”
“Apa kalian berdua tidak
masalah dengan tempat semacam ini, Mea-chan dan Kobato-chan?”
“A-Aku akan menyerahkannya
padamu. Aku tidak tahu banyak tentang toko semacam itu.”
“Aku sih tidak masalah dengan
tempat semacam ini~~”
“Baiklah, kelihatannya semuanya
ikut setuju. Kalau begitu, Kuuya─”
“Ya, silakan saja.”
Seperti biasa, aku mengangkat
tangan dan menyisir rambutku.
Fuuga mengangguk sambil
tersenyum dan memasuki restoran tanpa ragu-ragu.
“Hahaha, ladies first, kan? Ku-kun, kamu sangat jantan sekali~!”
Renjou-san tertawa riang dan
mengikuti Fuuga ke dalam toko.
“…”
Tapi─ gadis yang tersisa,
Mea-san, berdiri di sana dengan ragu-ragu.
“A-Ada apa? Mea-san?”
“A-Aku menunggumu,
Ku-Kuuya-san, masuklah dulu.”
“Tidak, tidak, Mea-san, kamu lah
yang harusnya masuk dulu. Seperti yang dikatakan Renjou-san, ladies first.”
“Aku lebih suka mengikutimu,
Kuuya-san, dari tiga langkah ke belakang, dan aku akan masuk setelah memasitkan
kalau semuanya aman.”
“…Apa itu semacam kebiasaan
ninja?”
“Itu rahasia.”
“Ahh, begitu… Yah, jika itu
yang ingin kamu lakukan, aku mengerti.”
Aku tidak punya pilihan selain
pergi dulu dan memasuki kedai kopi.
Pada saat-saat seperti ini, sudah
sewajarnya aku perlu memprioritaskan ‘ladies
first ‘ … tetapi sebagai seorang pria …
Untuk beberapa asalan, Fuuga
sangat memahami diriku yang selalu tidak peduli,
“……”
“Katakan… Mea-san?”
“Ku-Kuuya-san, apa kamu lebih
suka gadis yang bertingkah seperti Fuuga-san dan Kobato-san?”
“Tidak, itu… benar, bagaimana
bilangnya ya…?”
Aku agak kebingungan untuk
menjawabnya. Yah, aku tentu lebih berterima kasih kepada mereka.
“……”
“Me-Mea-san?”
“Aku tidak tahu…”
Dia memalingkan wajahnya dengan
cemberut dan akhirnya memasuki toko terlebih dahulu.
….Hah? Apakah dia menanggapi
keinginanku untuk ‘Ladies First’?
“Uumu.”
Sumitaro, yang tidak mengatakan
sepatah kata pun (atau bahkan hawa
kehadiran) sebelumnya, menyilangkan tangannya dan menggeram.
Rupanya, Ia cuma duduk dan
menonton kami melakukan gerakan sampai sekarang …
“Uhmm… Sumitarou?”
“Aku akan mengambil inisiatif
untuk melakukannya di saat-saat seperti itu! Begitu… ladies first … itulah rahasia menjadi populer…! Aku akan
mengingatnya…!”
“……”
Ia menjadi sosok yang sangat
tidak penting saat ini.
Aku memasuki restoran bersama
Sumitaro. Mungkin karena jumlah orang di restoran, meja dipisahkan menjadi dua.
“Ku-Kun~ Sebelah sini, sini~~”
“Aku bersama Sumitaro, kan?”
“Hehe. Kurasa aku akan minum
kopi dengan Fuuga, menakutkannnnnn~!”
Sumitaro pergi untuk duduk
bersama Fuuga, dan aku tentu saja pergi ke kursi di mana Mea-san serta Renjou-san
yang sudah duduk berdampingan.
“Ku-Kuuya-san, kamu akan minum
kopi, ‘kan?”
Segera setelah aku duduk,
Mea-san menyela untuk mengejar. Pertanyaannya sangat cepat sehingga seolah-olah
dia ingin mengatakan, “Aku tahu segalanya
tentang Kuuya-san!”
