“Oh, aku minta maaf karena mengganggumu barusan. Apa yang ingin kamu katakan ketika aku pergi mencari Tojoin-san barusan?”
“Eh? A-AH…! Yah.. Itu .. Uh … Yah, kamu tahu … Aku hanya ingin bilang kalau kita harus bergegas dan mengikuti mereka secepatnya.”
“Begitu ya. Maaf. Aku kabur begitu saja tanpa mendengarkanmu sama sekali.”
“Tidak, tidak apa-apa. Maksudku, pada akhirnya kamu ada di sini bersamaku.”
Fakta bahwa aku melihat mereka bertiga melakukan keributan saat ini berarti aku dan Sei-chan ada di sini untuk melihat tempat terang benderang yang indah ini.
Penerangannya seperti ladang bunga. Sangat indah.
“Indahnya…”
“Ya, benar.”
Untuk sementara… Aku dan Sei-chan hanya berdiri di sana mengagumi keindahan hiasan cahaya dalam diam.
Tapi sejujurnya, aku sebenarnya hanya menatap wajah Sei-chan sepanjang waktu saat dia melihat hiasan cahaya.
Melihat dari samping, aku bisa melihat wajah Sei-chan bersinar oleh cahaya. Itu sangat indah. Aku merasa lebih bermanfaat untuk menatapnya yang sedang melihat hiasan cahaya daripada benar-benar melihat hiasan cahaya taman itu sendiri.
“Hm? A-Ada apa, Hisamura? Kenapa kau menatapku selama ini?”
Seperti yang diduga, setelah menatapnya selama beberapa menit, dia berhasil menyadariku dan dengan demikian dia dengan malu-malu bertanya padaku sebagai gantinya.
“Fufu, maaf, aku hanya sedang mengagumi Sei-chan.”
“Apa?! K-Kamu ini benar-benar…”
Wajah Sei-chan memerah lagi, tapi seperti yang diduga, dia sudah sedikit terbiasa sekarang, jadi dia tidak terlalu kaget dari biasanya.
Tapi, terlalu imut untuk melihat dia melirikku sesekali sambil masih mencoba melihat hiasan cahaya lagi.
“Sei-chan, bolehkah aku mengatakannya lagi, sekali lagi, di sini?”
“A-Apa yang akan kamu lakukan?”
Kami sedang melihat hiasan cahaya bersama, tapi sekali lagi aku menoleh ke arah Sei-chan.
Sei-chan juga gugup tapi dia masih menoleh ke arahku.
Mata Sei-chan menembus mataku.
Aku sangat gugup sehingga kakiku gemetaran.
Aku menyatakan perasaanku pada Sei-chan sebelumnya, di kelas tepat sepulang sekolah.
Tapi sejujurnya, aku hanya bisa melakukan itu karena kupikir aku sedang bermimpi saat itu.
Aku sebenarnya tidak menyangka akan terlempar ke dunia manga, jadi aku berasumsi kalau aku hanya sedang bermimpi dan aku sekedar meneriakkan cintaku untuk Sei-chan.
Tapi sekarang… aku sadar… Ini nyata dan aku benar-benar berdiri tepat di depan Sei-chan kesayanganku.
Ini tidak seperti aku secara sembarangan meneriakkan cintaku padanya sekarang.
Tidak sama seperti saat aku membaca manga. Ini bukanlah karakter Sei Shimada. Ini adalah Sei Shimada, orang sungguhan yang menjalani kehidupan gadis sungguhan.
Ini akan menjadi pengakuan seriusku. Dari Tsukasa Hisamura ke Sei Shimada.
“Sei-chan, aku mencintaimu.”
“…”
“Aku menyukai Sei-chan yang menyembunyikan perasaannya demi temannya dan diam-diam mendukungnya dari belakang, tapi aku tidak suka Sei-chan yang menyembunyikan semua yang dia alami dan memendamnya sendirian. Aku ingin menjadi seseorang yang benar-benar dapat mendukung Sei-chan dan membuatnya bahagia.”
Aku sangat malu tapi aku berhasil mengatakannya langsung ke mata Sei-chan.
Sei-chan juga menatapku dengan mata berkaca-kaca.
“Aku suka Sei-chan yang terlihat keren dan gagah. Aku suka Sei-chan yang bertingkah malu dan mudah memerah. Aku suka Sei-chan yang tersenyum bahagia setelah dia makan atau minum sesuatu yang manis. Aku sudah mengenalmu jauh lebih baik daripada ketika aku pertama kali menyatakan perasaan, dan aku semakin jatuh cinta padamu.”
