“Yuu-niisan.”
“…Ada apa, Isami?”
Dari belakangku, “Kyaa, kyaa”, aku bisa mendengar suara teriakan yang terdengar ceria.
Nah, sesuatu seperti ini adalah apa yang bisa diduga akan terjadi jika seorang pria tampan, bertubuh tinggi, serta memiliki pesona yang setingkat dengan idol datang ke kafe yang terletak di luar stasiun. Akan tetapi, anak ini—tidak dapat disangkal bahwa dirinya adalah seorang gadis.
Suatu bentuk kecantikan dalam penampilan pria, seorang yang terlihat sangat cocok dalam mengenakan kostum butler berwarna hitam—dia adalah Watanae Isami, adik iparku.
“Dengan belajar dari apa yang terjadi tadi malam…, aku ingin berbicara denganmu di tempat yang tidak ada Yuuka. Bagaimana caranya supaya aku dan Yuuka bisa menjadi suadari yang akur…? Tolong ajari aku, Yuu-niisan!”
“Bentar dulu, pertama-tama mengapa kau memanggilku Yuu-niisan?”
“Untuk bisa sedekat mungkin dengan perasaan Yuuka, aku mengambil referensi dari dia yang memanggilmu [Yuu-kun] dan akhirnya memutuskan untuk memanggilmu seperti itu! Aku juga punya panggilan lain yang bisa kugunakan seperti [Yuu-kun-san].”
“Baiklah, kau cukup memanggilku Yuu-niisan saja…”
Ya ampun, bahkan jika kau meminta ajaran dariku dengan tatapan mata yang jernih seperti itu (memakai lensa kontak berwarna biru)….,
“Menurutku jika kau menghormati Yuuka dengan sikap yang seperti itu, semua permasalahanmu akan selesai.”
“Kalau saja aku bisa melakukan itu, aku tidak akan berada dalam masalah seperti ini…!”
Menggumamkan itu dengan nada yang frustasi, Isami menggigit bibirnya.
“Ini sungguh ironis…, aku ingin menjadi cukup kuat untuk bisa melindungi Yuuka, tapi hasilnya aku justru dijauhi olehnya——”
“P-Permisi…, ini service parfait dari kami♪”
Di timing yang benar-benar tidak tepat, meskipun kami belum memesan apa-apa, seorang pegawai wanita muda menawarkan parfait kepada Isami.
Melihat itu, Isami tersenyum kepada pegawai tersebut.
“Hee~, service di kafe ini cukup bagus juga.”
“Bagaimanapun juga kami ingin membuat pelanggan kami senang♪ Silahkan, nikmati parfaitnya.”
“Tidak, yang aku maksud bukan parfait ini.”
“Eh?”
“Yang aku maksud adalah bahwa itu menyenangkan menerima service berupa senyuman yang begitu indah dari wanita cantik sepertimu….”
“Kyaaaah!!!”
Buset dah, apa-apaan lelucon ini?
Terhadapku yang kehilangan kata-kata, Isami melirik ke arahu dan kemudian menghela napas panjang.
“Padahal aku berharap Yuuka akan senang dengan kata-kataku yang telah menjadi kuat seperti ini…”
“Kau berulang kali mengatakan bahwa kau telah menjadi kuat, tapi Isami, bukankah kau hanya menjadi seperti playboy?”
Entah apakah dia sedang bercanda atau benar-benar dalam masalah…, sebagai iparnya aku sama sekali tidak bisa menilai itu.
“…Baiklah, begini saja. Isami…, kapan masa ketika Yuuka tidak ingin pergi ke sekolah?”
“Hm? Itu sekitar musim dingin saat dia kelas 2 SMP…, sejak saat itulah aku bertekad untuk menjadi lebih kuat.”
“Kalau begitu sebelum insiden itu! Saat Yuuka masih kelas 1 SMP atau saat dia SD, bagaimana biasanya kau memperlakukannya?”
“Saat Yuuka masih SD…, baik aku dan Yuuka, kepribadian kami saat itu sangat berbeda dengan sekarang.”
Aku sudah menduga akan seperti itu!
Bagaimapaun juga, setiap orang pasti punya sejarah masing-masing.
Bahkan aku pun juga begitu.
