“Baiklah, Yuuka-chan, Nii-san, aku akan pergi jalan-jalan selama beberapa hari.”
Sambil memakai sepatu di pintu masuk, Nayu mengambil tas jinjingnya saat dia mengatakan itu. Meskipun sebentar lagi akan Obon, tapi dia berencana untuk jalan-jalan bersama teman-temannya yang berbeda dari saat dia jalan-jalan sebelumnya.
“Semoga perjalanmu menyenangkan, Nayu-chan! Hati-hati di jalan, ya!”
“Apa kau akan langsung kembali ke tempat ayah saat kau selesai jalan-jalan?”
“Hah? Mengerikan…, mencoba meyingkirkan adiknya sendiri dari rumah, bukankah itu adalah tindak kriminal? Mengapa pula aku harus menghabiskan liburan musim panasku dengan ayah? Apa kau ini tolol? Sudah pasti aku akan pulang ke rumah ini.”
Mengatakan itu, Nayu menatapku dengan mata penuh celaan.
Tidak, bukannya aku keberatan kalau dia mau pulang ke sini, cuman…, bukankah ayah terlalu kasihan?
Saat aku memirkikan itu, Nayu tiba-tiba menarik lenganku dan berbisik.
“…Nii-san, saat aku pergi, buatlah progres yang baik dengan Yuuka-chan. Mumpung Isami juga tidak ada di rumah, jadi ini adalah kesempatan besar untukmu.”
Seperti yang dia katakan, tadi pagi Isami sudah pergi dari rumah untuk mengejar kereta pertama, dengan membawa barang bawaan yang sebanyak barang bawaan yang Nayu bawa untuk jalan-jalan. Dia bilang dia mau tinggal di rumah temannya selema beberapa hari dan setelah itu kembali ke kampung halamannya.
“Kalau Isami ada di sini, segala sesuatunya akan menjadi rumit…, jadi jika kau adalah laki-laki, maka kau harus mengambil keputusan.”
“…Ambil keputusan apa? Lagian, bukannya kau sendiri juga selalu membuat situasi jadi rumit?!”
“Haah…, seriusan, kau ini sungguh tidak peka’an, ya? Bukankah itu sudah jelas? Buatlah buah hati kalian.”
“Kau ini tolol apa?”
“Kaulah yang tolol?! Lagian, jika kau tidak membuat anak dan membuat Yuuka-chan terikat denganmu, kau pasti akan dicampakkan. Bagaimanapun juga, kau itu pria yang sama sekali tidak berharga.”
…Aku merasa sangat direndahkan, tapi kurasa tidak ada gunanya mencoba meladeninya.
——Dan begitulah, setelah Isami pergi, Nayu juga pergi jalan-jalan.
Dengan begini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, selama beberapa hari kedepan…, aku dan Yuuka akan menikmati waktu berduaan saja.
“……”
Duduk di sofa di ruang tamu sambil ngopi, kulihat Yuuka naik ke kamarnya.
Ketika Nayu dan Isami ada di rumah, rumah yang biasanya berisik tiba-tiba menjadi sunyi, dan ketika aku berpikir bahwa di rumah ini cuman ada aku dan Yuuka…, aku jadi berpikiran aneh-aneh hingga membuatku merasa gelisah…
“Lebih baik aku nonton anime saja…”
Menggumamkan itu, saat aku mengambil remot TV…
“—Baiklah! Aku akan mengumumkan siapa yang memenangkan kampanye!”
Yuuka, yang sepertinya sudah berada di lorong sebelum aku menyadarinya, meninggikkan suaranya tanpa konteks apa-apa.
Kampanye? Apa yang dia bicarakan?
Saat aku berpikir begitu…,
“Kalau begitu, aku akan mengumumkannya! Dem dem dem dem dem dem—jang jang! Pemenang kampanyenya adalah…, [Malaikat Maut Jatuh Cinta]! Hore, plak, plak, plak, plak. plak!”
“Erm, maaf Yuuka, tidakkah kau terlalu bersemangat…”
“Dengan begini, hari ini, aku—Izumi Yuuna, akan menjadi [Yuuna], dan akan pergi mengunjungi rumahnya [Malaikat Maut Jatuh Cinta]!”
Menyela kata-kataku dan mengatakan itu dengan tegas—Yuuka memasuki ruang tamu.
Tidak…, itu bukanlah Yuuka.
Dia memakai wig panjang berwarna cokelat yang diikat dalam model twintail. Dia tidak memakai kacamatanya, jadi matanya tampak terkulai, dan mulutnya melengking seperti mulut kucing. Dia mengenakan tunik merah muda bermotif emas, rok mini kotak-kotak, dan kaus kaki hitam setinggi lutut.
Tidak salah lagi, malaikatku, Yuuna-chan, dia telah muncul di dunia nyata.
OK, aku mati.
“Halo! Yuuna datang ke sini untuk bermain!”