“…”
“Aku mencintaimu Sei-chan, tolong pacaranlah denganku!”
Aku menyatakan maksudku sampai akhir.
Jantungku berdetak sangat kencang sekarang, rasanya seperti akan melompat keluar dari mulutku.
Sei-chan mendengarkan kata-kata pengakuanku dengan tenang, wajahnya memerah saat mendengarkanku, tapi dia tidak pernah sekalipun berpaling dariku.
Yang harus aku lakukan adalah menunggu jawabannya.
Sei-chan sudah lama menatap mataku, tapi setelah beberapa saat dengan malu-malu memalingkan muka, tatapan kami terhubung sekali lagi.
“Terima kasih. Aku amat, sangat senang. Pengakuan cintamu sebelumnya muncul tiba-tiba, dan kurasa aku terlalu bingung untuk memberitahumu, tapi aku juga sangat senang saat itu.”
Saat waktu itu. Sei-chan sangat bingung sehingga dia langsung lari dariku.
Tapi itu hanya karena aku menembaknya tiba-tiba, dan aku pikir aku sedang bermimpi, jadi aku memohon padanya untuk segera menjawabku agar aku bisa tahu apa yang dia pikirkan tentangku sebelum aku terbangun.
Apakah kamu memikirkan apa yang terjadi saat itu juga…?
“Aku juga bersenang-senang bermain dan mengobrol denganmu hari ini. Saat kita pergi ke kafe, aku harus berinteraksi denganmu dalam banyak cara berbeda, dan aku juga jadi mengenal lebih banyak tentangmu. K-Kencannya, ini pertama kalinya aku berkencan. Itu sangat menyenangkan.”
Sei-chan berkata dengan sangat malu-malu.
Dia memalingkan muka dariku beberapa kali, tapi setiap kali dia berbicara, dia memastikan kalau dia menatap mataku dengan kuat sebelum dia mengucapkan kata-katanya.
“Tidak… bukan hanya itu. Bukan hanya kencannya sendiri yang menyenangkan. Karena bersamamu-lah, Hisamura, makanya itu menyenangkan. Menyenangkan bisa berkencan denganmu.”
“….”
Pria mana yang tidak senang mendengar hal seperti itu dari wanita yang dicintainya?
Jantungku berdetak lebih kencang, bukan hanya karena aku gugup, tapi karena aku menduga itu akan segera berdetak lebih cepat.
“Aku tahu masih banyak yang belum kita ketahui tentang satu sama lain, dan perasaanku terhadap Hisamura mungkin belum sekuat yang kau rasakan terhadapku, tapi aku tidak akan berbohong tentang perasaanku padamu lagi.”
“…!”
“Jadi itulah sebabnya… aku akan melakukan yang terbaik untuk mengejarmu.”
Sei-chan menatapku dengan mata berkaca-kaca dan membuat pernyataan.
“Jika kamu tak masalah denganku… Tolong jaga aku.”
Aku tidak bisa bernapas sejenak.
Aku tidak salah dengar, kan?
“B-Benarkah? K-Kamu akan pacaran denganku?”
“Y-Ya… J-Jika kamu tak keberatan denganku!”
“Karena kamu Sei-chan, aku ingin pacaran denganmu.”
“Y-Ya…”
“S-Serius? S-Sei-chan akan menjadi pacarku?”
“Uuu… J-Jangan mengatakan itu keras-keras.”
Sei-chan menggeliat dan terlihat sangat malu saat dia menyusut.
Aku akan berkencan dengan gadis manis ini, Sei-chan…
Aku mencintaimu bahkan sebelum aku datang ke dunia ini, dan aku makin mencintaimu setelah aku datang ke dunia ini.
“Aku sangat senang… Aku akan mati.”
“Ku… Kamu terlalu sering mengatakan hal-hal seperti itu.”
“Tidak… Aku benar-benar SAAAAAAAAANGAT akan mati bisa berpacaran dengan Sei-chan.”
“…”
Aku sedang melihat ke atas dengan tangan menutupi wajahku ketika aku merasakan sedikit tarikan di ujung jaketku.