Pada saat aku kelas 3 SMP, aku berpikir bahwa aku adalah [otaku yang populer], jadinya aku sangat bersemangat dalam bercerita tentang topik mengenai otaku kepada teman-temanku terlepas dari jenis kelamin mereka.
Kemudian, dengan kepercayaan diri bahwa perasaanku akan diterima, aku menyatakan perasaanku kepada orang yang kucintai saat itu, Nonohana Raimu.
Tapi, aku ditolak mentah-mentah.
Parahnya lagi, keesokan harinya rumor tentang itu menyebar ke seluruh kelas, dan badai ejekan langsung menerpaku.
Hingga akhirnya, setelah selama beberapa hari aku tidak ingin pergi ke sekolah—aku berubah.
Saat aku bertemu dengan Yuuna-chan, seorang dewi 2D, aku bersumpah bahwa aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi pada gadis 3D—dan menjadi [Malaikat Maut Jatuh Cinta].
Bagaimana jika…, Yuuka dan Isami juga punya [masa lalu] yang membuat diri mereka saat ini berbeda dari diri mereka yang dulu?
Kupikir…, itulah yang mungkin bisa menjadi solusi dalam hal ini.
—
“Baiklah, aku akan menunjukkan album kelaurga Watanae.”
Membuka tas jinjingnya, Isami mengeluarkan empat album tebal dari dalam tasnya.
Melihat itu, dengan ekspresi lembut, Yuuka bertanya pada Isami.
“Isami, apa sejak awal kau berniat membawa album itu untuk kau perlihatkan pada Yuu-kun?”
“Hm? Tidak, bukan begitu. Hanya saja ketika aku sedang di perjalanan dan mengalami masa sulit atau sedih—aku akan melihat foto-fotomu yang imut agar aku bisa merasa energik kembali.”
“…Oke, kita kesamingkan saja tsukkomi-mu itu. Nah, Isami, kau bisa melihat album-album itu di waktu yang kau mau saja, jadi mengapa kita tidak simpan lagi saja album-album iut?”
“Tapi sekarang adalah waktu aku ingin melihatnya.”
“Oke, aku mengerti! Kalau begitu, mengapa kau tidak melihatnya seorang diri di suatu tempat di mana orang lain tidak bisa melihatmu?”
Dari kata-kata Yuuka, dengan sangat jelas aku bisa merasakan aura [jangan menunjukkan album itu].
Tapi, karena aku tidak boleh membiarkan strategi album ini gagal…
“Aah, aku juga ingin melihat-melihat foto-foto masa kecilnya Yuuka. Bagaimanapun juga, aku ingin tahu seperti apa tunanganku saat masih kecil!”
“Aku juga ingin melihatnya. Aku yakin Yuuka saat masih kecil pasti imut banget!”
Bantuan serangan datang dari Nayu yang kenyataannya benar-benar serius ingin melihat album itu.
Mendengar apa yang aku dan Nayu katakan, Yuuka…,
“C-Cuman beberapa aja loh ya?! Dan juga, Isami, kau tidak memiliki foto yang aneh, kan? Kau sudah memastikan untuk mengeluarkan foto-foto seperti itu, kan?”
“Dalam hal itu kau bisa mempercayaiku, Yuuka.”
Dengan ekspresi yang jernih Isami menjawab begitu, dan entah bagaimana Yuuka berhasil diyakinkan.
Kemudian, halaman dari album yang tebal itu dibuka dengan perlahan.
“Pertama-tama, ini. Kupikir ini foto saat Yuuka belum genap berusia satu tahun? Ini adalah foto saat Yuuka mandi dengan ayah kami, foto telanjangnya Yuu——”
“Isamiiiiii!!!”
Dengan kecepatan yang luar biasa Yuuka mengambil album itu, dan kemudian tanpa ampun dia memukul dahi Isami menggunakan sikunya!
Menerima pukulan seperti itu, bahkan seorang Isami yang biasanya selalu bersikap tenang dan santai jadi mengerutkan keningnya.
“Yu-Yuuka…, bukankah kau tidak harus memukulku menggunakan sikumu? Bisa-bisa aku mati beneran, tau…”
“Berani-beraninya sedari awal kau menunjukkan foto seperti ini…, berani-beraninya kau menunjukkan fotoku yang tidak bermoral pada Yuu-kun! A-Aku bahkan…, aku bahkan belum pernah memperlihatkan tubuh telanjangku pada Yuu-kun?!”
