Setelah Hisamura pergi, aku masuk ke rumah dan makan malam.
Aku lupa kalau aku belum makan malam sampai lewat jam sembilan.
“Maaf…”
Jika aku belum makan sebelumnya, itu berarti Hisamura, yang telah menemaniku selama ini, juga belum makan.
Aku merasa tidak enak ketika aku membuatnya tetap menemaniku di lapangan basket sepanjang waktu. Yang jelas-jelas membuatnya telat makan malam.
Dia mungkin hanya akan bersikap baik dan berkata “Jangan dipikirkan kok.”
Aku terkekeh memikirkannya.
Hisamura terlalu baik, jadi mudah membayangkan kalau dia akan bilang begitu padaku.
Jika aku adalah wanita yang jahat, dia akan diperlakukan seperti pria yang hanya untuk keuntunganku saja.
Dia adalah orang yang baik dan ramah, jadi meskipun orang yang dia cintai adalah wanita yang jahat seperti itu, kemungkinan besar dia akan tetap memperlakukannya dengan baik.
Sei-chan membayangkan hal seperti itu pada dirinya sendiri dan menjadi sedikit frustrasi memikirkannya.
Yah, aku tidak akan pernah melakukan itu. Aku bukan salah satu dari wanita jahat itu. Tapi yah, mungkin sejak awal itulah alasan dia jatuh cinta padaku. Aku benar-benar mencintai Hisamura. Lagian, karena itulah kami pacaran.
Aku tersipu hanya memikirkan itu.
Tapi yah, aku masih di ruang tamu dan ibu juga masih di sini, jadi aku tidak bisa banyak-banyak menggeliat.
Setelah selesai makan malam, aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkan Hisamura sampai aku kembali ke kamarku.
Saat aku mandi, aku memikirkan kembali apa yang terjadi hari ini.
Sudah lama sejak aku berolahraga serius, jadi tubuhku sedikit lelah.
Mandi dalam waktu lama adalah hal yang memuaskan, karena mandi pada saat-saat seperti itu terasa jauh lebih enak dari biasanya.
“Haah… Rasanya kayak di surga.”
Aku membasahi bahuku dan menghela nafas karena betapa enak rasanya.
Saat aku berendam di bak mandi, aku menggosok lengan dan kakiku untuk mengistirahatkan diri setelah latihan hari ini.
Ini untuk menghindari nyeri otot di keesokan harinya.
Saat aku menggosok tubuhku di bak mandi… Aku terkejut.
“Apakah ini tambah besar lagi?”
Ada dua setengah lingkaran yang mengambang tepat di bawah garis pandangku.
Tampaknya jadi lebih besar dari sebelumnya, meskipun itu hanya taksiran ukuran dari penglihatanku saja.
Ini mulai mengembang ketika aku masih SMP, dan sekarang ini adalah sesuatu yang bisa dilihat dan dinilai oleh siapa pun sebagai sesuatu yang ‘besar’.
Seberuntung apa pun itu, ini masih sangat menggangguku.
“Tapi setiap kali aku bilang begitu, Shiho jadi benar-benar marah.”
Dari sudut pandang mereka yang tidak memilikinya, tampaknya sangat menjengkelkan ketika orang-orang yang memilikinya bilang kalau mereka tidak menginginkan itu.
Aku ingat pernah suatu kali aku dengan bercanda berkata padanya, “Aku bahkan akan memberimu setengahnya.” dan dia memberiku tatapan yang sangat menyeramkan sebagai balasannya.
Meskipun aku sedang mandi, aku bergidik memikirkannya.
Setelah itu, aku mencoba untuk tidak terlalu banyak membicarakan hal seperti itu dengan Shiho.
“Aku ingin tahu… tipe mana yang lebih disukai Hisamura,”
Aku bergumam pada diri sendiri. Seperti yang diduga, itu sangat memalukan dan wajahku langsung memerah.
“I-Ini bukan berarti aku benar-benar peduli soal tipe yang lebih dia sukai atau apalah, loh!”
Yah, bahkan jika aku mengatakan itu dengan keras, akan bohong kalau aku bilang aku tidak peduli sedikit pun.
“Ah… Kudengar pria umumnya lebih suka yang besar. Tapi ada juga orang yang lebih suka yang kecil. Aku ingin tahu tipe Hisamura yang mana…”
Lagi pula, aku pacarnya. Aku akan senang jika aku tipe yang disukai Hisamura.
