Festival musim panas, suatu event terbesar yang digelar di musim panas telah berakhir.
Sepertinya semalam aku sangat kelelahan sampai-sampai tertiudr kayak orang mati…, ketika aku bangun, sinar matahari yang cerah bersinar masuk ke kamar melalui celah-celah gorden.
“…Hm? Jam berapa sekarang?”
Melihat ke arah jam weker yang ada di samping tempat tidur…,
Buset dah, sudah jam 11?
Aku perlahan mengangkat tubuhku dan hendak keluar dari selimut, tapi kemudian, di sampingku aku menyadari keberadaan tunanganku yang masih tertidur sambil memeluk pinggangku dengan erat.
“Yu-Yuuka?”
“…Mmh…, Yuu-kun…”
Sambil membenamkan wajahnya di tubuhku, tunanganku—Watanae Yuuka—untuk beberapa alasan mendesah kecil.
Saat aku dengan panik menarik diriku darinya, mulut Yuuka mengendur, tampak tidur dengan sangat nyenyak.
Dia mengenakan gaun biru muda yang biasanya dipakai, dan rambut hitam panjangnya dia biarkan tergerai. Bulu matanya yang membingkai mata bulatnya secara mengejutkan sangat panjang.
…Kalau dipikir-pikir, saat di luar rumah matanya Yuuka terlihat sipit saat dia memakai kacamata, tapi ketika dia berada di rumah dan melepaskan kacamatnya, matanya tampak terkulai… Sungguh, itu benar-benar aneh.
“Uuu…uuu…”
Di saat aku berpikir seperti itu, Yuuka mengernyitkan alisnya seolah-olah dia mengalami mimpi buruk.
“Yuu-kun…, tidak ada…”
Sambil menyebut namaku, dia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi yang seperti akan menangis.
Melihat dirinya yang seperti mengalami mimpi buruk itu membuatku merasa kasihan padanya, jadi kuputuskan untuk tetap berada di dekat Yuuka.
“…Ehehe, Yuu-kun…”
Dalam sekejap, suasana hatinya langsung menjadi baik lagi.
Ya ampun, bahkan saat tidur pun dirinya ini masih tetap menjadi orang yang mudah berubah-ubah suasana hatinya.
Awalnya, aku dan Yuuka adalah teman sekelas yang tidak memiliki hubungan satu sama lain, tapi ketika ayah kami seenaknya [menikahkan] kami, sekarang kami menjadi tunangan…, dan mulai hidup bersama.
Sebelumnya sampai barang-barang pribadi Yuuka dibawa ke sini, dia menggunakan kamarnya Nayu, tapi sekarang, Yuuka menggunakan kamar ayahku sebagai kamarnya. Soalnya, diantara Nayu dan ayahku, ayahku lah yang jarang pulang ke rumah.
Dan dengan begitu, kamar kami berdua berada di lantai atas, tapi saat mau tidur, Yuuka selalu datang ke kamarku dan tidur bersamaku.
Awal mulanya sih Yuuka yang takut dengan petir memohon padaku untuk tidur bersamanya, tapi tau-tau saja, ini sudah menjadi seperti kebiasaan sehari-hari.
Oh tentu saja, jarak antara tempat tidur kami di buat agak jauh, soalnya kalau tidak begitu jantungku tidak akan bisa bertahan.
Dan dengan demikian…, situasi yang ada saat ini sepenuhnya tercipta karena pola tidurnya Yuuka.
“Nyau~…, Yuu-kun…”
“Tungg—?! Yuuka?!”
Entah apa yang dia mimpikan, tapi Yuuka tiba-tiba membuka tangannya lebar-lebar—dan kemudian dia memelukku dengan erat. Karena momentum itu, sekali lagi aku berakhir berbaring di atas tempat tidur.
Saat itu, kurasakan kepalanya Yuuka menyentuh daguku, membuatku bisa mencium adanya aroma manis yang melayang dari rambutnya.
Ini buruk…, bisa-bisa pikiran jernihku akan sirna…
Memejamkan mataku, aku mencoba yang terbaik untuk memikirkan hal lain agar tubuhku tidak bereaksi dengan cara yang aneh.
——Musim dingin saat aku kelas 3 SMP.
Aku ditolak dengan mentah-mentah oleh seorang gadis yang dekat denganku, dan keesokan harinya, aku dibuat terkejut karena rumor mengenai kejadian tersebut menyebar ke seluruh kelas…, hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah selama sekitar satu minggu.
Di rentang waktu itu, aku menemukan gim online yang dirilis oleh perusahaan besar, [Love Idol Dream! Alice Stage☆].
Di dalam game tersebut terdapat sekitaran seratus karakter yang disebut Alice Idol, dan mereka semua disuarakan. Event-event yang diselenggarakan pun juga ada banyak baik itu di dalam gim maupun di kehidupan nyata.
Dari semua Alice Idol yang ada di Alice Stage—sosok Alice Idol yang paling bersinar bagiku adalah dewiku, malaikatku, segalanya bagiku di dunia ini.