“Terlebih lagi, kopi hitam
kan~?”
“Wow~, Ku-kun, kamu dewasa
sekali~”
“Yah… aku juga sudah terbiasa meminum──”
“Kenapa kamu tidak bersantai
saja hari ini dan minum soda krim seperti biasanya?”
“Muguu….!?!?”
Kemudian Fuuga membeberkannya
dari kursi di belakangku, dan aku tersedak.
“Tunggu..! Fuuga, kamu…!”
“…Soda krim yang biasa?”
Mea-san memiringkan kepalanya
dengan wajah bertanya-tanya.
“Oh, tidak, itu cuma candaan
dari Fuuga.”
“Bukannya tempo hari kamu
pernah bilang kalau kamu masih belum terbiasa minum kopi hitam, tetapi kamu
melakukan yang terbaik untuk menguasai cara meminumnya. Tapi kamu tidak perlu
memaksakan diri untuk hari ini, oke? Bagaimanapun juga, ini adalah hari untuk
membiarkan mereka lebih mengenalmu. ”
“L-Lalu, Kuuya-san…apa kamu
memaksakan diri untuk minum kopi hitam sampai sekarang…?”
“Ahh, tidak, Mea-san, sudah
kubilang…”
Maksudku, dasar Fuuga dengan
mulut embernya! Semua usahaku jadi sia-sia!
Apa yang akan Mea-san pikirkan
jika mengetahui kalau sebenarnya aku cuma seorang anak kecil yang masih
menyukai soda krim dan…
“Itu…”
Aku tahu itu! Dia pasti merasa
syok!
Tapi di sisi lain,
“Aku juga menyukainya~~♪♪ Soda
Cream~♪♪ Kalau begitu, Ku-kun, ayo pesan soda cream.” Renjou-san tidak hanya
tersenyum, tapi juga ikut memesannya.
“A-Apa tidak apa-apa?”
“Apa maksudmu dengan, ‘Apa tidak apa-apa?’, jika kamu
menyukainya, kamu harus meminum apa yang kamu suka, itulah pendapatku.
Maksudku, soda krim adalah minuman yang bahkan banyak diminum orang dewasa, ‘kan?”
“B-BENARKAH…?!”
A-Aku tidak tahu itu! Entah
bagaimana aku merasa sangat dimaafkan!
“Kalau begitu aku juga akan
memesan krim soda!”
“YA! YEY!”
Aku menyikat poniku dan membuat
pesananku dengan cara keren.
Ya ampun, aku sangat senang!
Maksudku, ini sangat menyenangkan! Aku tidak perlu membuang waktu untuk mencoba
meninggalkan kesan yang baik!
── Fuuga, apa jangan-jangan
sejak awal inilah tujuanmu?
Sejak aku mulai sekolah SMP, aku
menyadari kalau aku memasang kedok palsu …
Jika demikian …. Aku sangat menghargai
tanggapan dari Renjou-san ini──
“…”
Tapi di sisi lain, Mea-san
menjadi sedikit kesal, jadi aku mulai menenangkan diri.
“Kuuya-san… minum kopi hitam
seperti orang dewasa… Di depanku… itu…”
“Ahh, tidak, seperti yang aku
katakan, Mea-san, kau tahu?”
“…Itu artinya kamu tidak jujur pada
dirimu sendiri …. Di hadapanku…”
“——”
Itu juga benar.
Aku jadi kehilangan kata-kata.
“Me-chan?”
Dan kemudian, Renjou-san
memanggil Mea-san.
“Jika menurutmu itu adalah hal
yang sangat buruk untuk dilakukan, aku akan merebut Ku-kun, oke?”
Dia tiba-tiba mengatakan hal
yang paling keterlaluan!
“Ku…Kuuya-san adalah orang yang
aku butuhkan!”
Me-Mea-san…!!
Mau tak mau aku dikejutkan oleh
kata-kata itu.