“Tidak, Yuuka-chan! Kupikir mandi bareng dengan mengenakan pakaian renang sekolah jauh lebih tidak bermoral daripada sekadar foto bayi yang lagi mandi.”
“Mandi dengan pakaian renang? Situasi cosplay macam apa itu?”
“Kyaaa—! Sudah cukup, rasanya aku akan mati—!”
Rasa malu Yuuka sudah begitu tinggi sehingga dia tidak terkendali lagi, tapi untuk saat ini, aku memukul kepala Nayu di sampingku dengan sekuat tenaga.
——Take 2.
“Kalau begitu, pertama-tama foto ini…, ini adalah foto ketika aku baru lahir. Anak yang berpose di sampingku ini adalah Yuuka ketika berumur dua tahun.”
Di samping Isami yang masih bayi, Yuuka tersenyum cerah sambil menunjukkan pose peace. Karena di foto itu dia mengikat rambutnya menjadi twintail, itu membuat dia terlihat mirip seperti Yuuna-chan, jadinya aku tidak bisa menahan senyumku.
“Selanjutnya adalah foto ini. Ini diambil sebelum kami masuk SD saat kami bermain di taman di dekat rumah kami.”
“Bukankah Yuuka-chan yang sedang memegang tongkat plastik sambil tertawa itu tampak menakutkan?”
“Aku ingat loh, waktu itu…, sebagai ganti dari tongkat magical girl, Yuuka mengayun-ngayunkan tongkat itu dan memukul bangku-bangku di sekitar, dan pada akhirnya aku pun juga kena pukulannya…”
“Bukankah Yuuka-chan terlalu bandel? Wkwk, lucu banget.”
“Hentikan!! Aku minta maaf karena memukulmu, jadi tolong berhenti membicarakan masa kelamku!”
Yuuka berteriak, tapi dengan tenang Isami terus membalik halaman album.
“Foto ini kurasa diambil saat Yuuka kelas 2 SD. Anak yang memegang mainan compact perubahan itu adalah Yuuka.”
“Hee, jadi kau juga menyukai sesuatu seperti ini, ya, Yuuka?”
“Y-Yaah…, begitulah, ehehehe.”
“Ngomong-ngomong, compact itu adalah hadiah ulang tahun untukku. Beberapa menit setelah aku menerima hadiah itu, Yuuka jadi pengen punya itu, dan pada akhirnya itu menjadi seperti barang pribadinya.”
“Seriusan deh, Yuuka-chan terlalu bandel.”
“Hentikan?! Aku akan mencari mainan itu di online shop, jadi berhenti!”
Yuuka kembali berteriak, namun Isami masih tetap dengan tenang membalik halaman album——
“…Lah, tunggu sebentar, Isami?
“Hm, ada apa, Yuu-niisan? Masih ada banyak foto-foto imutnya Yuuka yang belum kuperlihatkan loh?”
Anak ini, dia sudah melupakan alasan utama kita melakukan ini.
Melalui album ini, kita akan membuat Yuuka mengingat kenangan masa kecil yang hangat dan dengan begitu meningkatkan hubungan antara mereka dua bersaudari—itulah yang menjadi tujuan utama dari strategi album ini.
Tapi, coba lihat Yuuka sekarang? Kok dia justru memegangi kepalanya dan menunjukkan ekspresi putus asa?
Ini gak boleh terus berlanjut seperti ini, di sini aku harus melakukan sesuatu.
“Aku sudah melihat banyak fotomu, tapi bukankah image-mu berbeda dengan yang sekarang? Saat kau masih kecil, kau anak yang seperti apa, Yuuka?”
“Eh…, erm, tentang itu…”
Terhadap pertanyaanku yang begitu tiba-tiba, Yuuka menunjukkan ekspresi bermasalah.
Dia kemudian melirik ke arah Isami, dan setelah itu dia mulai berbicara.