Berpakaian sebagai Izumi Yuuna, Yuuka mengatakan itu seolah-olah itu adalah hal yang wajar.
Merasa bingung dengan situasi ini, aku memutuskan untuk bertanya.
“Erm…, Yuuka? Apa tujuanmu melakukan ini? Tempo hari kita memeragakan simulasi sekolah, jadi apa tujuanmu juga sama seperti itu?”
“Issh! Kau jahat sekali, Malaikat Maut! Aku Yuuna! Namaku bukan Yuuka! Aku tidak percaya kau bisa salah mengira aku sebagai gadis yang lain…, aah, udahlah, aku tidak peduli lagi!”
OK. Sekali lagi, aku mati.
“Kau tahu? Hari ini ada projek kampanye [Yuuna akan datang ke rumahmu!]! Dan karena fans nomor satu Yuuna, [Malaikat Maut Jatuh Cinta] memenangkan kampanye itu—jadi Yuuna keluar dari dunia dua dimensi dan datang ke sini! Ehehehe!”
Ini artinya…, orang yang kuhadapi saat ini bukanlah Watanae Yuuka, bukan juga Izumi Yuuna.
Dengan kata lain, dia adalah Yuuna-chan yang keluar dari dalam gim?
Sepertinya hukum dimensi telah terganggu.
Otakku mulai terasa kabur, seolah-seolah saat ini aku sedang bermimpi.
“Kalau begitu, mulai sekarang—Yuuna akan bersenang-senang dengan Malaikat Maut.., jadi persiapkanlah dirimu, oke?”
Ya, ya, aku mengerti—Yuuna-chan.
Saat ini, aku mengerti bahwa aku telah melampui semua dimensi dan masuk ke dunia mimpi.
Aku merasa seperti aku tidak akan pernah kembali ke kenyataan lagi, tapi…, selama ada cinta, itu tidak masalah, kan?
—
[Masa…, saat ini aku sedang bersama Yuuna-chan.]
[Ooh, Yuuichi! Jadi kau juga telah mencapai tingkat itu, ya! Ngomong-ngomong, selama 24 jam terakhir Ranmu-sama ada di depanku!]
Dalam perasaan senang, aku mengirimkan pesan LINE kepada Masa, tapi sepertinya dia jauh merasa lebih senang daripada aku. Yah, dalam kasusnya Masa, dia cuman sekadar berkhayal doang sih.
“Hei! Aku ada di sini, jadi jangan sibuk sendiri dengan ponselmu!”
Saat aku duduk di sofa dalam postur membungkuk ke depan, Yuuka menyelinap ke belakangku dan memelukku dengan erat.
OK, lagi dan lagi, aku mati.
“…Kau sungguh tak termaafkan membuatku jadi terlihat seperti ini. Sebagai hukumannya…, katakan ‘aku mencintaimu’ seratus kali!”
“Hiii?!”
Bisikan di telingaku mengirimkan sesuatu seperti alur listrik manis yang tak terlukiskan ke seluruh tubuhku. Soalnya, yang barusan itu adalah versi aransemen dari kalimat yang Yuuna ucapkan di event sebelumnya.
Haah, berapa kali aku harus mati gara-gara ini…?
“Ehehehe, hei, hei, Malaikat Maut? Apa kau senang bermain bersamaku?”
“Malah aku terlau kegirangan, Yuuna-chan…”
“Begitukah? Baguslah, ehehehe♪”
Masih memelukku dengan erat dari belakangku, Yuuna-chan tertawa bahagia,
Aaah, rasanya kepalaku akan meleleh,
Tapi…, tiba-tiba, wajah Yuuka terlintas di benakku.
Aku tahu kalau dia melakukan ini untukku, jadi sudah pasti aku merasa senang. Hanya saja, mengapa Yuuka memutuskan untuk melakukan ini hari ini——
“[Malaikat Maut Jatuh Cinta]…, bisakah kau mendengarku sebentar dalam posisi ini?”
Saat aku terhanyut dalam pikiranku, Yuuna-chan menyandaran dahinya di punggungku dan mulai bergumam.
“Kau tahu, Yuuna berada di urutan ketiga puluh sembilan dalam [Voting Delapan Alice Pertama].”
“Ya, aku tahu kok. Selamat ya, Yuuna-chan.”
“Terima kasih, [Malaikat Maut Jatuh Cinta]… Menurutku, berkat dirimulah aku bisa melangkah sampai sejauh ini. Karenanya, hari ini, aku ingin berterima kasih padamu untuk itu.”
Ungkapan terima kaih Yuuna-chan untuk [Malaiat Maut Jatuh Cinta].
Apa untuk megungkapkan itu dengan cara yang tepat, Yuuka repot-repot menciptakan situasi ini?
“Terima kasih, Yuuna-chan… Tapi, kau salah. [Malaikat Maut Jatuh Cinta] tidaklah memiliki kekuatan seperti itu. Semuanya, segala seuatunya…, adalah hasil dari kerja kerasmu, Yuuna-chan.”