Ya, dia adalah Yuuna-chan.
Dia memiliki rambut dengan model twintail, berpenampilan feminim dengan warna pink sebagai warna dasar karakternya. Dia pendek dan memiliki wajah yang kekanak-kanakan, tapi payudaranya sangat besar.
Dengan matanya yang besar dan bulat, dia menatapku, dan ketika dia membuka mulutnya yang imut…, Yuuna-chan mengatakan ini:
[Yuuna akan selalu ada di sisimu! Karenanya…, ayo kita tertawa bersama-sama?]
——Sial, ini tidak berguna.
Meskipun aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan memikirkan tentang Yuuna-chan, tapi suara Yuuna-chan dan Yuuka saling tumpang tindih…, membuat perasaanku menjadi semakin aneh.
Dalam situasi ini, mencoba mengalihkan perhatikanku dengan memikirkan Yuuna-chan tidak akan berguna.Bagaimanapun juga, Watanae Yuuka adalah Izumi Yuuna, pengisi suaranya Yuuna-chan.
“…Yuu-kun, kau sangat hangat…”
Sambil memelukku dengan erat, Yuuka mengigau dalam tidurnya.
Dia adalah teman sekelasku yang tidak mencolok—Watanae Yuuka.
Dia adalah pengisi suara dari waifuku, Yuuna-chan—Izumi Yuuna.
Di rumah, dia adalah gadis yang lugu, polos, dan suka menarik perhatian.
Hari-hari yang kuhabiskan bersama tunanganku yang memiliki banyak sekali ekspresi ini tidaklah pernah membosankan, malahan itu terasa lebih menyenangkan daripada yang kukira… Tapi, aku tidak ingin berada dalam situasi seperti ini karena ini buruk jantungku.
“Hei, Yuuka, ayo bangun?”
“Mmh…, kepalaku sangat dingin….”
“Kepalamu dingin?”
“Mmh…, ada sesuatu yang kurang di kepalaku…”
A-Apa dia ingin aku melakukan ini?
Dengan lembut, aku meletakkan tanganku di kepalanya Yuuka.
“Ya, ya, itu…”
Saat dia mengigaukan itu, Yuuka mulai menggerakkan kepalanya dari sisi ke sisi di bawah telapak tanganku.
Apa sih yang dia lakukan? Mengelu-ngelusnya kepalanya sendiri?
“Nggh…, perut dan punggungku dingin…”
“Perut dan punggung?”
“Nggh…, soalnya kurang di peluk…”
A-Apa seperti ini?
Meskipun merasa sedikit malu, tapi aku melingkarkan tanganku di punggung Yuuka dan memeluknya.
“Ehehehe…”
Yuuka juga balas memelukku, dengan pipi yang tampak sangat rileks.
Dia bahkan juga sampai bersenandung….——tunggu dulu?!
“Yuuka…, kau pasti sudah bangun, kan?”
“Aku masih tidur.”
“Orang yang sedang tidur tidak akan mengatakan kalau dia sedang tidur.”
“Kalau gitu aku memang sedang tidak tidur.”
“Tidak, intinya di sini tuh bukan itu!”
Aku perlahan menarik diriku menjauh dari Yuuka dan membangunkan tubuh bagian atasku.
Kemudian, Yuuka membuka matanya dan menatapku.
“Jadi aku ketahuan, ya?”
“Tentu saja ketahuan… Sudah sejak kapan kamu bangun?”
“Dari sejak kau mengatakan , […Hm? Jam berapa sekarang?].”
“Lah? Bukankah itu artinya sejak awal kau sudah bangun?”
Saat aku menegaskan itu, Yuuka menjulurkan lidahnya dan mengedipkan matanya untuk menghindari pertanyaanku.
Sejak kami mulai terbiasa hidup bersama begini, semakin harinya dia juga menjadi semakin manja. Sungguh…, dia ini benar-benar suka cari perhatian.
—
Setelah aku dan Yuuka bangun, kami menyiakan sarapan sekaligus makan siang, dan setelah itu kami duduk di meja makan.
“Selamat makan.”
“Selamat makan!”
Saat aku mengunyah roti panggang, aku melihat Yuuka yang duduk didepanku sedang menatapku.
“Ada apa, Yuuka? Kau tidak makan?”
“Tidak ada apa-apa, hanya saja saat aku melihat wajahmu, aku jadi berpikir kalau festival musim panas kemarin benar-benar menyenangkan…, ehehehe.”
Sambil menopang dagunya dengan tangannya, Yuuka terkekeh.
Melihat dia tampak sangat bahagia seperti itu, entah mengapa aku juga jadi ikutan senang saat perasaan hangat merambah di dadaku.
“Yah, meskipun ada banyak hal yang terjadi…, tapi itu benar-benar menyenangkan.”
“Ya! Kita makan permen kapas, menyendoki ikan mas…”
“Cuman pas menembak, entah bagaimana kau malah menembakkan pelurunya ke belakang.”
“Isssh! Kau ‘kan tidak perlu sampai menyebutkan sesuatu yang memalukan seperti itu!!!”
