——Menyingkirkan semua serangga nakal kecuali Yuuka-chan.
Di tepi kursi, aku bertanya-tanya tentang apa yang akan Nayu lakukan saat dia mengatakan kalimat berbahaya seperti itu.
Tapi, bahkan setelah makan malam dan mandi, penampilan dan temparemennya Nayu masih sama seperti biasanya.
Dan saat ini, dengan mengenakan t-shirt longgar dan celana pendek, dia berbaring tengkurap di karpet sambil menatap kartu remi di tangannya.
“….Yuka-chan, doubt.”
“Gya!?”
Dengan bunyi gemerisik, Yuuka menjatuhkan tangannya ke lantai saat dia melepaskan kartu-kartu di tangannya dan kemudian menghela napas sambil mengulaikan tubuhnya.
Ya ampun, jika bisa, tolong jangan terlalu mengulaikan tubuhmu seperti itu. Tali bahu gaun biru mudamu ‘kan jadi bergeser…, dan itu sangat beracun bagi mataku.
“Uuu… padahal tinggal sedikit lagi kartuku akan habis…”
“Habisnya wajahmu mudah sekali ditebak, Yuuka-chan.”
“Sungguh, kau hebat sekali dalam memainkan wajah poker, Nayu-chan…”
Saat ini, aku, Yuuka, dan Nayu sedang bersantai dan bermain kartu di atas karpet.
Dibandingkan dengan saat mereka bertemu sebelumnya, kali ini Yuuka dan Nayu terlihat lebih terbuka dan santai dalam berinteraksi.
“Aaa, Yuuka-chan, doubt.”
“Isssh, kok kamu bisa tau sih!!”
…Sungguh, saat mereka bermain bersama seperti ini, mereka jadi terlihat seperti saudara kandung.
Yuuka yang polos, dan Nayu yang bersikap terbuka pada Yuuka.
Melihat mereka yang bermain bersama dengan gembira seperti ini membuat dadaku jadi terasa hangat.
“Haa… dengan ini aku sudah kalah empat kali berturut-turut. Kau hebat sekali, Nayu-chan.”
“Aku tidak hebat, kamunya aja yang terlalu lemah, Yuuka-chan. Tapi, kupikir…”
Nayu menatap Yuuka yang semangatnya menurun karena kalah, dan kemudian, dengan wajah pokernya yang biasa, dia berbicara….,
“Yuuka-chan, kau pasti akan menjadi Ibu yang hebat.”
—————Hah?
“Kau benar-benar baik dan memiliki sifat keibuan. Kau juga keihatannya sangat menyayangi anak-anak. Intinya sih, kau itu memiliki kesan dari sosok ibu yang ideal.”
“B-Begitukah? T-Tapi aku bukan sesoerang yang sehebat itu kok… Eheheheh.”
“Enggak, aku serius kok bilang itu. Kau pasti akan menjadi sosok ibu yang hebat. Karenanya—cepatlah menjadi seorang ibu.”
Sesaat setelah Nayu mengatakan itu, dia langsung berdiri dan berlari ke tepi ruang tamu.
Kemudain—klik, dia mematikan lampu.
“Kyaaa!?”
Dalam waktu singkat, ruang tamu tempat kami bermain kartu langsung diselimuti oleh kegelapan
Di tengah-tengah kegelapan itu—aku mendengar suara langkah kaki yang berlari, dan kemudian, “Hiii!!”, terdengar jeritan kecil dari Yuuka.
“Ada apa, Yuuka?”
“A-Ada yang mengekangku dari belakang…”
“Jangan khawatir, Yuuka-chan, ini aku…”
“Jangan khawatir palalu peyang!? Kenapa kau tiba-tiba mengekang Yuuka seperti itu?”
“…Yah, alasanku simpel saja.”
Saat itu, terdengar seuara helaan napas, dan kemudian, pernyataan Nayu bergema di seluruh ruangan.
“Untuk memastikan tidak ada serangga nakal yang mengganggu kalian—Bukankah cara yang terbaik untuk melakukan itu adalah kalian mesti membuat buah hati kalian?”
“Hah? Astaga, kau ini rupanya jauh lebih tolol daripada yang kupikirkan ya?”
Pemikirannya itu benar-benar gila sampai-sampai aku merasa seperti seluruh kekuatan telah hilang dari tubuhku.
“Hei, dengarkan aku… Sebagai kakakmu, melihatmu yang seperti ini aku jadi khawatir terhadap masa depanmu, tau!?”
“Jangan banyak bicara, beranikanlah dirimu. Santai saja, kau tidak perlu khawatir padaku. Nantinya…, aku juga pasti akan melakukan yang terbaik sebagai seorang bibi!”
“Ya ampun, apa yang kukhawatirkan bukanlah itu!!”
“Di sini gelap, dan aku juga akan menutup mataku. Jadi, cepatlah dan buat buah hati kalian…”
“—Nayu-chan bodoh!!”
Saat itu, terdengar suara benturan, dan sesaat setelahnya, aku mendengar suara Nayu yang mengerang kesakitan.
Sontak saja, aku segera bergerak dan menyalakan lampu di ruang tamu.
“Nayu-chan! Tindakanmu ini terlalu berlebihan, tau!!”
Saat ini, dengan rona wajah yang paling merah yang pernah aku lihat, Yuuka memarahi Nayu yang tampak kesakitan saat dia berjongkok dan memegangi perutnya. Mungkin, dia habis disikut oleh Yuuka.
“Nayu-chan, kau tidak boleh sembarangan melakukan candaan seperti itu! H-Hal seperti itu…, bagi seorang gadis, itu adalah momen yang sangat penting!!”
“A-Aku tidak bercanda… Aku serius…”
“Jika memang begitu, maka apa yang kau lakukan ini justru lebih buruk lagi!”
Dan setelah itu, Yuuka memasuki mode ceramah dan terus memarahi Nayu.
Di sisi lain, dengan wajah yang setengah menangis, Nayu bergumam dengan volume suara yang tidak bisa didengar oleh Yuuka.
“…Sial, ini semua terjadi gara-gara Nonohana Raimu.”
Ya ampun, gadis ini…, dia sama sekali tidak menyesali perbuatannya.
