Sementara Yuichi melihat sekeliling dengan waspada, aku meninggalkan kamar dan menuju ke bawah.
Karena struktur rumahku, aku tidak bisa menuju pintu depan tanpa melewati ruang tamu, jadi aku membuka pintu ke ruang tamu.
Di sana aku melihat Rinke, yang sudah memasak dan sedang makan sarapan.
“Rinke, selamat pagi.”
“Selamat pagi… Apakah kamu akan keluar, Onii-chan? Bagaimana dengan sarapannnya?”
Kursi yang berseberangan dengan tempat duduk Rinke, tempatku selalu duduk, sudah disiapkan sarapan.
Ya ampun, aku lupa memberitahu Rinke bahwa aku tidak ingin sarapan hari ini. Aku merasa tidak enak karena tidak memberitahunya tentang hal itu.
“Maaf, aku sedikit buru-buru sekarang. Aku juga tidak butuh makan siang. Berikan saja sarapannya pada Yuichi di lantai atas.”
“Apa? Apakah kamu dan Yuuichi-san tidak pergi bersama?”
Kata “Yuuichi-san” keluar dari mulut Rinke, tapi itu adalah kata yang sangat baru dan asing.
Karena di cerita aslinya, Rinke memanggil Yuuichi dengan sebutan “Shigemoto-senpai” atau “Senpai”.
Hmm, sepertinya jaraknya semakin dekat, tapi juga semakin jauh.
Dalam cerita aslinya, menurutku banyak penggemar berpikir bahwa Rinke imut saat memanggilnya “senpai”.
Yah, itu tidak penting.
“Aku dan dia akan ketemuan dengan orang yang berbeda. Jadi, aku akan pergi lebih dulu darinya. Dia mungkin akan keluar rumah kurang lebih satu jam lagi, tapi kurasa dia tidak akan keluar kamar sekarang, jadi tidak apa, kan?”
“U-Uh, ya, oke… tapi Onii-chan, kamu mau kemana buru-buru begitu?”
“Aku hanya akan berada di tempat janjian sedikit lebih awal agar tidak membuat orangnya menunggu.”
Ya, aku hanya akan berada di sana sedikit lebih awal darinya. Hanya sekitar satu jam sebelum waktu yang dijanjikan.
“A… A-Apakah kamu juga akan jalan dengan cewek?”
“Yah, begitulah”
Dan aku akan bersama wanita favoritku, Sei-chan… Wow, aku jadi gugup setelah memikirkannya lagi.
Aku berjalan melewati ruang tamu dan memakai sepatuku di pintu depan.
Kemudian Rinke, yang sedang sarapan, mengikutiku ke arah pintu.
Jangan bilang kalau, demi kakakmu, kamu sampai berhenti sarapan terus menuju pintu hanya untuk bilang “Hati-hati di jalan”?
Sungguh adik yang imut…!
“E-Eh… Onii-chan, apa kamu ada kencan hari ini?”
“Ini sedikit beda dari kencan… tapi yah, jalan dengan seorang cewek berduaan. Jadi, itu bisa disebut kencan juga sih.”
“B-Bohong.”
“Aku tidak bohong. Aku tidak sepicik itu untuk berbohong soal itu.”
Aku duduk dan memakai sepatu, menghadap ke arah pintu depan, jadi aku tidak bisa melihat wajah Rinke di belakangku.
Tapi dari suaranya, dia sepertinya sedikit sedih…
Sambil berpikir begitu, aku memakai sepatu luar ruangan, berdiri dan berbalik menghadap Rinke.
“Kalau begitu, aku pergi dulu. Maaf karena kau sudah membuatkan sarapan untukku, tapi aku yakin Yuuichi akan senang memakan itu. Bahkan, jika dia tidak senang, kamu boleh menendang pantatnya.”
“…U-Un, mengerti.”
“Hm? Ada apa? kamu tidak terlihat terlalu sehat… “
“Tidak, aku baik-baik saja… Hati-hati di jalan.”
“Ahh, aku pergi.”
Aku sangat senang mendengar adikku yang imut mengucapkan selamat jalan.
Aku membuka pintu depan dan berjalan keluar, bertanya-tanya tentang Rinke yang sedikit terpaku di dalam rumah.
Hal pertama yang aku lakukan saat aku keluar rumah adalah melihat sekeliling…
Biasanya aku tidak melakukan ini, tapi hari ini aku harus melakukannya.
Alasannya adalah karena… Ah, mungkinkah itu?
Ada mobil hitam yang diparkir tepat di luar rumahku.
Itu bukan mobil yang mencolok seperti limusin, tapi jika kalian perhatikan baik-baik, itu adalah mobil mewah biasa.
Tidaklah wajar melihat mobil mewah seperti itu di daerah pemukiman yang sepi di pagi hari.
Mungkin saja itu mobil tetanggaku, tapi kalau memang begitu, mereka biasanya memarkirnya di garasi rumah mereka atau semacamnya.
Maksudku, itu mungkin saja… mobil Tojoin-san.
Aku berjalan melewati mobil tersebut, berpura-pura tidak menyadarinya, dan menuju ke tempat janjian.
Sambil berjalan, aku mengetik di RINE dan mengirim pesan ke Yuichi dan Sei-chan.
Aku sadar kalau ada kemungkinan besar dia akan mengikutiku ke lokasi kencan.
Yuuichi langsung membalas.
“Seriusan… Maaf, tapi aku ingin kau menghentikan Kaori.”
“Siap. Jadi, apakah kau sudah menyingkirkan Kecoa-kun?”
“Tidak. Serius, aku tidak tahu di mana makhluk itu, jadi aku sama sekali tidak bisa tenang.”
Dasar tak berguna.
Lalu aku mendapat RINE lain dari Sei-chan tepat setelah itu.
“Begitu ya. Kalau begitu, kita harus pastikan untuk mengawasi kencan Shiho dan Shigemoto, serta menghentikan dia. Ngomong-ngomong, apakah Hisamura sudah keluar rumah? Kita masih ada sedikit waktu sebelum waktu janjian, lho?”
Oh tidak. Jika aku tidak berpikir cepat-cepat, Sei-chan akan tahu kalau aku sudah keluar jam segini.
“Tidak, aku belum keluar. Aku cuma melihat ke luar jendela dan menemukan sebuah mobil mewah yang tampak mencurigakan diparkir di luar rumah.”
“Begitukah? Kalau begitu baguslah.”
Akan sangat memalukan jika dia mengetahui kalau aku terlalu bersemangat hingga aku berangkat satu jam lebih awal demi pergi ke tempat janjian.
Selain itu, mungkin itu akan membuat Sei-chan merasa tidak nyaman mengetahui bahwa aku sudah pergi.
Hmm? RINE-ku terus dibombardir oleh Sei-chan.
“Sudah lama sejak aku pergi ke taman hiburan, jadi aku sangat menantikannya.”
“Uuuhh… imutnya.”
Tampaknya, Sei-chan berusaha menghentikan jantungku sebelum kencan dimulai.
Sangat imut dan menyakitkan sampai hatiku sakit melihatnya….
Kesenjangan antara gadis kalem seperti Sei-chan yang mengirim pesan semacam ini sangat imut hingga membuatku tak bisa berkata-kata.
“Aku juga sangat menantikan untuk bisa pergi ke taman hiburan bersamamu, Sei-chan.”
Aku mengirimkan perasaan jujurku dan naik kereta ke tempat janjian, sambil merasa bersemangat.