“ Tokiwagi-san, kamu selalu kerja sambilan ya ? “
“ Kurasa begitu.” Aku menjawab pertanyaannya dengan singkat dan mengambil satu kentang goreng yang ada didepanku. Suara Wakamiya terdengar lembut dan datar seperti biasa, aku melihat wajahnya sedikit lebih rileks, mungkin karena suasana hatinya sedang baik.
Namun, berbeda dengan Wakamiya, perasaanku malah terasa tidak enak.
Karena suatu alasan, Wakamiya dan aku duduk bersebelahan…orang-orang disekitar menatapku dengan tatapan kebencian dan haus darah, bahkan aku juga mendengar suara umpatan yang terdengar samar.
Haa…
Aku hanya bisa menghela nafas. Kenapa hal ini bisa terjadi ?
~Semua dimulai satu jam setelah aku mulai bekerja.
Aku sedang mengelap meja dan membuang kantung sampah, sampai saat itu tidak ada yang berubah dari biasanya.
Ya, sampai saat itu…
“ Selamat da…tang..”
Salah seorang pelayan restoran dengan penuh semangat menyapa pelanggan itu, ia tidak bisa berkata-kata begitu melihatnya. Mulunya terbuka lebar, ia benar-benar tertegun begitu melihatnya.
Alasannya sederhana. Sang dewi telah datang ketempat ini. Dan juga, hari ini adalah hari sabtu. Artinya, dia mengenakan pakaian kasual.
Gaun biru dongker dengan cardigan putih polos itu sangat cocok untuknya. ia terlihat sangat cantik, dan sama sekali tidak terlihat seperti siswi SMA. Karena itulah ia menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya saat dia memasuki restoran.
Diantara mereka, ada beberapa pria yang tersihir dengan kecantikannya, matanya dipenuhi dengan bentuk hati.
Pakaian kasualnya itu terlihat persis dengan pakaian yang biasa gadis populer kenakan.
Semuanya masih baik-baik saja pada saat itu.
Akhir-akhir ini dia selalu datang ke restoran ini, itu membuatnya jadi sangat terkenal disini sehingga menjadi bahan pembicaraan para staff. Tapi dia hanyalah seorang “ pelanggan biasa” bagiku.
Tidak ada yang tahu aku pernah berbicara dengannya dan mengantarnya pulang kerumah saat itu.
Meski begitu Tidak aneh jika ada yang tau tentang hubungan kami karena kami berada disekolah yang sama. Tapi karena Wakamiya belum pernah berbicara denganku saat aku sedang kerja, maka pegawai lainnya sama sekali tidak menyadarinya.
Namun aku sedikit ceroboh. Aku pikir Wakamiya tidak akan berbicara padaku hari ini…
Ternyata malah sebaliknya…
“ Selamat pagi, Tokiwagi-san, kamu kerja juga ya hari ini ?
“ …. Eh? “
Karena kaget apa yang terjadi barusan, aku terdiam, aku bingung bagaimana menanggapinya..
“ Tidak boleh begitu, menyapa seseorang adalah dasar dari segala dasar. Kamu harus membalasnya jika seseorang menyapamu. Jadi ayo kita ulangi sekali lagi. Selamat pagi, Tokiwagi-san.”
“ Oh, selamat pagi juga..”
Aku secara spontan membalas sapaanya. Setelah dia mendengar balasanku, Wakamiya tersenyum puas.
“ Sepertinya kamu masuk pagi ya hari ini. Umm, kapan kamu selesainya? “
“ Jam 6 sesuai jadwal “
“ Bagus, aku akan pulang pada jam itu juga, jadi tolong jaga aku seperti biasa ya”
“ Tidak, tidak. Kalau masih jam 6 bukannya itu terlalu cepat ? “
“ Nanti orang tuaku khawatir lagi, jadi—
“ Baik tidak apa-apa. Tidak masalah”
“ Terima kasih, sampai nanti“ jawab Wakamiya. Dia kemudian berjalan menuju kursi yang baru-baru ini menjadi kursi tetapnya. Ketika ia sudah pergi, aku melanjutkan bersih-bersih meja, lalu….
“”Tokiwagi…kita adakan rapat dulu sebentar “”
Setelah itu, aku dibawa ke ruang kantor oleh seniorku. Dia menyeretku. Disana, aku dihujani pertannyaan tentang Wakamiya. Rasanya sepeerti di interogasi. Bahkan manajer juga ikut serta..
Apa maksud perkatannya yang “seperti biasa” tadi? apakah Wakamiya itu pacarmu? Siapa namanya ? mungkin seperti itulah yang akan mereka tanyakan
Untuk saat ini, aku menjawab pertanyaan yang sulit dengan belepotan dan tidak jelas, aku dihujani pertanyaan sampai senior benar-benar bisa tenang dan cukup puas.
Mereka akhirnya melepaskanku setelah satu jam.
Saat itu, salah satu seniorku memberitahukan bahwa ada sesuatu seperti sebuah perjanjian kesepakatan antar para staff terhadap Wakamiya mirip seperti pakta perjanjian non agresi. Mereka hanya harus puas dengan melihat Wakamiya dari kejauhan.
Kehadiran Wakamiya ini membuatku sedikit kewalahan. Seperti yang aku duga, dia benar-benar seperti seorang dewi.