Aku melepaskan tanganku dan menatap ke bawah untuk melihat Sei-chan sedikit mendekat denganku daripada sebelumnya. Dia berada tepat di dadaku, menarik-narik ujung jaketku dengan jari-jarinya.
“J-Jangan bilang kalau kamu akan mati… Kamu akan membuatku bahagia, kan?”
“Ayo kita menikah.”
“HAH?!”
“Oh, aku melakukan kesalahan. Tunggu, tidak, aku tidak melakukan kesalahan.”
Sejauh yang aku ketahui, aku serius ingin menikah.
Jika kau cukup berani untuk bilang kalau kau akan membuat dia bahagia seumur hidup, kau tentunya harus berpikir sampai sejauh itu.
“Y-Yah, kamu tahu, aku belum bisa menjawab itu, tapi aku akan memberi tahumu bagaimana kelanjutannya.”
“Ah… D-Dimengerti.”
Sei-chan sangat imut sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menggunakan bahasa formal ketika dia menanggapi kata-kataku yang tiba-tiba, dia menanggapinya dengan sangat serius.
Pacarku terlalu imut!
S-Sei-chan benar-benar menjadi pacarku.
Aku sangat senang, aku benar-benar akan mati. Tunggu, tidak, aku tidak akan mati.
Aku pasti akan hidup dan membuat Sei-chan bahagia.
Maksudku, Sei-chan meraih sedikit ujung bajuku, dan dia sangat dekat denganku sekarang.
Jika salah satu dari kami mengambil setengah langkah maju, tubuh kami pasti akan saling bersentuhan.
Mungkin Sei-chan juga lupa diri tapi dia terus melirik ke arahku, melihat ke bawah dan kemudian segera mulai melirik ke atas, ke arahku lagi.
Aku sangat ingin memeluknya…!
“Bolehkah aku, eh, memelukmu?”
“Eh? A-Ahh… tentu.”
“P-Permisi.”
Setelah mendapat izin, aku melingkarkan tanganku yang gemetar ke punggung Sei dan dengan lembut memeluknya.
“Hmm…”
Saat dia memelukku, dia menghela nafas senang dan kemudian dia juga melingkarkan tangannya di punggungku.
Aku sedang memeluk Sei-chan sekarang.
Ini sangat hangat dan lembut.
Aku ingin memeluknya selamanya.
Tapi aku masih tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk memeluknya dengan tenaga yang cukup agar dapat memeluknya erat.
Tiba-tiba, Sei-chan mengerahkan seluruh tenaganya ke lengan di sekitar punggungku dan mulai memelukku erat-erat.
“S-Sei-chan?”
“A-Ah…K-Kamu juga, ayo peluklah sedikit lebih erat!”
“…!”
Ah, ya ampun… terlalu… imut…
Aku melakukan apa yang diperintahkan dan melingkarkan tanganku di punggungnya dan memeluknya erat-erat.
“Hnng…!.!”
Suara yang lebih merangsang keluar… Aku tidak tahan lagi.
“Sei-chan. Maaf. Aku mimisan.”
“EH?!”
Aku berhenti memeluk Sei-chan, menutupi darah yang menetes dari hidungku dengan tangan, dan menjauh agar tidak mengenainya.
Sei-chan juga bergegas mengeluarkan tisu dari tasnya.
“K-Kenapa kamu tiba-tiba mimisan?”
“Sei-chan terlalu imut. Aku menjadi sedikit bergairah.”
“K-Kamu harus terbiasa dengan ini… Kalau tidak, kita tidak akan bisa melangkah lebih jauh… Tunggu, t-tidak, bukan apa-apa.”
“Apakah Sei-chan mencoba membuatku pingsan seperti Yuuichi yang ada di sana itu?”
“Tidak, tentu saja tidak!”
“Pokoknya, aku membutuhkan beberapa tisu lagi. Apa yang baru saja kamu katakan membuatku semakin mimisan.”
“Hei, apakah tubuhmu baik-baik saja?”
“Aku yakin tidak apa-apa. Ini mungkin tidak akan membunuhku. Ada seorang pria yang hampir meninggal karena mimisan tapi aku rasa aku tidak separah itu. Aku akan baik-baik saja.”
Itu berakhir dengan gaya membosankan tapi begitulah caraku bisa jadian dengan Sei-chan.
Aku tahu aku terus mengatakan ini, tapi aku sangat senang hingga aku akan mati, dan aku benar-benar ingin membuat Sei-chan bahagia tanpa mati.