Tapi ini bukanlah masalah yang bisa diselesaikan dengan usaha.
Dan meskipun kalian mungkin dapat membuat yang kecil jadi besar, kalian tidak dapat membuat yang besar jadi lebih kecil.
Satu-satunya cara adalah menanyakannya secara langsung ya… MANA MUNGKINLAH AKU BISA TANYA HAL ITU!
Seperti yang bisa kalian bayangkan, hubungan kami belum berkembang cukup jauh hingga aku bisa bertanya padanya tentang hal ini dengan santai.
Kami baru pacaran selama seminggu dan sejauh ini hubungan kami cukup sehat. Kami masih hanya sebatas berpegangan tangan.
T-Tapi yah, aku benar-benar ingin bergandengan tangan dengannya.
Mau tak mau aku menyeringai memikirkannya, dan menyadari hal ini, aku berendam lebih dalam di bak mandi untuk menutupi mulutku.
Hari ini, dalam perjalanan pulang dari Around One, kami mengendarai sepeda bareng, jadi kami tidak bisa berpegangan tangan, itu wajar saja sih.
Tapi, meski tidak memegang tangannya, jarakku malah semakin dekat dengannya dan meletakkan tanganku di bahunya.
Ini adalah pertama kalinya aku melihat punggung Hisamura dengan baik… Aku harus akui kalau aku sedikit gugup saat itu, punggungnya jauh lebih besar dari yang aku kira dan bahunya memiliki kerangka yang lebih kekar yang tidak dimiliki gadis-gadis sepertiku.
Sangat menyenangkan untuk dapat sedekat itu sehingga aku bisa merasakan panas tubuhnya hanya dengan satu sentuhan. Itu memiliki sensasi berbeda yang tidak akan kalian dapatkan hanya dengan berpegangan tangan.
Dan ketika aku diberi tumpangan pulang, aku bertanya-tanya apakah aku harus memanjakannya.
Ketika kami sedang dalam perjalanan pulang, dia bilang padaku bahwa dia akan senang jika aku sering-sering memanjakannya.
Alasan aku tidak bisa melakukannya adalah karena aku tidak tahu bagaimana memanjakan orang lain, dan aku juga malu tiba-tiba harus melakukan hal itu.
Apa yang terlintas dalam pikiranku sebagai tindakan memanjakan pada waktu itu adalah mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang.
Karena aku tidak memiliki pengalaman dalam cinta, aku terpikir pada adegan di manga shounen di mana kepala si heroine dibelai oleh pemeran utama pria.
Heroine tersebut tampak malu tapi juga sangat senang ketika dia mendapat belaian darinya.
Itulah yang terlintas di benakku ketika mendengar kata “Manja”.
Sulit untuk memintanya mengelus kepalaku, jadi aku tidak bilang apa-apa.
“Mungkin, aku akan mengatakanya lain kali…”
Aku mengatakan ini sambil berendam lebih dalam di air sementara pipiku memerah tua sekali lagi.
Lalu tiba-tiba, telepon di tepi bak mandi berdering.
“Waa!?”
Aku berteriak kaget. Aku menenangkan diri dan mengambil telepon tahan airku di kamar mandi.
Alasan ponselku berdering adalah karena seseorang telah menghubungiku lewat RINE.
Aku membuka aplikasi untuk melihat siapa yang menghubungiku dan melihat nama Shiho di atasnya.
Karena aku sering RINE-an dengan Shiho, tidak mengherankan jika dia tiba-tiba menghubungiku saat ini.
Tertulis…
“Kamu pergi ke kafe dengan Hisamura-kun hari ini, kan? Apakah terjadi sesuatu?”
Itu pesannya.
Apa maksudmu dengan apakah terjadi sesuatu?
Mau tak mau aku memikirkan itu, tapi aku tetap membalasnya dengan cepat.
“Ya, benar. Aku tidak tahu bagaimana persisnya, tapi setelah kami pergi ke kafe, kami pergi ke Around One bareng.”
Begitu aku mengirim itu, pesannya dibaca, dan beberapa detik kemudian, aku menerima balasan.
“Kalau begitu, kalian pergi bermain ya! Apakah kamu bersenang-senang?”
