Untungnya, kami tiba di rumah Tojoin-san dalam waktu sepuluh menit, hanya
beberapa menit setelah Fujise dan Sei-chan masuk
ke mobil.
Meskipun sepertinya Tojoin-san dan Fujise belum puas menjahili kami…
Setidaknya Fujise kehilangan minat untuk menjahili kami saat kami tiba
di lokasi.
“L-Luar biasa.”
Fujise hanya bisa menghela nafas kagum melihat
rumah itu
dari dalam limusin.
Selain Fujise, Rinke dan Sei-chan juga terbelalak melihatnya.
Di luar jendela ada sebuah mansion dengan ukuran yang belum pernah aku lihat sebelumnya seumur hidupku.
Tidak, aku mungkin pernah melihat mansion sebesar ini di manga atau
semacamnya, tapi itu jelas bukan sesuatu yang akan ada di kehidupan nyata.
Yah, kurasa aku memang berada di dunia manga, jadi melihat sesuatu seperti ini masih masuk akal…
Aku telah membaca cerita aslinya sebelumnya, jadi aku tahu rumah Tojoin
cukup besar, tapi ketika aku benar-benar melihat aslinya dengan mata kepalaku sendiri, itu sangat menakjubkan sehingga aku hanya bisa tertawa.
“Tunggu sebentar, saya akan membuka gerbang.”
“G-Gerbang…”
Limusin berhenti saat kami menunggu gerbang
dibuka.
Jadi itu berarti mansion memiliki luas taman yang cukup untuk menampung seluruh limusin di dalamnya.
Itu benar-benar menakjubkan.
Gerbang yang lebih besar dari gerbang sekolah
kami terbuka, sembari limusin perlahan memasuki pekarangan mansion.
Saat kami mendekati mansion, limusin akhirnya berhenti dan kami pun turun.
Mansion itu begitu
besar sehingga mau tidak mau
kalian harus mendongak untuk
melihatnya dari sudut ini, dan pintu masuknya sangat besar
sehingga bisa dengan mudah disebut pintu menuju surga.
“Tojoin-san
benar-benar seorang ojou-sama.”
Fujise bergumam pada dirinya sendiri dengan takjub.
“Oh? Sebaliknya, menurutmu sebelumnya, aku ini apa?”
“Tidak, aku sudah tahu kalau kamu adalah Ojou-sama. Hanya saja… bukan sesuatu yang seskala ini.”
“Rumah ini tidak terlalu besar untukku, sih. Tapi kurasa itu mungkin sangat besar untuk
orang normal.”
“EHH?! Kamu punya rumah yang lebih besar dari
ini?”
“Aku punya vila di luar negeri yang ukurannya
beberapa kali lipat dari tempat ini.”
“Aku bahkan tidak bisa membayangkan hal
seperti itu…”
Beberapa kali lebih besar dari ini… Fujise
yang orang
normal tidak mungkin bisa membayangkan hal seperti itu dalam kenyataan.
“Apakah kalian sudah selesai mengagumi eksteriornya? Ayo kita
masuk.”
Tojoin-san
berkata begitu, dan kami mengikuti di belakangnya saat dia berjalan menuju pintu.
Saat itulah aku berjalan di sebelah Sei-chan dan entah bagaimana mata kami bertemu saat itu.
“…!”
Wajah Sei-chan langsung memerah dan dia memalingkan mukanya dariku.
Dia telah dijahili berulang kali soal menikahiku, jadi tidak mengherankan jika dia
bertingkah
seperti ini tiba-tiba.
Aku sangat malu sehingga aku ingin mengalihkan pandanganku juga.
Tapi wajah malu Sei-chan terlalu imut.
Aku langsung masuk ke tempat itu dan menemukan sebuah rumah yang sangat mewah
dan luas.
Aku melihat pintu yang terlalu
lebar, langit-langit yang juga terlalu tinggi dan bahkan lampu gantung
tergantung di sana.
Tojoin-san
sepertinya satu-satunya orang yang tidak terpengaruh oleh semua ini dan langsung masuk melalui pintu depan.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita
bisa langsung pergi berlatih memasak? Ataukah aku bisa mengajak kalian berkeliling sebentar.”
“Y-Ya, tentu… Bisakah kamu mengajak kami
berkeliling?”
Tujuan hari ini adalah untuk melatih keterampilan
memasak Fujise.
Fujise tidak bisa memasak sama sekali.
Sangat payah sehingga kalian akan muntah tepat setelah mencoba masakannya.
Aku masih ingat ketika
Sei-chan memintaku untuk membantunya,
dan aku berpikir, “Azab macam apa ini?”
Itu karena makanan
yang akan aku cicipi rasanya kemungkinan besar akan sangat beracun. Ada
kemungkinan besar aku akan langsung pingsan setelah mencobanya.