Kesal karena ejekanku, Yuuka mengembungkan pipinya, tapi kemudian—segera. “Ahahaha”, dia mulai tertawa terbahak-bahak.
“Festival musim panas kemarin memang menyenangkan, tapi kencan rahasia kita, atau saat kita memandangi langit berbintang di karyawisata sekolah…, dan bahkan saat kita makan bareng seperti ini, semua yang kulakukan bersamamu terasa menyenangkan!”
Saat dia mengatakan itu, Yuuka tersenyum secerah sinar matahari.
Ekspresinya itu membuatnya terlihat seperti Alice Idol kesayanganku, Yuuna-chan, dan aku bisa merasakan seolah-olah garis batas antara mereka berdua mulai goyah.
Dulu, saat aku melihat ayahku depresi dengan wajah yang seperti tak bernyawa karena bercerai dengan ibuku, aku berhenti bermimpi untuk menikah.
Lalu, setelah kejadian yang terjadi saat aku SMP, aku menjadi takut menyakiti atau disakiti seseorang, jadi aku bersumpah untuk menjaga jagak dari gadis 3D dan hanya akan mencintai gadis 2D.
Namun demikian, Yuuka, gadis yang menjadi tunanganku, mencoba melelehkan hatiku yang membeku dengan senyuman polosnya yang hangat.
“Hm? Ada apa, Yuu-kun?”
Saat aku tenggelam dalam pikiranku, Yuuka yang menatap wajahku tampak khawatir.
Melihat Yuuka yang seperti itu, aku sontak merasa seolah-olah pipiku mengendur.
“Tidak ada apa-apa, aku hanya berpikir…, makasih ya, untuk segala sesuatunya.”
Tanpa sadar, apa yang keluar dari mulutku adalah kata-kata terima kasih.
Trauma yang terukir di dalam diriku sejak aku SMP tidak akan hilang dengan mudah, tapi, jika aku bersama Yuuka, maka suatu hari nanti——
Saat aku memikirkan sesuatu seperti itu…, aku jadi merasa bahwa keberadaan Yuuka menjadi semakin tak tergantikan bagiku.
“…Aku juga, makasih ya, Yuu-kun.”
Menggumamkan itu, Yuuka menatapku dengan matanya yang seindah langit cerah tanpa setitik pun awan mendung.
“Aku sangat tidak mahir dalam berinteraksi dengan orang-orang…, apalagi kalau itu laki-laki. Tapi, entah mengapa, kalau bersamamu, aku bisa bertingkah jujur dan apa adanya. Itu sebabnya, saat bersamamu, aku merasa sangat nyaman.”
Dengan nada yang lembut Yuuka mengatakan itu…, dan dia juga menampilkan senyuman penuhnya yang biasanya.
Melihat ekspresinya itu membuatku merasa malu, jadi aku segera mengalihkan pandanganku ke bawah pada ponselku, dan kemudian mencoba mengalihkan perhatianku darinya dengan memutar gacha Alice Stage.
“……Aah.”
Apa yang keluar adalah [SR Yuuna]—namun bagiku itu adalah UR.
Denngan lembut aku menyentuh Yuuna-chan yang tampil di layar, dan kemudian suaranya terdengar dari ponselku,
[Jangan khawatir! Yuuna akan selalu berada di sisimu. Aku bersumpah…, aku pasti akan selalu ada di sisimu!]
Kata-kata Yuuna-chan meresap jauh ke dalam hatiku, dan sesuatu yang hangat langsung memenuhi hatiku.
[Jangan khawatir! Yuuna akan selalu berada di sisimu. Aku bersumpah…, aku pasti akan selalu ada di sisimu!]
Aaaah…, sungguh suatu kata-kata yang indah.
[Jangan khawatir! Yuuna akan selalu berada di sisimu. Aku bersumpah…, aku pasti akan selalu ada di sisimu!]
Makasih, Yuuna-chan.
Aku juga bersumpah, bahwa aku akan selalu berada di sisimu, Yuuna-chan.
“…Yuu-kun?”
“Hm? Ada apa, Yuuka?”
[Jangan khawatir! Yuuna akan selalu berada di sisimu. Aku bersumpah…, aku pasti akan selalu ada di sisimu!]
Saat suaranya Yuuna-chan terdengar untuk yang keempat kalinya—Yuuka sontak berdiri.
Dengan wajah yang merah cerah, dia mengguncang bahunya…, dan berseru:
“Isssh…, kalau kau mengulang-ngulang kata-katanya Yuuna di depanku…, aku malah jadi merasa malu, tau…, ba~ka!”
Beginilah, aku—Sakata Yuuichi—menjadi tunangannya Watanae Yuuka.
Di luar, dia adalah gadis yang judes, tapi di rumah, dia adalah gadis yang polos. Sebagai Izumi Yuuna, dia juga selalu bekerja keras dalam karirnya di dunia pengisi suara.
Bersama dengan dirinya, aku benar-benar tidak pernah merasa bosan.