“Meskipun sekarang aku terlihat seperti ini, tapi…, saat masih kecil aku ini anak yang cukup bandel. Aku anak yang punya pemikiran [Aku adalah prioritas utama!], dan setiap kali aku punya sesuatu yang ingin kulakukan, aku akan ngotot ingin melakukan itu sehingga keluargaku akhirnya menyerah padaku.”
“Bahkan remot TV pun Yuuka juga yang kuasai.”
“……Maaf.”
“Tapi, aku banyak dibantu oleh Yuuka yang seperti itu loh. Soalnya, saat aku masih kecil, aku ini sangat pemalu.”
[Kakak] Bandel → polos, pendiam, dan tanpa ekspresi di sekolah
[Adik] Pemalu → cosplayer pria tampan
Astaga, mereka ini dua bersudari yang perubahan sebelum dan sesudahnya sangat intens…
“Aku orangnya pasif, tapi Yuuka terus melibatkanku dalam sesuatu, jadinya aku memiliki banyak pengalaman. Kami menjelajahi lingkungan sekitar bersama, menonton anime bersama…, dan, oh iya, dulu kau juga sering membacakan buku untukku ‘kan, Yuuka?”
“…Kau benar. Aku yang menyukai buku sama sekali tidak berubah sejak aku masih kecil.”
Isami kemudian kembali membalik halaman album.
Hm, apa itu foto yang diambil saat Isami sudah masuk SD?
Musim saat itu mungkn musim panas, soalnya mereka berdua mengenakan kamisol dan celana pendek, sedang berbaring di tempat tidur sambil melihat buku.
Mata Yuuka yang sepertinya sedang membaca buku di foto itu tampak berbinar, dan dia membuka mulutnya dengan lebar.
Di sisi lain, Isami menatap buku dengan tatapan yang serius.
“Oh! Ini sungguh nostalgia ya, Isami!”
“Ya. Aku suka sekali saat kau membacakanku buku saat itu.”
Sambil melihat foto-foto di album, Yuuka dan Isami mengobrol dengan asik.
“Saat kau sedang membaca, aku ingat sekali kesan yang seolah-olah kau sedang berada di dunia buku, Yuuka. Suaramu saat itu sangat indah, dan kau juga sangat pandai membaca buku dengan penuh emosi.”
“…Itu memalukan, tapi terima kasih, Isami. Yah…, sejak saat itu aku sering dipuji karena memiliki suara yang indah, terutama dari Isami. Kupikir, itulah sebabnya aku termotivasi untuk menjadi aktris pengisi suara.”
“Maksudmu kau menjadi pengisi suara karena aku?”
“Jangan terlalu ke-pd’an gitu. Tapi yah…, kurasa sebagian itu memang karena kamu, Isami.”
Mengatakan itu, Yuuka tersenyum malu-malu.
Melihat Yuuka seperti itu, Isami pasti merasa senang.
Tapi, meskipun tidak masalah sekalipun dia berhenti di sini…, tapi Isami kembali membalik halaman album, dan mulai berbicara dengan penuh semangat.
“Ngomong-ngomong soal motivasi menjadi aktri spengisi suara, ada juga foto yang dulu diambil saat kau kelas 6 SD, apa kau mengingatnya, Yuuka?”
Di foto yang Isami tunjukkan, Yuuka mengenakan gaun one-piece yang lucu yang dihiasi dengan embel-embel.
Tapi…,wajahnya di foto itu terlihat mengerikan.
Solanya, riasan di wajahnya terlihat sangat aneh.
“Aku akan berdandan seperti idol!, kau mengatakan itu, lalu kau menggunakan riasannya ibu tanpa izin. Kau menaruh bedak ke pipi hingga dahimu, dan lipstik yang kau pakai mencuat sampai ke bawah hidungmu—dan dengan penampilan itu, kau menanyikan lagu idol terkenal. Yah, saat itu suaramu terdengar seindah yang terdengar dari TV…”
Ekspresi di wajah Yuuka perlahan-lahan menghilang…, tapi Isami yang terlalu asik berbicara sama sekali tidak menyadari itu.
Dan kemudian, layaknya sedang memberikan kutukan—Yuuka bergumam:
“…Aku membencimu, Isami.”
Setelah itu, malam harinya.
Tidak perlu dikatakan lagi——aku terpaksa harus mendengarkan rengekan dan tangisannya Isami.