“…Tidak peduli seberapa terpuruknya [aku], [Malaikat Maut Jatuh Cinta] selalu ada untuk mendukungku… Hal itu membuatku sangat bahagia.”
Suara Yuuna-chan terdengar bergetar, dan ada perubahan dalam nada suaranya.
Tapi, aku tidak berani menunjukkan itu, dan hanya terus mendengarkan ucapan-[nya].
“Sebelum aku menjadi pengisi suara…, aku orangnya tidak punya kepercayaan diri. Karenanya, aku mencoba memberanikan diriku dengan mengikuti audisi [Alice Stage], dan menjadi Izumi Yuuna… Tapi, aku masih tetap gagal, membuatku jadi selalu merasa depresi.”
“Tapi, di musim dingin saat aku kelas 3 SMP…, suaramu menyelamatkanku, Yuuna-chan. Kau tidak selalu gagal, suaramu dengan pasti telah menyelamatkan [Malaikat Maut Jatuh Cinta].”
“…Akulah yang diselamatkan.”
“Tidak, justru akulah yang diselamatan.”
Saat kami bertukar kata-kata seperti itu, dengan perlahan aku menoleh ke belakang dan melihat Yuuna-chan yang menangis telah kembali menjadi Yuuka.
Segera, aku mengelus kepala Watanae Yuuka.
Wig cokelatnya yang dia ikat jadi twintail berayun lembut.
“Terima kasih untuk segalanya, Yuuka.”
“A-Aku juga…, terima kasih untuk segalanya, Yuu-kun… Aku sangat mencintaimu!”
Berseru begitu, Yuuka tertawa.
Senyuman polos yang dia tampilkan itu mirip seperti Yuuna-chan.
Namun, dia yang kini tersenyum itu adalah Yuuka yang biasanya.
Entah mengapa, saat melihatnya tertawa seperti itu, aku juga selalu ikutan tertawa..
—
“Yuu-kun, Yuu-un, Yuu-kun, Yuu, yuu, yuu♪”
Berbaring di pangkuanku, dalam suasana hati yang baik Yuuka mennyeru-nyerukan namaku tanpa alasan sama sekali. Dia telah berganti dari mode Yuuna-chan-nya dan mengenakan pakaian one-piece biru muda dengan rambut hitam halus yang digeraikan seperti biasanya.
Entah mengapa, rasanya aku malu saat melihat Yuuka tersenyum bahagia sepanjang waktu…, jadi aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan asal mengotak-atik ponselku.
“Jadi? Bagaimana perasaanmu ketika Yuuna datang ke rumahmu?”
“Aku merasa seperti hidupku berada dalam bahaya…. Itu terlalu luar biasa sampai-sampai kupikir aku akan mati.”
“Ehehehe~ selama kau merasa bahagia, maka itu yang terbaik!”
“…Sekalipun kau tidak melakukan sesuatu yang istimewa seperti tadi, asalkan ada kamu, setiap hari aku bahagia kok.”
Setelah mengatakan itu, secara refleks aku langsung menutup mulutku.
Kayaknya, barusan…, aku mengataan sesuatu yang sangat memalukan, bukan?
“Yu-yu-yu-yu-kun!”
Tapi, sepertinya itu sudah terlambat.
Yuuka yang mendengarkan kata-kata sontak membelalal dan membenamkan wajahnya di sekitar perutku. Napasnya yang hangat membuatku merasa geli.
“…Aku juga bahagia. Sejak aku menjadi tunanganmu…, aku sungguh bahagia!”
“…Ya.”
Mengatakan itu, aku dengan lembut mengelus kepalanya. Rambut hitamnya yang tergerai menggelitik ujung jariku.
Saat Nayu dan Isami ada di rumah, keseharian terasa menyenangkan meskipun ada kalanya terlalu berisik.
Tapi, saat menghabiskan waktu dengan santai berduaan dengan Yuuka seperti ini, rasanya hatiku seperti dipenuhi dengan kehangatan.
…Tanpa sadar, ekspresi di wajahku jadi melunak.
“Aaah, kau tertawa!!”
Melihat ekspresiku, Yuuka menyipitkan matanya dalam kebahagian.
“Kau sendiri juga tertawa, bukan?”
“Tentu saja aku tertawa. Lagian, sudah sewajarnya seseorag akan tertawa saat orang yang mereka cintai tertawa.”
Setelah membuat lelucon seperti itu, Yuuka menunjukkan senyum lebar, dan berkata:
“Baik Yuuka dan Yuuna akan selalu berada di sisimu! Karenanya…, ayo kita tertawa bersama-sama?”
Sungguh, kau sudah membuatku tertawa lebih dari cukup.
Yah, aku sendiri juga berpikir bahwa mulai sekarang dan kedepannya, semoga kami bisa bisa terus tertawa bersama-sama.