[Bagaiamana ini Kazu, aku sama sekali tidak bisa menghubungi Ayane-chan.]
[Begitu, ya …]
Aku menerima laporan dari Kurumizaka-san dan mendesah tanpa sadar.
Aku berbaring di tempat tidurku dalam keadaan lesu dan menatap langit-langit kamarku.
“Haaa… serius?”
Setelah Kiyokawa logout, aku menceritakan situasinya kepada Kurumizaka-san dan Rinka yang sudah login.
Aku memberitahu mereka berdua bahwa aku dan Kiyokawa sudah saling kenal di dalam game.
Tapi, tidak satu pun dari mereka bertanya kepadaku tentang detail percakapan kami.
Mereka mungkin juga tidak tahu harus berbuat apa.
Ketika kami berempat menghabiskan istirahat makan siang bersama, Kiyokawa merasa malu saat dia menceritakan kepada kami bahwa dia memyukai teman onlinenya. Itu pasti membekas di benaknya.
Setelah log out dari game, kami bertiga memutuskan untuk menghubungi Kiyokawa.
Bagaimanapun juga kami harus berbicara dengannya.
Tapi sebaliknya, Kiyokawa sama sekali tidak menanggapinya.
Jika hanya aku yang diabaikan, aku bisa memahaminya. Tapi, aku tidak percaya dia bahkan mengabaikan Kurumizaka-san dan Rinka.
Dia benar-benar memutuskan koneksi dari kami bertiga.
“Aku tidak bisa membiarkan hal ini terus berlanjut..”
Sejujurnya, aku tidak tahu harus berbuat apa atau berkata apa.
Itu terlalu mendadak.
Tidak, aku punya banyak kesempatan untuk menyadarinya sebelumnya.
Bahkan, aku merasa bodoh karena aku tidak menyadarinya sebelumnya.
Tapi itu tidak bisa dihindari, kurasa.
Aku tidak menyangka teman dekatku di dalam game ternyata Idol popular ‘Kiyokawa Ayane’ yang terkenal elegan dan cantik.
… Yah, aku sudah punya pengalaman di mana Istirku di dalam game adalah Idol popular ‘Mizuki Rinka’ yang dikenal keren.
Bahkan tidak pernah terlintas dalam imajinasiku bahwa keajaiban ilahi seperti itu akan terjadi berturut-turut.
[Kazu-kun. Kamu baik-baik saja?]
Aku mendapat obrolan dari Kurumizaka-san, dia mengkhawatirkanku.
Aku tidak mengungkapkan apa pun tentang keadaan pikiranku, tetapi dia tampaknya telah menduga sesuatu.
[Aku tidak bisa mengatakan aku ……. Tapi, kupikir Kiyokawa adalah orang yang paling tertekan saat ini.]
[Kamu benar. Aku yakin Ayane-chan juga tertekan.]
Setelah beberapa waktu, Kurumizaka-san mengirimiku obrolan lagi.
[Maaf sebelumnya, Kazu-kun. Ada sesuatu yang ingin kupastikan. Orang yang di sukai Ayane-chan.. itu kamu ‘kan, Kazu-kun?]
….. Mendengar hal itu dari orang lain, membuatku menyadari perkataan Kiyokawa tempo hari.
Aku menjadi tidak sabar ketika ditanya pertanyaan langsung oleh Kurumozaka-san.
Tidak, dia adalah pemimpin dari grup Idol populer.
Dia biasanya gadis yang imut dan energik, tetapi dalam situasi serius, dia bisa menjadi serius.
[Aku tahu sulit untuk menjawabnya. Tapi, aku ingin mendengarnya darimu.]
[…Yah, kurasa orang itu aku.]
[Hm, begitu ‘ya …. Aku mengerti, terima kasih sudah menjawab.]
Setelah itu, aku tidak menerima chat lagi dari Kurumizaka-san.
Aku mengharapkan dia untuk menanyakan lebih banyak tentang perasaanku. Jadi, aku merasa sedikit kecewa.
Mungkin dia hanya memberiku waktu untuk berpikir.
“…… ‘My Web-Game’s Friend My Boyfriend’.. ya?”
Aku mengalihkan perhatianku ke arah mejaku. Ada beberapa ratus lembar kertas manuskrip yang menumpuk di atas meja.
Itu adalah novel yang ditulis oleh Kiyokawa, judulnya “My Web-Game’s Friend My Boyfriend”.
Ngomong-ngomong, aku sudah selesai membacanya.
Kesanku tentang novel ini adalah isi ceritanya sederhana dan sangat mudah dibaca.
Cerita dimulai dengan seorang gadis SMA yang karir Idolnya tidak berjalan dengan baik dan dia mulai bermain game online untuk melarikan diri dari kenyataan. Ketika dia bergabung dengan sebuah guild, dia diperlakukan dengan baik oleh player lain, tetapi masalah muncul dalam hubungan mereka dan dia mendapati dirinya dikelilingi oleh musuh. Kemudian, seorang player laki-laki membantunya keluar dari masalah yang dihadapi gadis itu.
