Rabu, itu adalah awal dari turnamen.
Tidak ada pelajaran yang dijadwalkan hari ini. Hari ini hanya akan menjadi hari pertandingan dari pagi sampai sore.
Angkatan kami terbagi menjadi 8 kelas terpisah, jadi akan memakan waktu cukup lama untuk melakukan turnamen gaya round-robin.
TLN: Gaya turnamen yang bukan sistem langsung gugur, tapi sistem yang masing-masing tim setidaknya tanding dengan seluruh tim lain setidaknya sekali.
Itulah sebabnya kami tidak ada pelajaran hari ini, dan sebagai gantinya mendedikasikan seluruh hari ini untuk turnamen.
Untuk siswa yang tidak suka pelajaran tapi suka olahraga, ini seperti mimpi yang jadi kenyataan.
Dengan kata lain, itu akan menjadi surga bagi seseorang seperti Yuuichi. Yang… bukan orang paling cerdas secara umum tapi cukup pandai dalam olahraga.
“Hmm? Tsukasa. Apa kau baru saja mengejekku?”
“Apakah kau dan Tojoin-san belajar telepati bareng saat kalian masih kecil?”
“Gaklah, dan kau sama saja mengakui kalau kau barusan mengolok-olokku, kan?!”
“Oh lihat, sekarang giliran kita, sebaiknya kita bersiap-siap untuk pemanasan.”
“Kau sangat pandai ngeles.”
Kami sudah berganti ke seragam olahraga sekolah dan berada di lapangan.
Anak laki-laki akan bertanding bisbol, jadi pertandingan diadakan di halaman luar sekolah.
Halaman sekolah cukup besar, jadi dua pertandingan diadakan secara bersamaan.
Sekarang setelah pertandingan sebelumnya selesai, tibalah giliran kami.
Dalam permainan bisbol yang sebenarnya, kalian mungkin akan bermain sampai akhir inning kesembilan, tapi jika kalian menghabiskan banyak waktu untuk satu inning, itu akan memakan banyak waktu.
Itulah kenapa sepertinya butuh sekitar tiga puluh menit untuk menyelesaikan seluruh inning di sini.
“Tsukasa, kita akan memenangkan turnamen ini!”
“Ya, baiklah, kupikir kami akan baik-baik saja dengan adanya kau sendiri.”
“Apa? Apakah kau tidak termotivasi?”
“Tidak, hanya saja kau terlalu kuat.”
Kami sudah menyelesaikan pertandingan beberapa waktu yang lalu.
Itu adalah dominasi total dari pihak kami.
Sebagian besar karena Yuuichi Shigemoto.
Dia yang melempar. Kecepatan lemparannya sekitar 140 kilometer.
Yang jauh lebih tinggi dari ace SMA sekolah ini.
Dia bahkan tidak bisa melempar bola melengkung dengan benar tapi kecepatannya lebih dari cukup untuk seorang amatir.
Jika kau adalah seorang amatir yang seumur hidup belum pernah bermain bisbol sebelumnya, kau akan benar-benar benci berdiri di dekat kotak pemukul.
Dia melempar bola dengan sekuat tenaga pada pertandingan yang diikuti oleh banyak pemain amatir.
Kecepatan bola yang di atas 140-an hampir tidak bisa dipukul bahkan untuk pemain bisbol profesional sekalipun.
Terutama karena SMA kami bahkan tidak memiliki tim bisbol yang kuat, sebenarnya tidak banyak orang yang bisa memukul lemparannya.
Tingkat rasa kasihan yang aku miliki untuk orang-orang di tim lain, yang harus memukul lemparannya, cukup besar…
“Shigemoto! Hisamura!”
Saat aku menunggu pertandingan berikutnya dimulai, aku mendengar sebuah suara memanggil kami dari belakang.
Kami menoleh untuk melihat Fujise mendekati kami sambil melambaikan tangannya. Yang ada di sebelahnya adalah Sei-chan.
Sekarang adalah hari turnamen jadi tentu saja, mereka juga akan mengenakan pakaian olahraga.
“Apakah pertandingan kalian akan segera mulai?”
Fujise bertanya, yang dijawab oleh Yuuichi.
“Ahh, kami akan mulai sebentar lagi. Apakah anak cewek sudah menyelesaikan pertandingan basket mereka?”
“Ya, sudah selesai.”
“Apakah kalian menang?”
“Kami menang! Yah, sebagian besar berkat Sei-chan, sih.”
Fujise lalu menoleh ke arah Sei-chan.
Sei berbalik, tampak malu karena dipuji.
“Tidak, yah, aku hanya melakukan yang terbaik.”
“Fufu, benar. Sei-chan memasukkan bola cukup banyak, lo.”
Sei-chan sedikit malu tapi dia telah berusaha yang terbaik, pipinya merona, itu sangat imut.
Maksudku, ini pertama kalinya aku melihat Sei-chan berpakaian olahraga dari jarak yang begitu dekat.
Pakaian itu adalah seragam olahraga putih lengan pendek dan celana pendek, pakaian yang setidaknya biasa, tapi kenapa aku berpikir kalau pakaian itu sangat imut ketika Sei-chan yang memakainya?
Dan juga… itu sedikit menggangguku karena pakaiannya terlalu menekankan payudara. Itu menggangguku sebagai seorang pria.
Karena pakaian olahraganya cukup tipis, akan terlihat jika tubuhmu cukup besar di bagian sana.
Di sisi lain… ya. Maksudku, aku tahu itu dari cerita aslinya, tapi bagian ‘itu’ Fujise cukup biasa.