“Daripada dibilang bermain, lebih tepatnya dia menemaniku latihan basket, yang mana itu menyenangkan sih.”
“Latihan untuk pertandingan? Bagus. Berapa lama kalian berdua di sana?”
“Sampai sekitar jam 9.”
“Whoa! Sungguh menakjubkan mendengar Sei-chan berlatih selama itu. Sungguh menakjubkan mendengar Hisamura-kun dengan baik hati menemanimu selama itu juga.”
“Ahh. Ya, dia sangat membantu.”
“Apakah kamu menciumnya sebagai ucapan terima kasih?”
“HAH?!”
Pesan dari Shiho membuatku berteriak sangat keras di kamar mandi.
Suaraku bergema di kamar mandi, yang membuatku langsung menutup mulut.
Kecepatan mengetikku menjadi jauh lebih cepat dari sebelumnya, dan kekuatan mengetuk layar menjadi lebih kuat.
“Gaklah!”
“Eh? Jangan-jangan? Kalian bahkan belum berciuman?”
“Gak mungkinlah! Kami baru pacaran selama seminggu!”
“Benar juga sih, tapi dengan betapa mesranya Sei-chan dan Hisamura-kun, kupikir kalian sudah melakukannya.”
“M-M-M-M-Mesra?!”
Aku tidak pernah mengira kalau Shiho akan berpikiran seperti itu.
Aku mencoba untuk tidak menunjukkan kegugupanku dalam pesan yang aku kirim.
“KAMI TIDAK BERMESRAAN!”
“Bukankah kalian terkadang berpegangan tangan saat makan siang?”
“Hei, kok kamu bisa tahu sih?”
Aku sama sekali tidak berpikir kalau mereka akan tahu.
Saat istirahat makan siang di sekolah, kami berlima makan bersama akhir-akhir ini, dan Hisamura duduk tepat di sebelahku.
Minggu lalu, saat kami mengobrol setelah makan, Hisamura tiba-tiba meraih tanganku di bawah meja.
Pada awalnya, aku sangat terkejut dan bingung sampai-sampai siapa pun akan melihatku dan bertanya apakah ada masalah.
Aku segera mengingatkan Hisamura dengan suara kecil, tapi dia tidak mendengarkanku dan terkadang tetap memegang tanganku.
Ketika kami berlima makan bersama, seluruh kelas akan memperhatikan kami, tapi mereka lebih tertarik pada Shigemoto, Shiho dan Tojoin, jadi aku dan Hisamura tidak menarik banyak perhatian.
Dan karena mereka makan di bagian paling belakang kelas, tidak ada siswa lain di sisi tempat Hisamura dan aku duduk.
Jadi meskipun kami berpegangan tangan di bawah meja, tidak ada orang yang bisa melihat kami dengan jelas.
Mengambil keuntungan dari itu, Hisamura memegang tanganku dan sangat menikmati reaksiku.
“Itu cuma Hisamura yang meraih tanganku, loh… kami sama sekali tidak berpegangan tangan kok.”
Aku mengirimkan pesan yang sepenuhnya bohong.
“Eh? Tapi, Sei-chan juga meraih tangannya, kan?”
“Hei, seriusan, kok kamu bisa tahu sih? Mungkinkah Hisamura yang memberitahumu!”
Memang benar. Jumat lalu aku meraih tangan Hisamura untuk menyamakan kedudukan.
Reaksi Hisamura sangat menarik dan itu balas dendam yang sangat memuaskan. Tapi itu tidak lama sampai dia membalasku dengan mengaitkan jari-jari kami layaknya kekasih.
Aku sama sekali tidak menyangka Shiho akan menyadarinya.
“Aku hanya meraih tangannya sekali! Dan itu untuk membalas setiap saat Hisamura meraih tanganku. Adapun pegangan tangan pacaran, Hisamura-lah yang awalnya melakukannya!”
“Aha, aku tahu kalian berpegangan tangan tapi aku tidak tahu kalian saling berpegangan tangan kayak orang pacaran.”
“Eh? Maksudmu apa?”
“Aku hanya tahu kalau kalian berpegangan tangan di bawah meja. Tapi pegangan tangan pacaran itu baru saja diberitahukan padaku oleh Sei-chan sendiri.”
Aku merasa hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya.
“AKU DIJEBAK LAGI!”