Dan,
“……Ahhh~!” Begitu Mea-san
mengatakannya, dia menutupi wajahnya, Mea-san adalah Mea-san.
“Wow, Mea baru saja mengatakan
sesuatu yang luar biasa, Uuu~~, Mea sangat malu, jadi malu~~ Mea no baka, baka
UuuuUU~~~~~~!!”
“Itu juga berlaku untukku.”
Melihatnya dalam keadaan seperti itu, Fuuga tersenyum dan bergumam misterius.
◇◆◇◆
Setelah menghabiskan makan
siang, aku lalu meninggalkan kedai.
“Pa-Pancakenya enak, ya.”
“I-Iya enak …”
Kami berdua merasa canggung
saat berada di depan kedai kopi.
Itu karena Mea-san berubah
menjadi sangat pendiam sejak percakapan kami tadi setelah memasuki kedai kopi.
Jelas-jelas dia sedang
mencemaskan sesuatu. Dan tak perlu diberitahu, hal yang dia khawatirkan
adalah….
“Ku-kun~”
Lalu pada saat itu, Renjou-san
mendekap tanganku lagi dengan senyum lebar di wajahnya. Dia menatapku dengan
matanya yang besar dan berbinar-binar….
“Makasih banyak ya, kapan-kapan
ajak aku lagi.”
…. dan mengatakan hal seperti
itu.
—— Dia terlihat sangat senang
dengan hal sepele semacam itu. Dia bahkan tidak terlalu memedulikan kalau aku
memesan krim soda.
Aku merasa sangat bersyukur, dan
pada saat yang sama menghangatkan hatiku, tapi …
“… Hei, Ku-kun. Apa aku boleh
bergandengan tangan seperti … sepasang kekasih…?”
“Eh!?”
Entah bagaimana, sikap
agresifnya semakin menjadi-jadi!
Renjou-san menempelkan pipinya
ke lenganku dan melirik ke arah Mea-san.
“Habisnya, Me-chan sepertinya
tidak bisa melakukan hal semacam ini…”
“……”
Mea-san mennggertakan giginya
saat mendengar kata-kata provokatif tersebut. Dia kemudian mengalihkan
perhatiannya ke lenganku yang lain
“Ber-Bergandengan tangan
seperti sepasang kekasih, seperti apa caranya?”
Meski demikian, dia tetap
menanyakan pertanyaan semacam itu pada Renjou-san. Kemudian, Renjou-san
menyatukan kedua tangannya dan menunjukkan caranya.
“Anone~ caranya dengan saling
meremas begini. Kemudian kamu bisa merasakan panas tubuh yang menyebar melalui
telapak tangan dan itu rasanya luar biasa sekali, loh~!”
“Sa-Saling meremas dan sampai
melakukan itu!?”
“Jika itu sepasang kekasih,
kalian pasti bisa melakukannya.”
“Ku-Kuuya-san dan aku adalah
sepasang suami istri, jadi kita tidak perlu melakukan itu.”
“Oya, oya, sepertinya ada
kesalahpahaman, nih.”
Kemudian Fuuga yang sedari tadi
cuma menonton, tiba-tiba menyela.
“Perkembangan dari sepasang
kekasih adalah jadi suami istrii. Biasanya ‘kan begitu. Jadi kupikir, bukannya
ini merupakan sesuatu yang ‘harus
dilakukan’.”
“Ap-Apa iya?”
Seperti biasa, Mea-san selalu
terlihat polos dalam hal ini.
“Ta-Tapi, hal memalukan semacam
itu … me-merangkul tangannya, ap-apalagi sampai menekankan dadaku, lalu
tanganku saling … meremas… ak-aku merasa kalau itu terlalu memalukan
….d-dan tidak senonoh….”
“…Meski begitu, aku sama
sekali tidak keberatan kalau melakukanya dengan Ku-kun.”
“!!”