“Hisamura-kun, tidakkah menurutmu kau bersikap kurang ajar?”
“Tidak, tidak sama sekali, Fujise-sama.”
Tunggu sebentar, apakah mereka semua bisa menggunakan telepati atau semacamnya?
Aku tidak berpikir ada latar cerita di mana semua orang bisa menggunakan telepati berdasarkan seri aslinya.
Tapi itu salahku, jadi aku harus minta maaf.
“Yuuichi, bukankah selanjutnya pertandinganmu?”
“Ah, Kaori.”
Saat kami mengobrol, Tojoin-san juga muncul.
“Daripada kelas, aku datang ke sini cuma untuk mendukung Yuuichi.”
“Terima kasih, tapi apakah kamu yakin? Kami akan menghadapi kelasmu di pertandingan berikutnya, lo.”
“Aku tidak punya perasaan yang cukup pada anak laki-laki di kelasku hingga dapat mencegahku mendukung orang yang aku cintai.”
“O-Okelah…”
Yuuichi sedikit malu mendengarnya secara blak-blakan tapi sepertinya anak laki-laki di kelas Tojoin-san juga mendengar komentarnya barusan dan kehilangan semangat.
Ya, aku paham kok, sangat menyedihkan ada wanita cantik yang memberi tahu kalian kalau kalian tidak layak mendapatkan dukungannya.
“Muu… Shi-Shigemoto-kun, aku juga mendukungmu!”
“A-Ahh, terima kasih, Fujise.”
Seolah-olah dia mencoba membalasnya, Fujise juga mengirim beberapa kata dukungan pada Shigemoto.
“Terkutuklah, bajingan itu tidak hanya disemangati oleh madonna kelas kita tapi juga oleh Fujise-san.”
“Aku tidak akan mengampunimu. AKU TIDAK AKAN MENGAMPUNIMU!”
“Aku akan menghajarmu habis-habisan!”
Moral tim lawan naik ke arah yang berlawanan karena Fujise-san.
Yah, sebagai anak SMA, jika ada seorang pria yang didukung seperti ini oleh beberapa gadis manis, dia pasti akan sangat dibenci.
“Whoa, sepertinya pertandingan akan segera dimulai.”
Seperti yang Yuuichi katakan, siswa yang menjadi wasit meniup peluitnya dan berteriak, “Kelas yang bertanding selanjutnya cepatlah berkumpul.”
“Kalau begitu, aku pergi! Dukunglah aku!”
“Malahan, aku akan bersorak untukmu. Aku tidak akan membiarkanmu kalah, Yuuichi.”
“Semoga berhasil, Shigemoto-kun!”
Yuichi sepertinya jadi bersemangat dan berkata, “Oke!” dan berlari ke arah orang yang meminta berkumpul itu.
Aku tidak berpikir kalau aku akan kalah dengan adanya dia, jadi aku akan mengikuti arus.
“Hisamura.”
“Hmm? Ada apa, Sei-cha-”
Aku hampir memanggilnya Sei-chan dengan keras tapi untungnya tidak ada orang lain di sekitarku, tapi aku sebenarnya mendadak berhenti karena aku tiba-tiba menyadari sesuatu yang sepenuhnya berbeda.
Ketika aku berbalik, aku melihat wajah Sei dekat dengan wajahku, dan aku berhenti bicara karena itu langsung membuatku terengah-engah.
Kami begitu dekat sehingga jika aku bergerak sedikit maju, hidung kami akan bersentuhan.
Aku bisa merasakan bahwa dia sedikit bingung, karena dia mungkin tidak menyangka akan sedekat ini denganku, tapi pada jarak itu, Sei-chan melanjutkan kata-katanya.
“Aku mendukungmu… Semoga berhasil.”
Dia membisikkan kata-kata ini kepadaku saat kami saling memandang dengan sangat dekat.
Lalu, Sei-chan langsung menarik wajahnya menjauh dari wajahku dengan kecepatan tinggi, sembari wajahnya menjadi merah padam.
Aku melihat ke arahnya, merasakan panas tubuhku naik saat aku terhuyung-huyung ke tempat Yuuichi dan yang lainnya berkumpul.
Untungnya, tidak ada anak laki-laki yang sepertinya melihatku dan Sei-chan berhadap-hadapan barusan, jadi mereka tidak tahu kenapa aku terhuyung-huyung dengan aneh.
“Tsukasa! Terjadi hal buruk! Aku dilarang melempar karena aku terlalu kuat.”
“Yuuichi…”
“Apa? Ada apa denganmu? Dan kenapa wajahmu merah? Apa yang terjadi?”
“Aku akan melempar.”
“Eh? Kamu bisa melempar?”
“Aku penah melakukannya di SD dulu. Tapi, kurasa kecepatan lemparanku jauh lebih lambat daripada lemparanmu sih.”
“Ohh, Ya! Aku bertanya-tanya siapa yang akan melempar! Tsukasa! Ayo lakukan!”
“YEAHHHHHHHHHH! KITA AKAN MEMENANGKAN INI!!”
“W-Whoaa! Kau tiba-tiba bersemangat!”
“Tentu saja, idiot! Aku akan melakukannya untuk kita semua!”
“Tunggu sebentar Tsukasa, memangnya kau karakter yang seperti itu, ya?”
Aku tidak sesuai dengan karakterku lagi? Aku tidak peduli!
Tidak mungkin aku tidak akan serius setelah mendengar kata-kata seperti itu dari Sei-chan!
AKU AKAN MELAKUKAN YANG TERBAIK!