Setelah mereka berdua keluar dari guild itu, mereka sering bermain bersama, mereka mulai mengenal identitas asli satu sama lain dan saat mengatasi berbagai insiden yang terjadi di kehidupan nyata, mereka menjadi sepasang kekasih……. begitulah ceritanya.
Sejujurnya, aku pikir ini lebih romantis daripada novel yang dia tulis dengan judul “To You at The Bend”.
Secara khusus, karakter utama, seorang gadis SMA, perasaannya ditulis dengan sangat dalam. Bagaimana gadis itu mencintai dan menghargai pria itu dieksplorasi secara mendalam.
Dan dari sudut pandang pria, itu mengungkapkan sisi jantannya yang mencoba mendukung karakter utama.
Ada hal lain yang membuatku tergelitik, seperti pertama kali mereka bertemu secara offline sebelum mereka mulai berpacaran, aku tersenyum melihat mereka berdua bertemu secara sembunyi-sembunyi di sekolah, aku berada di pinggir tempat dudukku saat mereka berpisah karena sebuah kejadian yang terjadi di kehidupan nyata dan aku senang ketika mereka akhirnya jadian di akhir cerita………….. Aku mendapati diriku seolah-olah ditarik masuk ke dalam cerita.
“Jadi, ini perasaan Kiyokawa..”
Seolah-olah dia mengaku kepadaku melalui sebuah novel.
Karakter utama, seorang gadis SMA, tindakannya seolah-olah itu Kiyokawa dan begitu juga dengan si pria.
Jika ini adalah game simp (datting game). Itu akan menjadi rute di mana Kiyokawa dan aku berakhir bersama.
Kehidupan yang Kiyokawa inginkan……
“Apa yang harus aku lakukan?”
Aku tidak bisa mengatur informasi dengan baik di kepalaku.
Setelah membaca “My Web-Game’s Friend My Boyfriend”, aku mengerti betapa Kiyokawa menyukai “Kazu”. Aku bahkan bersimpati padanya meskipun aku orangnya.
Tapi, selama aku memiliki Rinka, tidak mungkin aku bisa menerima perasaan Kiyokawa.
Tapi, itu sama saja dengan menolak dan menyakiti Kiyokawa, kan?
Aku tidak pernah berada di pihak yang populer. Jadi, aku tidak pernah memikirkan konflik dari pihak yang menolak. Aku bahkan tidak pernah membayangkannya.
Tapi, sekarang situasi itu terjadi padaku.
Menolak perasaan seseorang sangat memilukan.
Itu semakin menyakitkan bagiku karena aku mengerti betapa seriusnya Kiyokawa.
Bahkan aku sempat berpikir untuk menduakan Rinka.
Tapi, aku tidak bisa melakukan itu. Jika aku melakukan itu, itu sama saja membuatku menjadi laki-laki bajingan. Dan, aku juga yakin.. Rinka tidak akan mengizinkannya.
Pokoknya, aku ingin tahu bagaimana perasaan Kiyokawa sekarang.
Apakah dia baik-baik saja denganku sebagai teman atau dia …………
“Ah.”
Ketika aku sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba smartphoneku berdering. Melihat ke layar, itu panggilan telepon dari Rinka.
Merasa agak bersalah, aku ragu sejenak lalu menekan tombol terima.
“….. H-Halo?”
‘Suaramu terdengar suram. Apa kamu baik-baik saja, Kazuto-kun?”
“Maaf. Aku sedang memikirkan banyak hal.”
“Hm, begitu ‘ya.. Aku rasa setiap orang pernah memikirkan banyak hal.’
… Apa dia mengkhawatirkanku?
Mempertimbangkan posisinya, Rinka pasti memiliki perasaan yang campur aduk.
‘Mari kita kesampingkan hal itu, Kazuto-kun.. bagaimana persaanmu terhadap Ayane?’
“Itu ……”
‘Aku yakin.. Ayane menyukaimu, Kazuto-kun.’
“Bagaimana kau bisa mengatakan itu dengan sangat yakin, Rinka? Padahal, sampai beberapa waktu lalu.. aku dan Kiyokawa-san hanya menganggap satu sama lain sebagai teman.”
‘Itu tidak masalah. Yang penting adalah orang yang kamu suka sekarang nyata.’
“……”
‘Aku tahu persis itu, karena aku sendiri pernah mengalaminya……. Orang yang kamu cintai, yang hanya bisa kamu bayangkan sebelumnya, muncul di hadapanmu dalam wujud nyata. Jadi, perasaanya tidak terkendali.’
“……Apa kau mengatakan itu yang terjadi pada Kiyokawa-san sekarang?”
‘Mnm. Fakta bahwa dia tiba-tiba log out adalah buktinya. Kalau Ayane baru saja mengenali Kazuto-kun sebagai teman, dia tidak akan mengambil langkah untuk log out dan akan terus mengobrol.’