Jadi, ketika Sei-chan memberitahuku tentang permainan
hukuman yang mereka buat, aku langsung mengusulkan agar dia menyuruh Tojoin-san membantu Fujise memasak.
Membantu Fujise
memasak saja sudah cukup sebagai hukumannya, tapi bagi Tojoin-san, membantu saingan cintanya sendiri
dalam hal seperti itu, akan sangat merugikannya.
Jadi, aku menyarankan
ide itu kepada Sei-chan, dan dia
segera menerimanya.
Tojoin-san bilang dia merasa sangat terhina,
tapi dia tetap melakukannya.
Jadi, kami akan
mengajari Fujise cara memasak hari ini.
Tojoin-san mengajak kami berkeliling mansion yang sangat besar ini.
Sementara itu, kami
melirik sekeliling untuk melihat segala sesuatu di sekitar kami.
Itu karena ada kepala
pelayan dan pelayan yang membungkuk kepada kami begitu kami melewati mereka.
Tojoin-san sepertinya sudah terbiasa, tapi
kurasa mau tidak mau kami jadi terbawa suasana oleh pemandangan ini.
Aku sedang berjalan
menyusuri lorong ketika seorang pria dengan santai lewat.
Tunggu, bukankah pria itu…?
“Ayahanda!?”
Tojoin-san, yang sedang berjalan di depan
rombongan, mulai berteriak.
“Eh, itu ayah Tojoin-san?”
Fujise bergumam pada
dirinya sendiri… Itulah pemikiran yang muncul di benak semua orang pada saat
yang bersamaan.
Kepala dari sebuah
perusahaan yang sangat besar, sehingga asetnya melebihi satu triliun. Mitsuki
Tojoin.
Dia terlihat sangat
muda sehingga sulit dipercaya bahwa dia sebenarnya berusia di atas 40 tahun.
Rambut hitamnya yang licin cukup pendek hingga memperlihatkan telinganya.
Dia memiliki wajah
yang bagus dan sepasang mata yang bersinar seterang Tojoin-san.
Tidak, malah
sebaliknya. Mata Tojoin-san-lah yang
tampak seperti matanya.
Kami, termasuk Tojoin-san, menjadi semakin gugup saat dia
mendekati kami dengan setelan jas sambil memasang ekspresi datar.
“Pagi, Kaori.
Bagaimana kabarmu?”
“P-Pagi Ayahanda. Ya
aku baik-baik saja.”
Tojoin-san yang terlihat gugup melihat ayahnya,
tersenyum kaku.
Kami, yang berdiri di
belakangnya, menegakkan punggung kami seperti yang belum pernah kami lakukan
sebelumnya.
Dia mengangkat alisnya
sejenak dan dengan cepat menoleh ke arah kami.
“Apakah mereka ini
temanmu?”
“Y-Ya, ini adalah
teman-temanku dan aku telah mengajak mereka ke sini hari ini.”
“Begitu ya, Senang
bertemu denganmu. Aku Mitsuki Tojoin. Ayah Kaori.”
“Senang bertemu dengan
Anda, saya Shiho Fujise.”
Fujise memimpin dan
kami semua mengikuti dengan salam kami juga.
Rinke dan Sei-chan sama-sama menyapanya, kemudian aku
yang terakhir.
“Tsukasa Hisamura.”
“Kamu Hisamura-kun?”
“Eh?”
Dia tahu namaku? Kok
bisa?
“Terima kasih atas
semua yang telah kamu lakukan.”
“E-Eh? T-Tidak…
Memangnya apa yang saya lakukan?”
“Tempo hari, aku
diberitahu oleh Kaori bahwa kamulah yang menyuruhnya meneleponku.”
“Ah, itu toh.”
Aku tidak menyangka
Tojoin-san akan memberitahunya
tentangku.
Tojoin-san memberitahuku bahwa dia berhutang
banyak padaku. Tapi sejujurnya, aku tidak berpikir kalau aku melakukan banyak
hal.
“Aku hanya ingin
berterima kasih atas segalanya. Jadi, terima kasih.”
“Tidak, tidak. Saya
tidak melakukan sesuatu yang besar.”
“Itu sesuatu yang
besar dari sudut pandang kami. Sementara itu, terimalah ini, sebagai tanda
terima kasihku.”
Aku menerima secarik
kertas yang dia keluarkan dari sakunya.
Apa sebenarnya ini…?
Eh, cek?
“Aku sebenarnya mau
bilang kalau kamu dapat menulis jumlah berapa pun yang kamu inginkan, tapi
maaf, batasnya adalah sepuluh miliar yen.”
“Eh, eh… EHHH?!”