Mea-san membeku seolah-olah terkejut
dengan perkataan Renjou-san. Sementara itu, Renjou-san menatapku sekali lagi.
“Oleh karena itu … boleh,
ya? Aku boleh melakukannya ‘kan,
Ku-kun…?”
“Ti-Tidak… itu sih…”
“Aku juga ingin melakukannya
dengan Kuuya.”
“Lah, kenapa Fuuga sampai
ikutan segala!?”
“… Begini-begini, aku juga
masih seorang gadis, tau?”
Aku tidak mengerti apa
maksudnya! Dasar Fuuga, apa yang sebenarnya dia rencanakan!?
Lalu… apa yang harus aku
lakukan? Apa sebaiknya yang perlu aku lakukan !?
Kegiatan kencan ini secara
bertahap mengungkapkan banyak sisi bagus dari Renjjou-san yang sebelumnya
membuatku begitu kewalahan. Aku mulai berpikir itu bagus. Aku bahkan mulai
berpikir jika aku berpacaran dengan gadis semacam dirinya, aku mungkin bisa
menghabiskan waktuku dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan.
Apalagi mengenai Fuuga juga. Aku
terganggu dengan mulut embernya, tapi pada saat yang sama, itu adalah proses
untuk membuat seseorang lebih mengenalku. Sudah kuduga kalau Fuuga sangat
memahamiku dengan baik.
Tapi….akan
tetapi… Aku…..
Ketika aku sedang merenungi
itu…..
“Ka-Kalau begitu …. aku akan
melakukannya!”
Mea-san mengangkat kedua tangannya
setinggi dada dan mencondongkan tubuh ke depan sambil berkata demikian.
“Karena aku adalah istri
Kuuya-san!”
Itu adalah gerakan khas Mea-san
saat dia merasa sangat antusias. Dia kemudian berjalan di sampingku dan melihat
lenganku seolah-olah sedang memelototiku. …….
“………… Haa…fyuuhh…ha”
Ada rasa keraguan yang muncul
di wajahnya.
“~~~~~~~~~~~~!”
Meski begitu, dia tampak
menguatkan tekadn dan meraih lenganku—— tepat sebelum dia bisa meraihnya.
“A-Ak-Ak-Aku … Aku …”
Wajah Mea-san yang tadinya
sudah memerah, sekarang jadi semakin kemerahan. Tak hanya itu, kedua tangannya
juga mulai ikut memerah…
“~~~!”
Pada akhirnya, dia menutupi
wajahnya yang sudah merah padam dengan kedua tangan.Dan kemudian Mea-san
berteriak.
“Aku tidak bisa melakukannya!”
“Me-Mea-san …”
“Sampai … sampai melakukan hal
itu, seperti Kobato-san, aku …. aku … aku …. aku …”
Mea-san menutupi wajahnya dan
menggelengkan kepalanya dengan keras.,
“Maafkan aku, Kuuya-san,
sepertinya aku gagal jadi istrimu…!”
“Ahhh tunggu… Mea-san!?”
“Aku akan pulang ke rumah
keluargaku! Aku akan menyerah pada segalanya…!”
…… Dia pun lari
meninggalkan kami.
““““………””””
Kami semua cuma berdiri
mematung di sana …… dan saling bertukar pandang.
“… Oi. Sungguh perkembangan
yang sangat tak terduga.”
Orang pertama yang memecahkan
kesunyian adalah Sumitaro yang selama ini mengawasi perkembangan peristiwa
dalam diam.
“Kobato-paisen, bukannya yang
tadi itu terlalu memprovokasinya?”
“Hmm … habisnya kencan ini
sudah seperti semacam pertandingan…”
Renjou-san melepaskan tangannya
dari lenganku dan mengangkat alisnya.
“… Tapi mungkin aku terlalu
ngelunjak. Karena aku tahu kalau Me-chan tidak bisa melakukan ini, jadi kupikir
biar aku saja~ gitu….”