Rinka, yang dengan tenang menganalisis situasinya, mengucapkan kata-katanya tanpa ragu-ragu.
Ini cara bicara Idol yang keren.
‘Aku sudah menduga… hal seperti ini akan terjadi cepat atau lambat.’
“Hal seperti ini?”
‘Iya. Hari dimana temanku jatuh cinta pada Kazuto-kun.’
“Itu ……….”
‘Yah, mau bagaimana lagi ‘kan? Kazuto-kun itu baik dan keren. Aku sudah memperkirakan hal seperti ini. Lagipula, aku tidak punya hak untuk membatasi tindakanmu. Dengan kata lain, itu pasti akan terjadi pada akhirnya.’
“Kau salah. Itu karena Kiyokawa dan aku kebetulan berteman――――’
‘Bahkan jika kalian berdua bukan teman, Ayane akan menyukai Kazuto-kun cepat atau lambat. Karena Kazuto-kun dan Kazu memiliki esensi yang sama.’
“……”
Di suatu tempat di benakku, aku mengerti bahwa ini mungkin begitu.
Kalau dipikir-pikir, aku bisa mengobrol dengan Kiyokawa seolah-olah itu adalah hal yang biasa sejak pertama kali kami bertemu.
Aku tidak terbiasa dengan wanita, tapi…
Meskipun kami tidak memiliki informasi nyata tentang satu sama lain, aku merasa bahwa hati kami dekat satu sama lain.
‘Aku sudah mengatakan ini berkali-kali sebelumnya. Tapi, kurasa aku tidak bisa memonopoli Kazuto-kun untuk diriku sendiri. Apalagi jika itu melibatkan Kouhaiku yang berharga.’
“……Maksudmu, kau akan memaafkanku kalau aku menduakanmu, Rinka?”
‘Itu…. Meskipun terdengar menyakitkan. Bagaimanapun juga, Kazuto-kun adalah suamiku…… Tapi, aku ingin Ayane bahagia juga.’
“……Rinka.”
‘Jika aku bisa menahan rasa sakit itu, maka Ayane bisa berpacaran dengan Kazut―’
“Ini tidak akan terjadi.”
Tanpa menunggu dia selesai, aku memotong kata-katanya.
Sama sekali tidak mungkin bagiku pacaran dengan seorang gadis selain Rinka.
‘Jadi, Kazuto-kun.. kamu akan menolak Ayane?’
“……”
‘Nggak bisa, kan? Lagipula, kamu orangnya baik. Jadi, kamu pasti khawatir menolak Ayane, kan?’
Begitu, sepertinya hatiku telah terbaca.
Tapi, itu bukan kebaikan menurutku.
Kebaikan sejati adalah memperhatikan orang lain, terlepas dari keuntungan atau kerugiannya sendiri.
Saat ini, kupikir aku hanya takut menyakiti hatiku sendiri dengan mencampakkan Kiyokawa.
‘Besok, bicarakan soal ini dengan Ayane. Aku akan menerima keputusan apapun yang kamu buat ……’
“…… Baiklah.”
Setelah jawabanku, panggilan terputus.
Dari apa yang kudengar dari perkataan Rinka, dia akan mengizinkanku berpacaran dengan lebih dari satu gadis.
“Heh, itu pasti hal yang bagus untuk di dengar pria.. tapi..”
Bahkan jika aku mendaptakan izin untuk memiliki harem. Aku tidak pernah berpikir untuk mengulurkan tanganku kepada gadis manapun selain Rinka.
Pertama, aku melihat Kiyokawa sebagai teman.
Jadi, kesempatan untuk berpacaran dengannya sama dengan nol.
……Tidak, sekarang aku tahu bagaimana perasaan Kiyokawa padaku, aku mungkin menyadari dia sebagai lawan jenis.
“Sisanya terserah …… perasaan Kiyokawa, kurasa.”
Besok, aku harus bicara dengan Kiyokawa.
Jika kita tetap menjauh karena takut membahasnya, akhirnya akan terjadi distorsi.
“……”
Mungkin karena aku terlalu banyak berpikir sehingga kesadaranku melayang-layang, seolah-olah aku tersesat dalam mimpi.
Aku mendapati diriku menatap langit-langit dengan linglung.
“Rinka dan Kiyokawa……ya?”
Aku diberi dua pilihan.
Haruskah aku menerima Kiyokawa dan mendukan Rinka…
Atau haruskah aku menolaknya dan tetap mencintai Rinka……
… Tentu saja , jawaban dari kedua pertanyaa itu sudah jelas sejak awal.
“Aku tidak peduli, apakah itu ketulusan atau kebaikan….. Satu-satunya orang yang kucintai adalah Rinka!!”
Bahkan jika itu berarti menyakiti Kiyokawa, aku ingin melanjutkan pemikiran ini.