Aku tidak tahu apa
yang dia bicarakan tiba-tiba.
Sepuluh miliar itu…
SEPULUH MILIAR YEN?!
TIDAK TIDAK TIDAK
TIDAK TIDAK?!?!
“Saya tidak bisa
menerima ini, tidak mungkin saya bisa menerima jumlah sebesar itu!”
“Benarkah? Ada sebuah
vila kecil di Karuizawa yang kurang lebih sekecil rumah ini, apakah kamu ingin
menerima itu saja?”
“Tidak, terima kasih!”
Sekecil rumah ini?
Ini rumah yang terlalu besar!
“Begitu ya, sepertinya
aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang kamu inginkan, tapi aku ingin memberikan
hadiah untukmu suatu saat nanti.”
“Niatnya saja sudah
cukup.”
“Tidak, itu jelas
tidak cukup. Bagaimanapun juga, kamu sudah mencairkan suasana di antara
keluarga kami.”
Dia kemudian melihat
dan tersenyum pada Tojoin-san dengan
lembut.
Tojoin-san membuang muka dengan telinga yang
sedikit merah.
“A-Ayahanda, kenapa
kamu datang ke sini hari ini?”
“Kudengar mereka
adalah bagian dari sedikit orang yang kamu ajak ke sini yang bukan Yuuichi,
jadi aku datang untuk melihatnya.”
“T-Tolong jangan
mempermalukanku di depan mereka semua.”
“Maaf, aku sangat penasaran
sehingga aku memutuskan untuk mengesampingkan pekerjaanku sebentar.”
“APAKAH ITU TIDAK
MASALAH?!”
Ahh, jadi itu sebabnya
aku bisa mendengar suara seperti bergetar dari saku dalamnya…
Itu mungkin panggilan
telepon yang berhubungan dengan pekerjaan. Apakah benar-benar tak masalah untuk
mengabaikan itu?
“Sebaiknya aku pergi
dulu, Kaori. Untuk makan malam minggu depan, maukah kamu memasak untukku?”
“Y-Ya, aku masih
berlatih, tapi aku akan menggunakan keterampilanku dengan sebaik-baiknya.”
“Fakta bahwa Kaori
memasak untukku membuatnya lebih berharga daripada makanan enak mana pun yang
pernah aku makan.”
“Kuu… T-Terima kasih.”
Kami melihat
pemandangan yang sangat tidak biasa itu.
Pemandangan di mana
Kaori Tojoin menyusut ke belakang dan membuat suara sayu.
Tojoin-san, yang terlihat seperti ojou-sama, kini telah berubah menjadi
seorang gadis yang sangat menggemaskan.
“Selain itu Kaori,
apakah kamu tidak akan mengubah caramu memanggilku?”
“Eh? I-Itu…”
“Begitu ya…”
Dia menurunkan kelopak
matanya sedikit, yang membuatnya terlihat sedikit sedih dan depresi.
Saat Tojoin-san melihat ini, wajahnya langsung
menjadi merah, dengan memasang ekspresi bahwa dia sudah mengambil keputusan.
“Semoga berhasil
dengan pekerjaanmu, PAPA!”
“Ah-Ah, terima kasih
Kaori.”
Sebagai balasan atas
kata-kata Tojoin-san, dia memberikan
senyuman yang sangat lembut.
“Kalian, silakan
nikmati waktunya.”
“A-Ah, ya. Terima
kasih.”
Dia berkata begitu dan
pergi.
Beberapa detik setelah
dia pergi.
“Sepertinya kamu cukup
akrab dengan ayahmu, Tojoin.”
“!?”
Orang pertama yang
mengucapkan kata-kata itu secara mengejutkannya adalah, Sei-chan.
Sebenarnya, itu tidak
mengejutkan karena dia sudah banyak dijahili di dalam limusin
“Shi-Shimda-san.”
“Tidak, aku tidak
bermaksud buruk. Senang melihat kalian akur. Aku harap kalian berdua terus
rukun ke depannya.”
Sei-chan sepertinya berusaha sangat keras
untuk menahan seringai di wajahnya.
Aku juga tidak bisa
menghentikan sudut mulutku melengkung ke atas sedikit.
“Itu benar. Sungguh
bagus bahwa kamu dan Papa-mu rukun.”
“Benar, itu sangat
luar biasa.”
“Aku sangat senang
bisa membantu Tojoin-san akrab dengan
Papa-nya.”
“Kamu melakukannya
dengan baik, Hisamura. Sepertinya itu semua berkatmu bahwa Tojoin dan Papa-nya
bisa akur.”
“……”
Setelah itu, Sei-chan dan aku terus menjahili Tojoin-san sampai kami tiba di dapur. Wajah
Tojoin-san memerah cerah saat kami
tiba di sana.