“Renjou-san…”
“… Kalau kamu sampai bilang
segitunya, kurasa aku juga bersalah. Aku jadi terbawa suasana dan sedikit
keblablasan.”
“Apa maksudmu? Fu-chan”
“Karena aku bertingkah seolah-olah
kalau aku… yang paling mengenal Kuuya…”
“… Fuuga.”
Begitu ya, Fuuga juga merasa
bersalah karena sudah mengompor-ngompori kecemburuan Mea-san.
Tapi… sekarang, ketimbang
saling merasa bersalah….
“Jadi, apa yang akan kamu
lakukan, Kuuya?”
Sumitaro menyilangkan tangannya
dan bertanya padaku.
“Ap-Apa maksudmu…”
“Ya, karena Me-chan tadi bilang
kalau dia akan pulang ke rumah orang tuanya!”
“Dengan begini, hasil
pertandingannya sudah jelas, tapi kurasa sekarang bukan waktunya untuk
melakukan itu ‘kan, Kobato-chan?”
“Ya… karena hari ini aku
bertingkah sedikit licik … Akulah yang memberitahu Me-chan kalau dia
itu licik, dan sekarang …… dia bertingkah begitu seolah-olah ingin
membalasnya……”
“Ya, aku juga merasakan hal
yang sama.”
“…………”
Aku merasa kebingungan dengan
itu.
Mea-san, dia sangat enggan
melakukan hal semacam ini denganku sehingga dia melarikan diri.
Dengan kata lain … hubungan di
antara kami, hanya sampai sebatas itu….
“Yah, kurasa itu wajar saja.”
Dan di sana, Sumitaro mengangguk
sambil menyilangkan tangannya.
“Kamu dan Mea-san, masih belum
terlalu lama saling mengenal.”
“Su-Sumitaro…”
“Yah aku yakin kalau Fuuga bisa
melakukannya, karena kalian berdua ‘kan sudah saling mengenak sejak lama. Dan
jika dia seagresif Kobato-paisen, bukannya mustahil bisa melakukan banyak hal
dalam waktu singkat.”
“Aaah, tapi…”
“Ya. tapi bukannya itu hal yang
tidak masuk akal untuk meminta Mea-san melakukan hal yang sama seperti mereka
berdua?”
“……… Sumitaro”
“Lagipula, Kuuya.”
“Eh? Eh, ya…”
Sumitaro lalu menyeringai
dengan tangan terlipat dan melanjutkan,
“Bukannya ini kesempatan yang
sempurna untuk menunjukkan sisi kejantananmu?”
“………………”
“Itu pun jika kamu masih ingin
melanjutkan hubunganmu dengan Mea-san.”
“Su… Sumitaro…”
Sumitaro mengepalkan tinjunya
dan menunjukkannya padaku. Ia lalu berkata dengan nada paksa.
“Jika kamu seorang pria,
sekarang bukan waktunya untuk bertingkah sok keren!”
“────!”
Guntsu, Aku
merasa tulang punggungku lurus tegak.
Seperti yang dikatakan
Sumitaro. Tidak ada yang bisa diselesaikan atau berkembang jika aku berdiam
diri terus.
Dan yang terpenting… Aku
tidak ingin mengakhiri hubunganku dengan Mea-san di sini!
Walaupun aku masih tidak tahu
apa itu cinta atau bukan … tapi sebagai seorang pria!
“Terima kasih Sumitaro, persis
seperti ucapanmu…!”
“Heh… gimana menurutmu, orang
yang keren itu bukan cuma Fuuga saja, tau?”
“Memang! Sumitaro juga keren,
aku harus belajar banyak darimu!——Oleh karena itu, Renjou-san!”
“Eh, ya. Ummm…?”
“Tolong antar aku ke rumah
keluarga Mea-san!”
“Ku-kun, itu artinya…..”
“Ya……!”
Aku mengibaskan rambutku dan
balas mengangguk, bukan dengan gaya sok keren tapi dengan sikap yang tegas.
“Aku akan membawa kembali
Mea-san!”